Chapter 44 Arus Balik

6.9K 465 33
                                    

Catatan :

Eme : ibu

Para penonton memberikan sambutan tepuk tangan meriah setelah petikan terakhir permainan Hoshitai. Yulan juga ikut bertepuk tangan dalam kerumunan tersebut. Sepasang lesung pipinya mengembang diikuti lengkungan senyumannya. Ia tak menyangka lelaki yang berkelakuan kasar itu ternyata pintar dalam hal seni. Benar-benar lelaki unik dan sulit dimengerti.

Terlihat lelaki yang sedang dibicarakan berdiri dan tersenyum pada khalayak penggemar “Terima kasih telah member saya begitu banyak tepuk tangan meriah seperti ini,” tangan terkepal Hoshitai diangkatnya keatas dada dan dirapatkan dengan telapak tangan kanannya.
Bersamaan dengan ini Hoshitai mulai mengumpulkan barang-barangnya. Para kasim dan pelayan mulai membubarkan diri. Namun, berbeda halnya dengan Yulan. Gadis itu masih berdiri tegak di tempatnya semula. Yulan masih memiliki pertanya untuk di jawab Hoshitai. Ia heran kenapa Hoshitai dapat masuk leluasa seperti ini di dalam istana Ting Fu.

Yulan melangkah menuju paviliun. Ia duduk di salah satu kursi batu pualam dalam paviliun. Dilihatnya sosok lelaki berpakaian biru polo itu tak terpengaruh sama sekali oleh kehadirannya. Lelaki itu masih masih mempertahankan kegiatan membereskan satu persatu barang bawaannya mulai dirinya simpan dengan rapi. Yulan tersenyum kecil atas kerapian Hoshitai. Ia berbeda sekali dengan kakaknya yang sering berantakan dan terkesan acak-acakan. Yulan berdiri. Gadis itu berhenti tepat disebelah Hoshitai.

“Permainanmu bagus sekali. Ternyata selain bertenaga besar kau juga ahli dalam bidang seni”

“Terima kasih pujiannya. Entah kenapa aku tak merasa senang sama sekali di puji orang tak berbakat seperti dirimu” Hoshitai bersikap dingin sambil menggulung karpet Persia yang diletqaknya diatas lantai.

Yulan mengernyit. Tak sopan benar orang ini. Bukankah Confucious pernah mengatakan jangan menilai seseorang dari penampilan. Apakah lelaki ini tak pernah mendapatkan pelajaran itu? Yulan tersenyum. Kalau begitu sebaiknya dirinya memberi sedikit pelajaran pada lelaki sombong angkuh dan kasar dihadapannya ini.

Yulan berlutut tepat di sisi meja yang meletakkan kecapi. Yulan mengambil kecapi tersebut dan memainkan lagu Han Gong Chun (Gugur di istana Han). Setiap jari-jari Yulan dengan gemulai memetik tiap senar yang diperlunya. Ia tenggelam dalam permainannya tak lagi memedulikan keadaan di sekelilingnya.. yulan seolah kembali ke masa lalu, dimana dirinya sering memainkan lagu untuk keluarganya juga lelaki itu.

Hoshitai hanya menatapnya, tetapi Yulan dapat merasakan kekagumannya dan keterkejutannya dalam gemerlap manik mata Hoshitai. Setelah Yulan selesai memainkan satu lagu, Hoshitai pun turut bertepuk tangan dengan riang. Yulan menatapnya dengan ekspresi kemenangan yang berusaha disembunyikannya.

“Bagus sekali permainanmu! Tak ku sangka seorang pekerja kasar juga memiliki bakat tersembunyi seperti ini” tepuk tangan Hoshitai masih berlanjut.

Yulan membungkuk kecil “Terima kasih Jendral. Hamba tak sebaik itu hanya sewaktu masih dirumah, eme hamba pernah memanggilkan seorang guru seni untuk hamba,” ucap Yulan menghela napas.

Alis Hoshitai bertaut, mungkin lelaki itu menangkap kejanggalan dalam ucapan Yulan, namun Yulan tak membiarkannya bertanya lebih lebih jauh. Cepat-cepat gadis itu mengubuah arah pembicaraan.

“oh ya. Kenapa anda dapat keluar masuk leluasa seperti ini? Bukankah disini memiliki aturan yang sangat ketat?” ucap Yulan berusaha terlihat riang.

Hoshitai tertawa singkat “Tentu saja dapat,” Hoshitai menatap Yulan. “Aku dulu bertugas sebagai ketua prajurit patrolidisini jadi siapa pun mengenalku dan membiarkanku masuk”

Yulan tersenyum mengejek. Ternyata begitu mudahmya dapat masuk ke Istana Ting Fu. Berbeda sekali dengan dugaannya.

“Curang sekali” Yulan tersenyum mengejek, “ Pantas saja para gadis disini begitu tergila-gila padamu”

Hoshitai hanya tersenyum singkat, lelaki itu tak memberi tanggapan apapun. Diraihnya kecapi miliknya. Ia mulai memainkan sebuahg lagu tak dikenal. Iramanya begitu sedih dan gelap menurut Yulan. Hoshitai membuka matanya, ia menghela napas panjang. Tiada lagi pembicaraan yang terjadi diantara keduannya. Yulan menunduk menatap meja.

“Jendral . . .” panggil Yulan dengan suara pelan, “ Hamba penasaran. Sebenarnya kenapa anda mengenal almarhum Ratu Sitara, bahkan anda memanggil nama gadisnya” Yulan mentap lelaki berpakaian putih itu.

Sepasang tangan Hoshitai yang pada awalnya sedang memeriksa senar kecapi berhenti seketika. Matanya sayu bagai menerawang, lelaki itu mendongak menatap langit-langit cukup lama. Hoshita mengarahkan tatapannya pada kecapi yang ingin disimpannya.

“Aku dan Jinzhi berteman sejak kecil, kami bertetangga dekat. Kami tak lagi berhubungan setelah ia menikah” Hoshitai menghela napas lagi.

Yulan terdiam. Ia dapat merasakan keberatan percakapan Hoshitai juga perasaan sedih yang disimpannya selama ini. Yulan mengutuk dirinyaatas pertanyaan dadakan tersebut. Sekarang suasana menyenangkan tadi hilang begitu saja bagai ditiup angin. Yulan melirik seklias wajah Hoshitai yang sedang menunduk. Ia tak dapat melihat jeleas ekspresi wajah Hoshitai. Yulan akhirnya memutuskan meninggalkan tempat tersebut.

Yulan beranjak berdiri. Gadis itu membungkuk pada Hoshitai “Hamba mohon undur diri Jendral”

Yulan berbalik dan berjalan keluar dari paviliun. Baru berjalan beberapa langkah, gadis itu mendengar suara panggilan dari arah paviliun. Yulan beryhenti dan berbalik. Ia menatap Hoshitai tepat di mata. Lelaki itu juga sedang menatapnya.

“Permainanmu sungguh bagus. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi di paviliun ini?”

Yulan tersenyum kecil. “Terima kasih atas kebaikan Jendral. Hamba masih harus mengerjakan banyak pekerjaan lainnya” Yulan membungkuk hormat. “Hamba undur diri”

Yulan langsung pergi mengabaikan Hoshitai yang sedang memanggil-manggil namanya. Ia menolak permintaan Hoshitai lantaran tak ingin menjadi bahasn pembicaraan orang-orang apalagi dengan statusnya seorang selir buangan. Yulan memikul keranjang sampah rotannya dan berjalan menjauh.

To Be Continue  . . . 
  

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang