Chapter 3

1.4K 193 11
                                    

3

2 Hours Ago

"Jadi, bagaimana kalau—"

Kibum mengeluarkan smartphone dari saku celananya begitu dirasa smartphone-nya bergetar. Ia berjalan menjauhi teman-teman satu kelompoknya yang sedang berdiskusi untuk tugas mereka. Ia mengernyitkan dahi begitu melihat nomor yang tertera dilayar ponselnya. Itu nomor tak dikenal.

"Hallo?"

"Apa saya berbicara dengan Kim Kibum?"

"Ya. Saya sendiri. Maaf anda siapa?"

"Begini, saya adalah—"

Kibum menghela nafas kasar. Pemuda stoic itu bergegas menyimpan ponselnya begitu panggilan terputus, kemudian mengambil mantelnya, mengabaikan tatapan bertanya teman-temannya. Satu yang ada dipikirannya sekarang. Kyuhyun.

Kibum sebenarnya bisa saja tak peduli, bisa saja mengabaikan panggilan itu. Tapi—ada satu suara dalam sudut hatinya yang menyuruhnya untuk datang. Jadi dia akan datang kesana. Masa bodo dengan tugasnya. Ia yakin, teman-temannya itu tak akan mendepaknya keluar dari kelompok karena masalah ini. Dia cukup yakin dengan kemampuannya, dan teman-temannya itu pasti membutuhkannya. Well, kita lihat saja nanti.

Hanya perlu waktu 15 menit, dan Kibum sudah berdiri didepan gerbang high school tempat dimana adik tirinya itu belajar. Dan sekarang ia bahkan bisa melihat Kyuhyun menunggunya dibawah hujan salju. Dan hal yang membuat Kibum kesal selanjutnya adalah—Kyuhyun tersenyum sumringah begitu melihat dirinya, melupakan wajahnya yang penuh dengan luka. Bocah pucat itu berlari kearahnya kemudian menariknya menuju ruang kepala sekolah. Entahlah, kali ini Kibum bahkan tak memberontak. Ia biarkan tangannya digandeng Kyuhyun.

Sudah ada seorang wanita setengahbaya didalam ruangan kepala sekolah saat Kibum dan Kyuhyun masuk. Kibum hanya melirik sebentar ketika wanita paruhbaya itu menatapnya kesal. Ia tipe yang tidak peduli pada pandangan orang lain padanya. Itulah kehidupannya selama ini, dan dia baik-baik saja selama ini.

"Baiklah, saya permisi Kepala Sekolah Yoo"

Wanita itu menarik bocah seusia Kyuhyun bersamanya. Kibum bertaruh pemuda itulah yang berkelahi dengan Kyuhyun.

"Anda Kim Kibum?"

"Ya"

Dan Kibum benar-benar mendelik ketika mendengar penuturan Kepala Sekolah. Kyuhyun –si pucat, adik tirinya yang ia nilai manja, berani memukul salah satu anak donatur tertinggi di Sekolah ini. Yang menjadi nilai plus Kyuhyun dimata Kibum kini adalah keberaniannya, bukan karena anak yang dipukulnya. Kibum cukup yakin, Ayahnya berada diurutan 3 terbesar untuk donatur sekolah ini. Tapi keberanian bocah itu berkelahi.

***

Kibum menghentikan langkahnya begitu melihat Ayahnya dan Ibu tirinya sedang duduk berdua dikursi ruang keluarga. Keduanya nampak tengah menikmati drama disalah satu channel televisi sambil menyesap kopi –tanpa berinteraksi. Dan lagi-lagi perasaan lega itu datang. Entah mengapa.

"Kau pulang, Bum?" suara Ayahnya menyadarkannya. Ia kini tengah menjadi pusat perhatian Ayah dan Ibu tirinya. "Tumben"

"Kurasa Ayah yang tumben sudah pulang" Kibum menjawab –berniat menyindir Ayahnya, mendudukan dirinya disofa lain diruang keluarga. Hal itu cukup membuat Tuan dan Nyonya Kim saling pandang heran. Ini untuk pertama kalinya setelah lima tahun Kibum mau duduk jika Tuan dan Nyonya Kim sedang berdua saja. Biasanya, Kibum lebih suka mengabaikan mereka dan menghabiskan banyak waktunya dikamarnya.

"Ada apa?"

Kibum membenarkan posisi duduknya. "Aku baru saja dipanggil kepala sekolah Yoo" katanya datar.

My BrotherWhere stories live. Discover now