pedang pembunuh naga (evisode 8)

8.8K 32 1
                                    

To Liong To

 

Jilid 71-80

 

DALAM HUJAN, penjagaan banyak kendur. Dengan mengandalkan ilmu ringan badan dan dengan bantuan sang hujan, Boe Kie bisa maju terus dengan selamat. Ia lihat Goan tin melompati tembok dibelakang kuil dan terus ke utara. "Kalau begitu Giehoe dikurung diluar Siauwlimsie," pikirnya. Ia tidak berani melompat tembok dengan begitu saja. Ia menempelkan badannya ditembok dan kemudian memanjat dengan perlahan. Sesudah tiba diatas, ia menunggu sampai peronda lewat dan sesudah itu, barulah ia melompat turun. Ketika itu Goan tin sudah berada jauh didepan, kira-kira seratus tombak. Lapat-lapat ia lihat manusia itu membiluk kekiri dan menuju kescbuah bukit kecil.

Goan tin adalah gurunya Cia Soen dan waktu itu ia sudah berusia lebih dari tujuh puluh tahun. Tapi ia masih gagah dan gesit. Selagi memanjat bukit, payungnya tidak bergoyang dan tubuhnya seolah olah ditarik keatas dengan seutas tambang. Boe Kie mempercepat tindakannya. Tapi baru saja ia tiba dikaki bukit, dari antara pohon2 mendadak berkelebat bayangan manusia. Dengan cepat ia menghentikan tindakan. Sesaat kemudian muncul empat orang, tiga didepan satu dibelakang, yang lalu memanjat bukit itu.

Boe Kie mengawasi keatas. Dipuncak hanya terdapat beberapa pohon siong yang sudah tua dan sama sekali tidak terdapat rumah atau gubuk. "Dimana Gihoe dipenjarakan?" tanyanya didalam hati. Dipuncak itu juga tidak terlihat manusia. Dengan menggunakan ilmu ringan badan, ia segera ikut memanjat bukit. Ke empat orang itu memiliki ilmu meringankan badan yang cukup tinggi. Dalam memanjat bukit, mereka seperti juga berjalan di tanah datar. Boe Kie mengempos semangat dan mengudak. Dalam beberapa saat saja ia sudah berada dalam jarak kira-kira dua puluh tombak dari orang-orang itu. Ia mendapat kenyataan bahwa diantara mereka terdapat seorang wanita. Ketiga pria mengenakan pakaian biasa, sehingga bisa dipastikan bahwa mereka itu bukan pendeta Siauw lim sie. Mereka tentu datang untuk mencelakai Gihoe " pikirnya. "Biar mereka bertempur dulu dengan Goan tin dan kemudian barulah aku turun tangan."

Waktu mendekati puncak, keempat orang itu lari makin cepat. Tiba-tiba Boe Kie mongenalinya, antaranya, "Ah! Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham!" katanya didalam hati.

Sekonyong konyong, sambil bersiul nyaring Goan tin memutar tubuh dan turun lagi dari bukit itu dengan berlari-lari. Ternyata ia sudah tahu, bahwa dirinya dikuntit orang. Gerakan Boe Kie cepat luar biasa. Begitu lihat Goan tin memutar tubuh ia melompat ke rumput tinggi dan lalu merangkak kesebelah kiri, sehingga dalam sekejap ia sudah berada di tempat puluhan tombak jauhnya. Dilain saat ia dengar suara beradunya senjata. Dari suara itu, ia tahu, bahwa dua orang mengerubuti Goan tin. "Ah! Yang dua lagi tentu menyateroni Gihoe!" pikirnya. Buru-buru ia merangkak keluar dari rumput tinggikan mendaki bukit secepat mungkin.

Setibanya dipuncak, ia merasa sangat heran. Seperti dilihat dari bawah, puncak itu hanya merupakan tanah datar. Disitu haaya terdapat tiga pohon siong tua yang tumbuh dalam bentuk segi tiga. “Dimana adanya Gihoe?" tanyanya didalam hati. Sesaat kemudian ia dengar suara orang. "Kita harus lantas turun tangan, Sat Soetee dan Lam Soetee belum tentu bisa melayani pendeta itu." Itulah suara Pan Siok Ham.

"Benar" jawab Ho Thay Ciong.

Mendadak kedua orang itu yang mendaki bukit dengan merangkak bangun berdiri dan lalu menerjang kearah tiga pohon siong. Karena kuatir ayah angkatnya celaka Boe Kie segera mengudak.

Sekonyong-konyong Ho Thay Ciong mengeluarkan suara “huh!" seperti orang terluka. Boe-Kie mengawasi. Ia lihat suami isteri Ho itu memutar pedang sambil berdiri diantara ketiga pohon siong. Mereka seperti juga sedang bertempur tapi lawannya tak kelihatan. Dilain saat terdengar suara "tak tak tak!" seolah-olah pedang kedua suami isteri itu kebentrok dengan semacam senjata. Dengan heran Boe Kie mendekati dan tiba-tiba saja ia terkesiap. Dipongkol dua pohoo siong yang berada didepannya ternyata terdapat sebuah lubang berduduk seorang pendeta tua yang masing-masing memegang seutas tambang untuk menyerang suami isteri Ho. Pohon yang ketiga membelakangi Boe Kie, sehingga tidak bisa lihat keadaannya. Tapi sebab dari samping pohon itu juga keluar seutas tambang, maka dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa dipangkal pohon itupun terdapat seorang pendeta. Pada malam yang gelap itu, Boe Kie tak bisa lihat tegas gerakan2 tiga tambang itu.

pedang pembunuh nagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang