Chapter 1

1.2K 54 15
                                    

"Kau berubah."
"Hmmmm?" timpal Qing

Lucas menatap Qing yang seperti tidak menghiraukannya dan terus makan sambil menatap layar handphone.

"Lihat, matamu hampir lepas karena terlalu fokus dengan handphone"
"Jangan berlebihan." Jawab Qing dengan datar

"Aku ingin bicara, tidak bisakah kau letakkan handphonemu sebentar?" kata Lucas dengan nada meninggi

Dengan mengeryitkan alis, Qing menuruti kata-kata Lucas dan meletakkan handphone nya tanpa mengucap sepatah katapun. Dia memandang Lucas dengan tatapan "apa lagi kali ini?"

Seperti mendapat ijin untuk bicara, akhirnya Lucas mulai memaksa otaknya untuk menata kata.
"Kau berubah."
"Kau sudah mengatakannya, katakan saja apa yang sebenarnya ingin kau katakan."

"Entah sejak kapan, aku merasa kau berubah. Cara bicara, cara kau memperlakukanku semuanya berubah. Tidak lagi menatapku ketika aku bicara, jarang menemaniku ketika aku pergi bahkan di rumahpun kau lebih memperhatikan handphone mu."

Lucas menghentikan bicaranya untuk melihat bagaimana reaksi dari Qing dan kekasihnya itu hanya duduk dengan menopang dagu sambil tangan kirinya memainkan jari di atas meja.

Tidak mendapatkan jawaban, Lucas kembali membuka mulut.
"Seperti sekarang, aku sedang menyampaikan apa yang membuatku tidak nyaman dan kau diam saja, tidak sekalipun mengiyakan atau menyanggah. Dulu kau selalu memberiku penjelasan mengapa kau berbuat seperti itu dan kau selalu mencoba membuatku tenang entah dengan godaanmu, candamu bahkan tingkah konyolmu. Apa kau masih merasa baik-baik saja? Apa kau merasa kau "masih sama?" kata Lucas dengan nada menekan.

Qing melirik. Diangkat kepalanya dan dilihatnya lurus ke mata Lucas. Matanya yang sipit tapi tajam ingin bersuara.
"Bukankah itu hal wajar pada pasangan yang sudah lama menjalin hubungan?"

Mendengar jawaban Qing, membuat wajah Lucas memerah karena menahan emosi. Rasanya kesal yang sedari tadi ia tahan sepertinya sudah menemukan titik puncak. Ingin rasanya Lucas menampar kekasihnya itu jika Qing tidak membuka mulut dan kembali melanjutkan kalimatnya.
"Apa yang kau harapkan? Kita sudah tinggal bersama dan bertemu tiap hari bahkan makanpun kita bersama. Jika kau merasa kurang, kurasa kau mulai serakah."

Bagaikan menelan bom, seluruh organ tubuh Lucas serasa meledak mendengar pernyataan Qing. Pernyataan yang meluncur dengan ringan tanpa beban tapi sempurna mematahkan seluruh pengharapan bahwa Qing akan memeluk dan memberinya penjelasan. Lucas tidak mengharapkan permintaan maaf karena tatapan lembut pun tak ujung ia dapatkan.

Lucas berdiri, menatap Qing yang kini telah kembali sibuk dengan handphonenya. Entah sejak kapan mukanya berubah merah, tapi kini ia merasakan matanya memanas dan ada air mata yang kuat kuat ia tahan.

"Aku pergi"
.
.
.to be continued

StrangerWhere stories live. Discover now