Drama Duapuluh Tiga

73.5K 2.7K 63
                                    

Here i'm My love~ xD

--

Aku mengacak rambutku kesal sambil menuruni tangga, frustasi sendiri dengan pertanyaan terkutuk yang kulontarkan pada Saskia tadi pagi. Betapa aku terlihat seperti pria brengsek ya kan? Orang-orang pasti akan beranggapan begitu.

Dan jujur saja, aku sendiri tidak tahu tertinggal dimana otakku sampai-sampai bisa menanyakan soal perceraian pada Saskia. Hell.

Oke, anggap saja pertanyaanku tadi pagi adalah angin lalu yang tidak akan berhembus dua kali. Sekarang semuanya sudah jelas, seperti halnya perasaan kami yang sudah tergambar secara gamblang.

Simple-nya, aku dan Saskia saling mencintai. Berarti tidak ada alasan untuk kami bercerai setelah masa kontrak itu habis. Titik. Ketuk palu tiga kali.

Nah, sekarang yang harus kulakukan adalah menyimpan baik-baik surat kontrak itu. Atau kubakar saja? Hm... Masukan ke dalam mesin penghancur kertas saja bagaimana? Ah, dirobek hingga tidak berbentuk sepertinya cukup dramatis.

Aku mengernyit saat melihat meja makan yang bersih. Tidak ada sehelaipun kertas yang kucari. Surat kontrak kami maksudku. Aku ingat betul, kalau tadi aku meninggalkannya di sini saat pergi ke kamar.

Mungkin Saskia yang membereskan, karena yang masih berada di sini adalah Saskia yang sedang memasak. Mudah-mudahan dia tidak kembali memasukan surat kontrak itu ke dalam kulkas.

Aku memerhatikan Saskia yang berdiri menghadapan kompor gas, ia membelakangiku. Satu tangannya sibuk mengaduk sesuatu yang berada di dalam panci, sedangkan tangannya yang lain, entah tengah memegang apa, aku tidak bisa melihatnya dari sini.

"Sas?" panggilku, sengaja kukeraskan suaraku. Aku nyengir saat mendapati Saskia terkejut dan menjatuhkan sesuatu yang ia pegang.

"Apa? Ngagetin aja. Kalo tau-tau muka aku nublek disayur gimana coba?" oceh Saskia saat ia berbalik menghadapku, wajahnya benar-benar terlihat kesal. Duh, kok ya dia jadi manis gitu dengan wajah ngajak ribut.

Aku tertawa kecil, berjalan menghampiri Saskia dan berhenti dua langkah di dekatnya. "Tinggal oprasi plastik nanti, kalo muka kamu nublek disayur." jawabku asal.

"Dih, mao ya punya istri mukanya tambelan plastik?" balas Saskia sengit.

Lagi, aku tertawa kecil. "Selama itu kamu, aku tetep terima. Mau tambelan plastik atau ember pun, aku terima. Asalkan itu tetep kamu, karena kamu adalah seseorang yang bikin aku bisa disebut hidup." aku tidak tahu, sejak kapan aku jadi gampang mengucapkan kata-kata semanis ini. Terpikir gitu aja, tanpa ada komando sebelumnya. Tapi aku masih jauh dari taraf untuk dapat dibilang pintar gombal lho ya. Lagi pula, apa yang aku ucap itu bukan sekedar gombalan tidak bertanggung jawab kok.

"Ngomong sih gampang, kalo mukaku beneran tambelan ember, baru kamu mikir." gerutu Saskia. Biarpun menggerutu, tetap saja wajahnya merona. See? Dia manis, bahkan saat menggrutu sekalipun. Haha.

"Wife, liat surat kontrak nikah kita nggak? Mau aku jadiin karya seni." kataku, memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan kami dari soal ember.

Tiba-tiba Saskia seperti teringat sesuatu, "tadi sih aku pegang. Lagi aku baca, tapi kok..." Saskia melihat tangannya yang kosong, tidak memegang apapun.

Ha? Tadi dipegang? Berarti...

"Yah ampun!"

"Eh, jangan diambil pake tangan, itu sayur panas!"

"Aduh!"

--

Ya ampun, aku masih menggeleng-gelengkan kepalaku tidak percaya. Pelan-pelan aku mengoleskan gel anti luka bakar pada permukaan jari Saskia yang tadi terlanjur menyentuh permukaan sayur.

"Kamu tuh gak punya ilmu kebal. Hati-hati dong." ucapku jengkel. Untungnya, jari-jari Saskia hanya menyentuh permukaan sayur, tidak sampai tercelup ke dalamnya. Dasar ceroboh.

"Itu refleks tau!"

"Lagian, siapa suruh terlalu kreatif. Abis naro itu surat kontrak di dalem kulkas, sekarang malah nyemplungin itu surat ke dalem sayur sop."

Ya, haha. Kelewat kreatif. Saskia berhasil membuat surat kontrak kami berenang di dalam panci, dan hampir menjadi bubur. Ternyata yang tadi Saskia pegang sambil mengaduk sayur adalah surat kontrak kami. Dan terlepas dari tangannya karena terkejut saat aku memanggilnya. Konyol dan tidak masuk akal sih. Tapi... Lumayanlah, saat aku masih berpikir mau diapakan surat kontrak itu, Saskia malah sudah lebih dulu menjadikannya sayur kertas. Haha.

"Itu salah siapa coba ngagetin. Dasar nggak mau salah." ujar Saskia jengkel. Ya, ya, salahku memang. Tapi toh itu surat samasekali sudah tidak penting ini sih.

Aku hanya terkekeh sebentar, dan membereskan kotak P3K yang ada di atas meja, sedangkankan Saskia sudah kembali tidak acuh terhadap surat kontrak itu, dan meminum cappucino-nya yang kubuatkan.

Hm... Apa Saskia pernah bilang akhir-akhir ini aku sering menemaninya menonton drama? Nah, sepertinya aku mengingat satu adegan yang menarik untuk kuperaktekan saat ini, dari salah satu drama korea yang kutonton bersama Saskia.

"Sas, inget satu adegan drama korea yang kita tonton bareng gak?"

Saskia menurunkan gelasnya, dan mengernyit bingung. "Yang mana? Adegan di drama korea kan banyak, juga aku nggak cuma nonton satu drama korea aja." jawab Saskia.

Aku tersenyum, menyingkirkan kotak P3K ke samping, dan menjulurkan tubuhku melewati meja untuk mencapai Saskia, dengan kedua tanganku yang bertumpu di atas meja.

"Yang begini, nih." kudekatkan wajahku pada wajah Saskia, dan menyentuh bibirnya dengan bibirku, mencecapnya sebentar sebelum akhirnya aku menjilat noda cappucino yang tertinggal di atas bibir Saskia.

"Ingat?" tanyaku setelah menjauhkan wajahku dari wajah Saskia, ia tampak terkejut. Ya ampun, makin jadi ini gemesnya.

"Secret garden."

"Tepat." timpalku, mengecup singkat bibir Saskia sekali lagi, dan langsung mengambil langkah seribu, karena melihat wajah Saskia yang memerah, aku tahu bahwa kesadarannya akan segera kembali.

Brak!

"DAMAR MESUM!"

Haha. Selamat, aku berhasil melewati pintu dapur sedetik sebelum kotak P3K yang Saskia lempar ke arahku, meleset mengenai dinding samping pintu dapur.

Biar kuberitahu, pria adalah makhluk paling pintar memanfaatkan kesempatan. Haha.

--

*jambak rambut* kalian harus tau, kalo aku mulai frustasi sama dua orang ini. Kok gak menye-menye lagi ya? Apa karena aku kebawa gaya penulisan You and Me, This is Our World kali ya? Wkwkwk.

Terimakasih untuk voment dan semangat, juga telah membaca cerita ini ya. ^^

Sudah ya, maaf tidak sesuai ekspektasi kalian. Aku tau, ini membosankan dan gak jelas. Tenang aja, bentar lagi tamat kok. ^^

Bye~

Salam,

Hana Akuma.

Karena Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang