Prolog

110K 10.5K 304
                                    

Shafana membuka pesan yang masuk dalam ponselnya. Sebuah pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang mengabarkan tentang kabar gembira, namun Shafana tidak merasakan kebahagian itu meresap ke dalam hatinya.

Bang Azril : Shafa, Abang mau menikah dua minggu lagi. Kamu pulang ya?

Shafana menarik nafasnya berat. Dia tahu cepat atau lambat dia harus kembali ke tanah kelahirannya. Bertemu dengan Azril dan juga keluarganya. Sesuatu yang selalu membuat Shafa merasakan sesak dan juga nyeri di dalam hatinya.

Apa pulang adalah pilihan yang benar untuknya?

Shafa membuka kembali sebuah email yang dikirimkan Azril padanya.

Assalamualaikum Shafa...

Hari ini Abang datang ke rumah perempuan yang akan Abang khitbah. Namanya Mutiara, dia adalah adik kelas Abang di kampus dulu. Alhamdulillah keluarganya menyambut niat baik Abang, kami berbincang selama dua jam lebih, lalu menentukan tanggal pernikahan. Ya, Abang hanya berjumpa dengannya beberapa kali di kampus dulu, tanpa tegur sapa. Dan baru tadi kami berbincang di depan para keluarga, tidak butuh banyak waktu untuk mengenalnya, karena Abang sudah mantap, dialah shalehah yang dipilihkan Allah untuk Abang.

Abang minta kamu pulang ya. Ibu dan Ayah juga kangen sama kamu.

Shafana menutup email itu. Setitik cairan bening keluar dari sudut matanya. Seharusnya dia bahagia bukan? Tapi kenapa hatinya terasa sakit?

******

Riley memasukkan semua perlengkapannya ke dalam koper hardcase berwarna hitam miliknya. Besok dia akan melakukan perjalanan ke Roma.

"Berapa lama kau pergi?" tanya perempuan paruh baya yang merupakan ibu Riley.

"Aku tidak tahu, mungkin sebulan atau setahun."

Mrs. Anderson memukul pundak anaknya itu. Matanya basah karena menangis. "Kenapa kau harus melakukan ini! Tidak bisakah kau hanya menikmati semua yang ada untukmu?"

Riley menggeleng, lalu memeluk tubuh ibunya. "Kau tau Ibu, jika aku terus berada di sini aku bisa gila. Aku harus menemukan jawaban semua pertanyaan di dalam benakku," kata Riley mantap.

"Cepatlah kembali, Nak. Kami semua akan merindukanmu."

Riley mengangguk, walaupun dia tidak tahu kapan bisa kembali lagi di tengah-tengah keluarganya. Mungkin setelah dia mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan yang menganggunya selama ini.

*******

New story.

Udah lama pengin bikin cerita religi hahhaa. Baru kesampean karena baru dapet idenya dan parahnya sepanjang liburan kemarin malah cerita ini muter-muter terus di otak. Aku nggak janji update cepet ya. Nikmatin aja lah ya. Ini bukan cerita romance, apalagi kisah perbandingan agama, jelas bukan! Aku hanya berusaha mengembangkan hal yg aku tahu sebagai orang awam untuk menjelaskan tentang Islam. Karena makin hari kayaknya banyak banget pemahaman yg keluar dari jalur yang bener. Aku juga masih belajar, jadi kita sama-sama belajar ya.

Happy reading....

Palembang, 19 Juli 2017

The Purpose of Life (DI HAPUS UNTUK PROSES PENERBITAN)Where stories live. Discover now