Chapter 30 : Mian Ning

10.3K 509 9
                                    

Bunyi pecahan kian mengeras di dalam istana Chu Xiu. Nafas tak beraturan Guilian membuat para pelayannya ketakutan. Guilian melempar mangkuk porselen biru ke bawah lantai, namun kemurkaannya tak juga meredup.

"Si jalang itu! Beraninya dia bertindak di atas kepalaku!" Guilian memutuskan duduk di atas kursi, namun tangannya terus terkepal memukul meja dengan marah dadanya turun naik tak beraturan, menandakan amarahnya yang meluap-luap.

Yuxi berjalan ke arah pintu, ia menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan rasa takutnya. Ia berjalan ke dalam ruangan memasang wajah datar. Yuxi menghadap huang guifei. Diletakkannya mangkuk berisi obat itu ke atas meja lalu mulai memijat bahu majikannya.

"Niang-niang, tenangkan pikiran. Niang-niang harus menjaga kesehatan demi pangeran yang ada di perut niang-niang"

Guilian menutup mata, ia menarik nafas dalam-dalam beberapa kali dan menghembuskannya perlahan-lahan. Sebenarnya ia sadar tak boleh marah-marah seperti ini di dalam masa kehamilannya. Namun, apa boleh buat wanita itu, jalang yang tinggal di bilik Ming Yue itu rupanya tak mau berdiam diri dengan patuh dan malah berlawan dengan dirinya. Guilian neraih mangkuk berisi cairan hitam itu, ia meminumnya dengan tak sabaran. Setelah cairan di dalam mangkuk itu habis tak berjejak ia meletakannya dengan suara keras. Pokoknya tiada hari baik baginya jika ia tak secepatnya mencabut sayap penghalang itu. Ia sangat benci menyaksikan segala gerak-geriknya, suaranya, apalagi melihat tatapan kaisar terhadap wanita tak tahu malu itu. . . Tatapan kaisar yang belun pernah dilihatnya sekalipun bersamanya.

"Kalian semua mundurlah, veb gong ingin menyendiri"

"Baik" para pelayan dan kasim berjalan mundur, tatapan mereka terarah ke bawah tak berani menatap isi ruangan ini. Takut kalau matanya belanja maka kepalanya akan berpindah rumah.

------

Tangan putih Yulan mengancing tiap kancing yang ada di baju berbordir sembilan naga itu. Senyum tak pernah lepas dari wajah maupun matanya. Ia tengah membantu suaminya mengenakan baju kebesaran. Yulan mengancing kancing terakhir di leher Yong Yan setelah itu membantunya mengenakan sepatu. Yong Yan tak tinggal diam, sesekali tangannya menyentuh tangan Yulan dengan usil.

Yulan berdiri, kini matanya bertatap langsung dengan mata Yong Yan. Jantungnya hampir melompat kegirangan kalau saja Yulan ak mengalihkan tatapannya. Yong Yan meraih kedua tangan Yulan dan mengeratkannya.

"Zhen pergi dulu, nanti setelah itu zhen pasti akan datang menemuimu lagi" ujarnya dengan nada lembut.

Yong Yan melepaskan tangannya, lalu berbalik pergi. Yulan dan para pelaynnya berlutut mengantar kepergiannya. Setelah bayangan kaisar telah menjauh, Yulan dan para pelayannya berdiri. Atas bantuan Chun Yue, Yulan mengenakan bajunya yang berwarna merah peach. Wanjun bertugas menyanggul rambutnya. Yulan memilih beberapa jenis bunga kain dan menjepitnya ke sanggulan. Yulan berdiri, merapikan bajunya lalu dengan lantang mengatakan tempat tujuannya. "Ke istana Yi Kung"

------

Sepasang sepatu tapak tengah Yulan mengeluarkan bunyi ringan dalam setiap langkah kakinya. Anqiu berada di belakang tak jauh darinya. Para pelayan dan kasim yang berjalan di tempat ini pun turut menyapa dan menghormat padanya.

Hari ini perasaannya terasa lebih baik dari sebelumnya. Yulan berbelok di sebuah tikungan, namun malangnya saat itu seorang anak laki-laki berperawakan berisi secara kebetulan juga melewati tempat ini. Anak laki-laki itu terkejut bukan main dan terjatuh ke bawah lantai. Yulan menghampiri anak itu lalu ia membantu anak kecil itu berdiri.

"Kau tak apa?" Tanyanya khawatir.

Anak itu menggeleng pelan. "Ananda tak apa-apa Lin niang-niang"

Yulan membuka mulutnya tapi terpaksa tertutup karena ia mendengar suara seorang kasim yang berterteriak-teriak memanggil pangeran pertama. Kasim itu menoleh dan segera berlari menghampiri mereka. Kasim itu seperti tak menyadari kehadiran Yulan, ia terus memutari tubuh munggil anak laki-laki itu. Setelah dipastikannya tak ada luka apapun ia bernafas lega.

"Pangeranku, anda hampir mencabut nyawa hamba yang tua renta ini" ia mengelus dadanya lega. "Mau kemana pangeran, kenapa pangeran tak lantas mengatakannya pada hamba?" Kasim tua itu menoleh, ia buru-buru berlutut setelah menyaksikab sosok Yulan. "Hamba memberi hormat krpada Lin changzhai"

Yulan tersenyum, "berdirilah" kadim tua itu menurut, ia berdiri dan menunduk. Yulan berjalan ke hadapan Mian Ning, ia menundukkan tubuhnya menyejajarkan pandangannya dengan Mian Ning.

"Pangeran, kenapa kau kabur dari kasim yang menjagamu?" Pangeran Mian Ning menunduk bersalah. "Ananda tidak sengaja meninggalkannya . . ." Ujarnya dengan suara lirih. "Ananda . . . Ananda hanya ingin melihat huang ama"

Yulan tersenyum lembut, disekatanya drbu yang menempel di wajah Mian Ning, "dengar pangeran, huang ama-mu sedang rapat denga para pejavat sekarang"

Mian Ning berubah muram, "huang ama . . . Apakah ama tak menyukai ananda?"

Yulan menggeleng pelan, "tidak pangeran. Kaisar hanya terlalu sibuk. Jika pangeran ingin menemui Yang Mulia maka belajarlah dengan giat dan jangan pergi begitu saja tanpa memberi tahu pengurusmu, mengerti?"

Mian Ning mengangguk, ia tersenyum lebar. "Ya. Ananda mengerti Lin niang-niang" Mian Ning dan kasim itu membungkut. "Kalau begitu, ananda mohon undur diri" Yulan mengangguk.

Mian Ning brrjalan menjauh, Yulan masih terus memandangi punggungnya. Di belakangnya Anqiu menghela nafas, sepasang alisnya berkerut dalam, wajahnya pun berubah sedih. Yulan berbalik memutuskan berhadap-hadapan dengannya.

"Kasihan sekali anak ini . . . Setelah ratu Sitara meninggal kini hanya tinggal kasim tua itu yang setia menjaganya"

Yulan juga ikut menghela nafas, sambil berbalik meneruskan perjalanan. "Anak yang tinggal di istana ini siapa yang tak menyedihkan. . ."

------

Yulan mengamati ruang utama istana Yi Kung. Porselen indah berjejer di rak dengan bunga magnolia yang menghiasinya, ada juga batu giok yang sengaja dibuat menjadi berbentuk merak berhias di rak. Ruangan ini jauh lebih besar dari pada ruang tidurnya di bilik Ming Yue. Disisi ruangan tersebut terdapat baskom keramik bergambar bunga teratai yang berisi ikan koki, Tepat di antara dua kursi kayu berukir krisan terdapat lukisan seorang wanita yang sedang menjahit. Yulan mengamati lukisan itu lebih saksama. Kelihatannya lukisan tersebut sudah sangat berumur. Jangan-jangan inilah lukisan ratu tercinta milik kaisar Yongzhen?

"Minumlah. Ini teh yang kubawa dari kamoung halaman" ujar Wenqi membuyarkan lamunan Yulan.

Yulan berbalik, dilihatnya Wenqi yang entah sejak kapan sudah duduk di sebelahnya. Hari ini dandanannya terlihat sederhana, pakaian berwarna ungu berbordir bunga anggrek dengan sanggulan yang dihiasi sebatang tusuk rambut berbentuk burung phoenix dan kuciran batu giok putih tak mengurangi keanggunannya.

Yulan tersenyum, "Wenqi, istanamu sungguh indah sama seperti pemiliknya"

To be continue . . .

Selamat hari kemerdekaan ke 70 indonesia! Author sengaja nge post di hari ini untuk merayakan kemerdekaan negara tercinta ini.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang