Unplanned Wedding Chap 5

77.9K 3K 38
                                    

Apa itu Cinta? Bagiku Cinta itu hanya Omong Kosong! Banyak orang yang mengatakan “Aku mencintaimu.” Tapi pada kenyataannya hanya pengkhianatan yang diberikan. Bagaikan bualan manis yang beracun dan merubah segala dalam hidup.

-Revin Raditya Wiyatama-

“Sampai kapan kau akan seperti ini terus?” Tanya perempuan paruh baya sambil berkacak pinggang.

“Ma, berhentilah untuk terus memaksaku seperti ini.” Balas laki-laki yang ada dihadapannya dengan frustasi.

“Revin, kau ini CEO muda, kau punya segalanya, sudah sepantasnya kau mempunyai istri yang akan mengurusmu.”

“Aku ini masih muda Ma, aku masih ingin fokus dalam pekerjaanku dulu.”

“Tidak! Sudah berapa kali Mama bilang, kau ini sudah dewasa,kau sudah 27 tahun. kau perlu mencari calon istri!” Perempuan paruh baya itu terus mendesaknya.

Yah Revin memang sudah seharusnya dan memang sudah sewajarnya mencari pendamping hidup, namun tetap saja dia merasa belum siap untuk semua ini, bukan, bukan belum siap tapi lebih tepatnya belum waktunya, karena ia masih sibuk menyembuhkan luka di hatinya, Revin tersenyum kecut mengingat kembali ke masa lalunya, masa lalu yang ia kira akan membuatnya bahagia, namun hanya karena seseorang semua impiannya itu bagaikan impian belaka tanpa mungkin bisa menjadi kenyataan, seseorang yang benar-benar telah membuat sifat Revin berubah, begitu juga mengubah segalanya, mengubah prinsip dan hidupnya. Cinta hanyalah Omong Kosong tanpa ada hasil yang nyata. Semua itu memuakkan!

“Ma, kumohon berhenti mendesakku seperti itu, aku sudah punya calon istri dan aku berjanji akan memperkenalkannya pada Mama.”  Ujarnya setengah geram dengan tuntutan dari Mamanya. Yah lagi-lagi hanya alasan itu yang bisa ia keluarkan.

Mamanya menaikkan sebelah alisnya dan mendekati Putranya, “Sudah berapa kali kau berkata seperti itu, tapi mana buktinya? Kau tidak pernah memperkenalkannya pada Mama.” Cibir mamanya.

“Ck, Ma, sudah kubilang bahwa dia sedang sibuk, lain kali pasti aku akan mengenalkannya pada Mama.” Revin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, merasa bingung dengan alasan apa yang harus ia keluarkan untuk menghentikan desakan dari Mamanya.

“Kalau kau tidak bisa mencari calon istri, Mama akan mencarikannya untukmu!”

“Tidak! Aku bisa mencarinya sendiri, Ma. Aku tidak mau Mama menjodohkanku dengan anak teman-teman Mama itu!” tolaknya dengan mata membesar, apalagi mengingat terakhir kali ia dikenalkan dengan anak teman Mamanya yang sifatnya sangat manja, terlalu berlebihan dan bermake-up tebal. Mengingatnya saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

“Kalu begitu cepat carilah! Mama sudah memberimu keleluasaan untuk mencari calon istrimu sendiri, sudah Mama katakan bukan kalau Mama akan menerima semua perempuan yang kau bawa kepada Mama.”

Mama Revin memicingkan matanya, “Dan jangan kira, Mama tidak tahu dengan kebiasaan burukmu itu! Kau tahu, Mama sama sekali tidak menyukai itu.” Kini wajah sang mama mulai menyiratkan raut kesedihan, sedih dengan perilaku buruk anak sulungnya itu.

Tubuh Revin menegang seketika melihat raut kesedihan di mata orang yang benar-benar ia sayangi, perasaan bersalah mulai menjalar ke hatinya, selama ini ia memang mempunyai kebiasaan yang yah cukup buruk, Revin berubah, ya dia berubah, dan Mamanya tidak menyukai itu, dan ini semua karena orang itu. Akhir-akhir ini Revin sering sekali ke club, menghabiskan waktunya hanya untuk mabuk-mabukan, sering bermain dengan perempuan. Benar-benar jauh dari sifat Revin yang dulu.Semua telah berubah!

Revin menghela nafasnya kuat-kuat, entah bagaimana kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya “Aku sudah mendapatkannya, Ma. Aku sudah bertunangan”

Unplanned WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang