Chapter 1: Marry Loraine O'Connor

83.2K 3.5K 196
                                    

Mata Elang Cole menatap tajam pada Harry di sebelahnya. Mulut Harry yang banyak omong membuat telinga Cole panas.

Harry terus membicarakan Julie wanita pujaan hatinya sepanjang hari. Julie begini lah. Julie begitu lah. Harry terus mengungkapkan betapa ia sangat mengagumi sosok Julie lebih dari apa pun di dunia ini.

Mereka bukan teman dekat — Cole memang tidak berteman dengan siapa pun. Harry sendiri yang terus menempel padanya. Sehingga semua orang menganggap keduanya adalah sahabat dekat.

Orang-orang mengenal mereka sebagai Cole yang pendiam, tidak suka bicara, memiliki aura yang misterius. Bersahabat dengan Harry si jangkung yang sangat ekstrover sekaligus ekspresif.

Kata mereka Cole dan Harry adalah sepasang sahabat yang saling melengkapi.

Cole tidak terlalu banyak mendengar ucapan orang. Biar saja mereka bicara apa. Yang penting aslinya ia tidak begitu.

"Kamu tahu, Cole? Dia tadi menyapa aku. Dia tersenyum padaku. Senyumnya sangat cantik. Seperti bunga dandelion yang sedang mekar."

Harry tak henti-hentinya memuji Julie. Sampai tidak sadar bahwa Cole sedang menatap tajam padanya seperti seorang pembunuh berdarah dingin.

Harry seketika menekan ludah. Kalau sudah begini, mau tak mau Harry harus diam.

Cole pun melanjutkan langkahnya menelusuri koridor sekolah menuju kelas. Baru beberapa langkah Cole berhenti lagi. Menatap tajam kembali pada Harry yang masih terus menempel padanya.

"Sudah berapa kali aku katakan? Tolong jangan terus menempel padaku!" Cole bersikap tegas.

Memastikan Harry telah mundur beberapa langkah, Cole pun melanjutkan langkahnya.

Di saat itu lah Harry menatap kesal pada Cole. "Dia ada masalah apa sebenarnya? Masih untung aku mau berteman dengannya!"


***

Sepulang sekolah, Cole tidak langsung pulang. Ia mampir dulu ke tepi Sam River. Pemerintah sudah membangun tepian sungai ini menjadi tempat yang asyik untuk menghabiskan waktu. Begitu cantik dan nyaman dengan pemandangan sungai yang jernih sekaligus gedung-gedung pencakar langit di pusat kota.

Cole berjalan lurus menuju destinasi favoritnya. Yaitu pada tempat duduk permanen yang dibangun dari material batu bata berlapiskan semen yang dihaluskan. Cole pun mulai duduk dengan nyaman di sana.

Di sana berdiri seorang wanita anggun nan cantik. Ia mengenakan dress selutut berwarna krim. Rambutnya panjang sepinggang, terlihat indah berkibar diterpa angin sore.

Ia sedang bermain dengan seorang anak laki-laki. Umurnya sekitar tiga tahunan. Anak itu tampak begitu bahagia mengejar merpati putih yang semula sedang berkumpul di lantai pinggir sungai. Dan kemudian terbang serentak karena dikejar. 

Sudah tiga bulan lamanya. Cole seperti orang gila. Ia terobsesi untuk terus bertemu dengan wanita itu. Setiap kali menatapnya, Cole merasa tenang. Seolah ia sama sekali tak memiliki masalah untuk dipikirkan.

Syukur lah, selama tiga bulan itu juga. Wanita itu belum pernah absen mengantar anaknya main ke sini setiap sore. Mungkin rumahnya ada di sekitar sini.

The Lonely DancerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang