Kisah Dua Tukang Sol (bag 3)

2.7K 38 0
                                    

"Assalamu'alaikum bang Soleh." kata mang Udin begitu melihat bang Soleh yang sedang duduk di teras masjid. Tentu saja bang Soleh menjawab salam dan menyambutnya. Mereka pun berbicang-bincang saling menanyakan kondisi dan keluarga. Mereka terlihat begitu senang dan cerita.

Setelah shalat maghrib, mereka pun langsung menuju rumah. Sesampainya di rumah, istrinya sudah menyiapkan makan malam.

"Ayo bang, makan dulu." kata istri mang Udin.

"Nggak usah, tidak akan lama koq. Saya hanya ingin mengundang mang Udin ke bengkel sepatu saya di Mall. Kebetulan teman saya mau datang dan ingin ngobrol dengan mang Udin." kata bang Soleh.

"Teman yang memodali abang maksudnya?" tanya mang Udin penasaran sambil penuh harap.

"Iya. Tadi pagi ngobrol, katanya ingin buka bengkel sepatu baru di mall lain. Saya menyarankan mang Udin yang mengelolanya." jelas bang Soleh.

"Yang bener?" tanya mang Udin dengan mata berbinar.

"Iya... " jawab bang Soleh sambil tersenyum. "Besok ditunggu sekitar jam 10 pagi."

"Boleh-boleh, insya Allah saya datang. " kata mang Udin dengan semangat.

Setelah mereka makan malam, bang Soleh pun pulang. Mang Udin langsung mengucapkan syukur karena mendapatkan peluang yang dia impikan selama ini.

"Betul kan bu? Kita jangan menyerah." kata mang Udin sambil menatap istrinya.

"Coba kalau kita menyerah, jangan-jangan peluang ini tidak datang." lanjut mang Udin memotong istrinya yang akan bicara.

"Iya yah, alhamdulillah." jawab istrinya sambil tersenyum tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Keesokannya, mang Udin sengaja tidak keliling, dia langsung ke Mall untuk menemui teman bang Soleh.

Sekitar 1 jam mang Udin, bang Soleh, dan teman bang Soleh berbicara. Kemudian mang Udin pun pulang dengan wajah yang kurang ceria.

Sesampainya di rumah, dia disambut istrinya. "Bagaimana yah?" kata istrinya dengan semangat.

"Tidak jadi bu." jawab mang Udin.

"Kenapa yah?" tanya istrinya.

"Katanya ayah belum siap untuk mengelola bengkel sepatu profesional. Dia minta ayah belajar dulu mengelola usaha." jelas mang Udin.

"Ya udah lah, tidak apa-apa. Kita lanjutkan saja yang sudah berjalan dengan baik." jawab istrinya dengan raut kecewa, namun berusaha menghibur diri dan suaminya.

"Saya tidak akan menyerah bu. Ayah memang kecewa, tetapi pertemuan tadi memberikan hikmah yang luar biasa bagi ayah. Ternyata selama ini, ayah tidak pernah menyiapkan diri, tidak pernah belajar agar siap meningkatkan usaha. Jadi, saat peluang itu datang, ayah tidak siap ." jelas mang Udin masih menyimpan nada semangat.

"Kita sudah meminta kepada Allah, namun saat Allah memberikannya, kita sendiri yang tidak siap." lanjut mang Udin.

"Oh gitu... Iya juga. Tapi yang sudah, sudahlah. Kesempatan tidak datang dua kali." kata istrinya sambil mengambil air minum untuk mang Udin.

"Memang betul bu, kesempatan tidak datang dua kali, tetapi mungkin puluhan, ratusan, bahkan jutaan. Saya tidak akan menyerah, ayah akan mempersiapkan diri untuk menyambut peluang-peluang lainnya ." jelas mang Udin makin semangat.

Istrinya tersenyum sambil geleng-geleng.

"Kenapa bu? Ngejek ayah yah?" tanya mang Udin menatap istrinya penasaran.

"Bukan begitu. Ibu jadi tambah kagum ke ayah, dan senang saat ayah mengatakan 'saya tidak akan menyerah'. Bisa katakan sekali lagi yah?" pinta istrinya sambil menatap mang Udin, tidak lupa sambil tersenyum.

Mang Udin pun langsung menyambut permintaan istrinya sambil mengepalkan tangan dan tersenyum:

"Insya Allah saya bisa, saya tidak akan menyerah, sebab ada Allah yang membantu saya."

Kumpulan cerita inspirasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang