Bagian 19

214 15 4
                                    


Silakan melanjutkan membacanya jika masih ada yang mengikutinya :)

Enjoy, and hope you like it :)

Bagian 19

Alex berjalan sendirian di tengah malam yang gelap, di antara pohon-pohon besar yang menyeramkan. Jantungnya berdebar kencang. Rasa takut menyiksanya. Tidak hanya karena ia takut seorang diri di tengah gelapnya malam, tapi juga hawa dingin malam yang menyelimuti tubuh kecilnya yang hanya berbalut gaun tidur malam Adeline, mulai menyesakkan dadanya. Ia takut terulang lagi malam itu, malam saat ia kabur dari St. Peter untuk mengejar kapal yang diharapkan akan membawa dirinya ke tempat Ben berada. Ia takut mengalami serangan lagi. Tapi rasa ingin pulang ke panti begitu besar. Ia ingin pulang. Ia tidak bisa lagi berada di rumah besar itu. Rumah itu bukan miliknya, dan dia bukan bagian dari keluarga itu.

Keluarga itu menginginkan Adeline, bukan Alex, dan ia tidak mungkin menjadi Adeline. Juga Sir Tristan. Sir Tristan sangat membencinya. Alex tidak mau tinggal bersama Sir Tristan yang membencinya, meski ada Sir Byron dan Lord Waldegrave, juga Lady Mary yang menyayanginya.

Alex masih ingat suara teriakan Sir Tristan saat ia membakar baju-bajunya–baju Adeline-juga saat ia berselisih dengan Lord Waldegrave di kamar, siang tadi. Alex mendengar semuanya, Sir Tristan tidak menginginkan dirinya ada di rumah itu.

Siapa juga yang mau tinggal di sana? Alex mau pulang saja, dan menunggu Ben di panti. Karena itu saat tadi ia tiba-tiba terbangun dan menyadari rumah sudah terasa hening tidak ada lagi orang yang terbangun, Alex memutuskan untuk pergi, keluar dari rumah ini dan pulang ke panti. Kalau ia bisa kabur dari panti, pastinya dia juga bisa kabur dari rumah besar ini. Tapi ia tidak tahu betapa luasnya kediaman Lord Waldegrave, ia bahkan yakin belum keluar dari gerbang utama. Alex ingin menangis. Ia ingin segera sampai di panti, dan yang pasti ia tidak mau sakit lagi. Ia tidak mau merasakan dadanya seperti diperas-peras tidak bisa bernapas. Alex mau pulang!

**

Tanpa berpikir panjang, Byron langsung mengambil mantelnya dan berlari keluar rumah begitu mendengar Alex kabur. Ia harus mencari Alex. Anak itu sudah menjadi tanggung jawabnya. Byron merutuk, kenapa Alex harus kabur? Tapi yang dirutukinya adalah kenapa ia sampai meninggalkan Alex sendirian?

Satu hal yang mulai dikenal Byron tentang Alex adalah sifat Alex yang nekat dengan apa yang diyakininya. Alex pernah kabur sebelumnya dari panti karena ingin bertemu dengan Ben, sekarang dengan kejadian siang tadi, tidak menutup kemungkinan Alex akan berniat kabur juga karena rasa tidak nyamannya. Kini ia harus mencarinya.

Segera ia ke istal dan mengambil kudanya. Akan lebih cepat ia mencari dengan kuda daripada dengan kereta kuda. Ditemani Caleb, Byron mencari Alex di tengah malam buta ini.

Perasaannya tidak karuan. Perasaan takut jikalau terjadi apa-apa pada anak itu. Dan jika terjadi apa-apa pada Alex, ia tidak akan memaafkan dirinya, terlebih Alex belum mengenal benar rumah ini yang dikelilingi hutan. Alex mungkin saja tersesat di dalam hutan yang gelap ini, dan sudah pasti Alex sangat ketakutan, juga udara malam yang dingin. Alex bisa jatuh sakit lagi. Byron berdoa penuh harap bisa segera menemukan Alex, dan tidak terjadi apa-apa pada Alex.

**

George menemani Mary yang kini tertidur lelap setelah ia memberi obat penenang. Ia harus melakukannya. Mary terus memanggil-manggil Adeline dengan histerisnya. George sudah berusaha menenangkannya. Tapi Mary sulit ditenangkan, hingga harus diberikan obat penenang sebelum terjadi syok kepanikan. Kini George hanya dapat berharap Byron dan Caleb dapat segera menemukan Alex. Mereka harus menemukan Alex karena saat ini saat ini Mary membutuhkan Adeline. Mary butuh melihat Adeline, atau akan berakibat fatal pada Mary, dan ia tidak ingin itu sampai terjadi.

Beauty Love AdelineWhere stories live. Discover now