Chapter 4

502 40 10
                                    

#Lucas POV#

Aku memperlambat langkahku agar dia berjalan sejajar dengan ku tapi nyatanya diapun ikut memperlambat langkahnya. Ini sangat membuatku tidak nyaman. Siapa yang merasa baik-baik saja jika berjalan sendiri dilorong yang remang dengan orang asing yang berjalan dibelakangmu seolah sedang membuntutimu.
Kuhentikan langkahku dan berbalik, ia sedikit terkejut melihatku yang tiba-tiba berhenti, membalikkan badan dan menatapnya.

"Tidak bisakah kau berjalan disampingku? Kau membuatku merasa dibuntuti dan aku tidak nyaman." kataku datar

"baiklah."

Ia berjalan kearahku, langkahnya mulai mendekat dan kini ia sudah berdiri tepat didepanku. Wajahku dan miliknya hanya berjarak sekitar satu jengkal tangan dan ini membuatku menghentikan nafas sejenak. Aku kembali menatap wajahnya yang dibalut dengan siluet cahaya lorong. Indah, kataku dalam hati. Aku berkedip saat menyadari apa yang baru saja terucap dalam anganku, ini gila.

Ia mendekatkan wajahnya padaku......"kau tidak apa-apa?"

Damn...

Ini tidak bisa dikatakan "mendekatkan wajah" karena hidungnya kini menyentuh hidungku. Ya, hidung kami bersentuhan dan sepertinya ia masih belum berniat untuk menyingkir dari hadapanku sampai akhirnya aku merasakan hembusan hangat dari hidungnya. Tubuhku memanas. Sedekat ini kah aku dengannya sekarang?
Ingin rasanya aku keluar dari kekangan manis dan menyesakkan ini, apa daya mataku justru beralih menatap lurus bibir tebal itu. Kakiku mendadak lemas, dan bibirku berubah kelu. Aku tidak bisa terus berlama-lama berdiri didepannya. Kuberanikan diri untuk menatap matanya dan ku tarik nafas pelan.

"Bisakah kau bawakan buku-buku ku?"

Aku tahu ini terdengar klise. Sebuah kamuflase yang kuciptakan agar menjauh dari tubuhnya yang hampir menjadi candu. Berhasil. Ia memundurkan badannya sambil menatapku sejenak. Ia gerakkan kedua bola matanya dan berhenti pada tumpukan buku-buku yang masih setia menempel dilenganku. Diambilnya perlahan dan dibawanya buku-buku itu dengan satu tangan.

"Ayo jalan." katanya sambil berjalan memimpin

Tanpa jawaban, aku menyusulnya dari belakang dan berusaha menjajari langkah besarnya. Kami berjalan dalam diam sampai akhirnya ia berkata memecah keheningan.

"Aku meminta tolong padamu dan aku tidak tahu siapa nama mu." katanya sambil melirikku

"Hmmmm."

"Itu bukan jawaban" katanya sambil menatapku sejenak

"Nadamu tidak terdengar seperti kalimat tanya, apa aku harus menjawabnya?"

"Unik." katanya sambil tersenyum ringan. "Baik lah ku perbaiki nada bicaraku. Lalu, siapa nama mu?"

"Yaowang."

"Yaowang....aku Yang Yeming."

"Ye..Ming?"

#Lucas POV end#

Lucas merasa ada yang aneh ketika dirinya mendengar nama itu. Sepertinya tidak asing, ucapnya dalam hati. Ia berjalan dalam diam, mencoba menggali tumpukan memori akan nama Yang Yeming, belum sempat otaknya bekerja ia sudah dikagetkan dengan dengan hembusan angin hangat yang menyentuh mata kanannya. Lucas terkejut dan bahunya terangkat otomatis. Ia menoleh ke kanan dan mendapati Yeming tengah memandangnya sambil tersenyum ringan.

"Sepertinya kita sudah sampai."

"Eh?....ohh iya emm kita sudah sampai." jawab Lucas gagap saat melihat ruangan didepannya dengan papan bertuliskan Kepala Fakultas

"Terima kasih sudah mengantarku." katanya sambil tersenyum

"Tidak masalah, kalau begitu aku pergi dulu." jawab Lucas sambil berbalik dan berjalan meninggalkan Yeming

StrangerWhere stories live. Discover now