Bagian 17

549 41 16
                                    


Hai hai, kukembali untuk meneruskan Beauty Love.  Mungkin untuk beberapa chapter ke depan ...

Well, enjoy it, hope you still following this story, ans still like it it :)

Happy reading :)


Bagian 17

Sementara Alex baru memulai untuk hidup di kehidupan barunya sebagai Adeline, jauh di sana menyeberangi lautan, Ben sudah menikmati kehidupan barunya sebagai bagian dari keluarga Wright.

Keluarga Wright bukanlah keluarga bangsawan ataupun keluarga kaya, tapi mereka memiliki sebidang lahan untuk mereka tanami jagung, dan peternakan sapi dan ayam, yang lebih dari cukup untuk menghidupi mereka. Ben cukup bersyukur mendapat Oliver dan Patricia Wright sebagai orang tuanya. Mereka benar-benar pasangan suami istri yang baik dan sangat menyayangi Ben.

Sebagai satu-satunya putra mereka yang telah mereka tunggu setelah 10 tahun pernikahan mereka, Ben menjadi pusat perhatian dan kasih sayang mereka. Setiap malam, Patricia selalu menemani Ben dan membacakan cerita sebelum tidur, meski menurut Ben dia sudah terlalu besar untuk hal-hal seperti itu. Dia sudah 11 tahun!

Setiap pagi, Ibunya menyiapkan sarapan yang sangat menyehatkan, roti, telur, dan susu murni, langsung dari peternakan mereka. Juga Oliver yang mengajarkan bagaimana memerah sapi, atau memilih telur-telur yang bagus, atau melihat telur-telur itu menetas. Semuanya menjadi hal-hal baru untuk Ben, dan ia sangat menikmatinya. Namun yang lebih membuatnya senang adalah Ayah dan Ibu angkatnya senang bermain musik dan bernyanyi.

Sang Ayah mahir dalam memainkan alat musik piano, bodran dan flute, sementara Ibunya pandai bernyanyi dan memiliki suara yang bagus, hingga hampir setiap malam selepas makan malam, ada pertunjukan kecil di rumah dengan Ben dan Ibunya bernyanyi bersama diringi sang Ayah. Ben sangat menyukainya. Dia sangat bersyukur mendapatkan mereka, dan tentunya berharap Alex di sana.

Satu haripun Ben tidak pernah melupakan Alex. Setiap ia mulai belajar hal-hal baru, ia tidak pernah lupa untuk mengirimkan apa yang ia pelajari dan ia lihat kepada Alex melalui hatinya, dan berharap Alex dapat menerimanya. Ia semakin tidak sabar untuk segera tahun depan, karena Ayah Ibunya sudah berjanji untuk kembali ke Nelincia menjemput Alex. Terlebih setelah satu bulan berlalu sejak ia mengirimkan surat pada Alex, memberi kabar tentang keadaannya dan keluarga barunya. Tapi belum juga ada balasan dari Alex, dan membuatnya sangat cemas.

Pertanyaan-pertanyan muncul di kepalanya. Apakah suratnya tidak sampai, ataukah memang Alex tidak mau membalasnya? Apakah Ben masih marah padanya? Ben tidak akan memaafkan dirinya jika memang Alex membencinya. Tapi memang Alex pantas membencinya, bukankan dirinya yang melanggar janjinya. Ben sudah mengkhianati janji mereka sendiri untuk tetap selalu bersama. Ben sudah pasrah jika Alex memang membencinya.

"Alex tidak akan membencimu, Ben, terlebih jika membaca suratmu." Patricia Wright menenangkan putranya.

"Lalu kenapa dia tidak membalas suratku?"

"Sabarlah, Sayang, jarak Irelucia dengan Nelincia tidaklah dekat, membutuhkan waktu lama untuk mengirimkan surat."

"Ataukah memang tidak sampai suratnya?" Ben menduga.

"Mungkin saja. Tapi kau menuliskan alamatnya dengan benar, kan?"

Ben mengangguk. "Berarti pasti sampai."

"Atau mungkin, Ben sudah diadopsi?" Ben menjadi pucat dengan dugaan lain.

Patricia tersenyum tipis, "Kalau Alex sudah ada yang mengadopsi, tentunya akan ada berita untukmu, kan, dari St. Peter."

Beauty Love AdelineWhere stories live. Discover now