Drama Sepuluh

83.3K 3.2K 44
                                    

Pagi ini aku dibuat terkejut dengan kenyataan... Aku terbangun di dalam pelukan Damar. Seketika duniaku terasa hening, otakku sibuk mencerna.

Aku mengerjap, aku tidak berani melakukan hal lain selain mengerjapkan kelopak mataku. Ini terjadi untuk pertama kalinya selama kita sudah hampir sebulan menikah. Memang hubungan kami akhir-akhir ini membaik, tidak sedingin awal. Tapi tetap saja, kejadian seperti ini di pagi hari adalah hal yang langka, bahkan belum pernah terjadi.

"Udah bangun?" suara khas bangun tidur milik Damar, tertangkap oleh cuping telingaku. Mendadak aku ingin buru-buru menggali lubang dan mengubur diriku sendiri.

"Kalo yang ada di pikiran kamu adalah, untuk mengubur dirimu sendiri, itu terlalu berlebihan. Kita tidak melakukan apapun semalam, jadi tidak usah berpikir seperti itu." lagi-lagi suara Damar yang kudengar sebelum aku sempat mengatakan apapun. Oh, apa dia bisa membaca pikiran? Tidak. Orang bodoh pun tau kalau dia tidak memiliki kemampuan seperti itu.

"Kamu pengen terus dalam posisi begini? Aku harus kerja." aku langsung refleks berusaha untuk lepas dari pelukan Damar saat mendengar perkataannya.

Oke, dia memang ngeselin! Tadi dia sendiri yang bilang harus kerja, tapi sekarang siapa coba yang malah nahan aku makin kuat di pelukannya?

"Lepasin." kataku ketus. Aku masih berusaha lepas dari pelukannya.

"Masih pagi. Gak usah ketus-ketus sama suami." Damar berucap datar. "Semalem kamu mimpi buruk. Inget gak sih? Bohong kalo gak inget, orang kamu sempet bangun kok." sambungnya. Aku berhenti melakukan aksi berontakku. Dengan pelan, aku menarik napasku dalam-dalam. Otakku selalu bekerja lebih lambat saat baru bangun tidur. Perlahan aku mulai ingat, kilasan tentang mimpiku semalam walau tidak seutuhnya.

Mimpiku semalam sama seperti mimpiku di malam-malam sebelumnya. Tentang masa lalu yang bersangkutan dengan pria bernama Ryan yang ingin kuenyahkan dari gulungan memoriku, menenggelamkannya ke dasar tumpukan kertas ingatanku.

"Maaf, udah ngerepotin semalem." ucapku setelah beberapa menit hening. Damar menarik napasnya, aku bisa merasakan dadanya yang naik dan turun dengan cepat. Yang kurasakan setelahnya adalah, pelukan Damar padaku yang mengerat.

"Damar..."

"Biarpun aku suami yang menikah sama kamu karena kontrak, tetap pada kedudukannya, aku adalah suami kamu. Kalo ada apa-apa cerita, kamu gak harus menyembunyikan apapun dariku. Kita memang gak berhubungan cukup baik dari awal, tapi ayo kita perbaiki mulai sekarang dengan berjalannya waktu." Damar bicara tanpa beban sedikitpun, dengan nada tenang khas miliknya.

Aku tercenung. Aku tidak bisa memikirkan apapun selain menemukan diriku terkejut dengan apa yang baru saja Damar katakan.

Perbaiki dengan seiring berjalannya waktu? Apa maksudnya?

===

Maaf sebelumnya. Tapi plis, jangan ada yang bilang part ini dikit. Aku tau, ini dikit, pake banget malah. Tapi serius, aku lagi dalam mood yg setengah-setengah ngetik ini. Setengah baik, setengah buruk. Aku kesel karena aku lagi ngetik dan banyak motor bersuara kaleng rongsok lewat dengan suara toak norak. Seketika moodku buyar. Maaf yaaa.~

Salam sayang penuh cintaH,

Dendelion.^^ (pelukciummesraH)

Karena Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang