{Part 03}

152K 7K 343
                                    

-Caryn POV-

Entahlah sudah berapa lama aku menangis, sampai-sampai kepalaku sakit. Aku duduk di lantai dekat dengan ranjang tidurku, ku letakkan kepalaku diatas ranjang; tepat disisi ranjang. Kedua lipatan tanganku menjadi bantalannya.

Hari sudah mau sore tetapi dari tadi siang aku belum kunjung bangun dari posisiku ini. Apa yang ku lakukan sedari tadi? Menangis dan merenung. Hal yang berguna kah? Tentu tidak.

Tapi inilah aku, tidak memperdulikan pendapat orang lain tentang kelakuanku yang masih dibilang masih kecil. Cengeng. Hatiku memanglah mudah sensitif, tapi aku selalu berusaha untuk lebih bersikap dewasa.

Tiba-tiba terdengar suara nada panggilan masuk dari smartphone milikku. Bukan hanya waktu ini saja, sebenarnya ponselku berbunyi sejak tadi siang. Tapi aku membiarkannya, aku sedang tidak ingin diganggu. Melirik ponselku pun juga tidak. Aku menghapus sisa air mataku dan berdiri, ku langkahkan kedua kakiku menuju kamar mandi dengan gontai.

Sampai di dalam kamar mandi, ku tatap wajahku yang terpantul di cermin berukuran sangat besar. Kedua mataku menyedihkan sekali ya, tidak bukan hanya mataku, wajahku kelihatan buruk sekali. Tidak, tapi hidupku lah yang justru menyedihkan dan buruk. Oh ya Tuhan, kuatkan aku.

Aku mendesah pelan lalu melihat ke arah bathup, sepertinya aku perlu berendam dan merileks-kan tubuhku sejenak. Tanpa pikir panjang, aku langsung menyiapkan air dingin dan memberi sabun cair ke dalam bathup. Kemudian aku mempoloskan tubuhku dan aku merendamkan tubuhku, mencoba menenangkan pikiranku.

Aku memejamkan kedua mataku dan menikmati waktu berendam. Air yang dingin, aku suka itu. Aku tidak terlalu suka air hangat, aku menggunakan air hangat ketika pagi hari saja.

Beberapa menit telah berlalu, aku sudah rapih dan sedikit lebih baik. Aku melangkah menuju pintu balkon, ku buka pintu tersebut menjadi belah dua. Angin sejuk nan dingin langsung menerpa tubuhku. Rok dress santaiku bertebaran dan rambut panjangku yang terurai ini juga bergoyang-goyang.

Ku langkahkan kakiku sampai dibatas pagar balkon kamarku, aku menatap langit menjelang malam ini. Warnanya tidak seindah seperti biasa ku lihat, gelap sedikit pekat.

"Mendung dan anginnya lumayan kencang, apa akan ada badai?" Tanyaku sendirian.

Sepertinya tidak akan ada badai. Cuacanya mungkin memang berubah, pasti akan segera turun hujan.

Ingatanku tiba-tiba terpatri akan suamiku, tunggu! Tidak biasanya dia belum pulang. Aku memutar badan lalu melangkah cepat masuk ke dalam kamar dan melihat jam dinding. Jam menunjukkan pukul 17:15.

Biasanya suamiku pulang tidak sesore ini, apa dia ada meeting penting? Atau pekerjaan lainnya? Apakah dia sibuk? Entahlah! Aku mengambil ponsel yang tergeletak diatas nakas. Ku lihat banyak pesan masuk, 58 pesan masuk. Oh astaga! Banyak sekali? Dari siapa saja? Aku membuka pesan dan ternyata dari Ibu, Ayah, Aniela dan kedua adikku. Lebih banyak pesan dari Ibu.

"Aku akan membacanya nanti. Sekarang aku akan mengirim SMS ke suamiku," kataku hendak mengetik pesan.

Namun, tiba-tiba saja aku mendapatkan panggilan masuk. Ternyata Ibu yang menelponku. Angkat, tidak, angkat, tidak. Aku akan mengangkatnya. Kasihan Ibuku, pasti dia mengkhawatirkan aku.

"Hallo, Ib--"

"Oh ya ampun Caryn! Kau baru mengangkat teleponku?"

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku, Ibuku berteriak di seberang sana.

Aku mendesah dan mendekatkan ponsel ke telingaku lagi. "Maaf Ibu. Aku--"

"Dasar anak nakal! Kau tau? Ibu mengkhawatirkanmu. Ibu--"

Lacrime D'amoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang