part 16

290 10 1
                                    

Zayn mengompres sendiri bekas tamparan ayahnya di keningnya, ada goresan disana akibat tergores cincin milik sang ayah. Dia duduk di balkon dengan irama musik yang menghentak, tak mau mendengarkan pembicaraan Niall dan ibunya di dalam kamarn. Dalam dinginnya malam ditemani desau angin di antara dedaunan, Zayn menikmati setiap rasa sakit dan nyeri di keningnya. Ini kali pertama dia merasakan pukulan ayah. Dia bahagia dan merasa lega setelah mengetahui bagaimana rasanya melakukan hal yang selama ini ingin dia lakukan, sedikit saja melawan ayahnya. Dia sudah lelah dan tidak tahan melihat Niall terus dipukul dan dia tidak mau keadaan Niall semakin buruk. Dia tersenyum dalam keremangan malam itu sementara Niall di dalam kamarnya tak mau melepaskan pelukan ibunya.

            “Kumohon jangan katakan padaku,” Gumam Niall dalam pelukan ibunya, dia membenamkan wajahnya di leher ibunya dan melingkarkan lengannya erat-erat di tubuh wanita yang telah melahirkannya itu.

            “Kumohon jangan katakan siapa dia, lebih baik baba mengurungku seumur hidup daripada mengetahuinya. Aku hanya ingin tahu baba, aku tidak ingin tahu siapapun, kumohon jangan katakan siapa dia bu, kumohon,”

***

Kareem terhenyak dalam beberapa detik setelah dia mendapati Zayn berdiri di hadapannya, tersenyum dan memberikan salam yang begitu ramah. Setelah dia dapatkan lagi kesadarannya, Kareem langsung membalas senyuman Zayn, dengan canggung dia mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah. Sebenarnya dia masih belum bisa melupakan sikap tak menyenangkan Zayn tapi dia sama sekali tidak bisa menolak kehadiran pemuda itu yang membawa niat baik.

            “Kuambilkan minum dulu,”

Kareem berderap cepat menuju dapur sementara Zayn langsung menghempaskan tubuh payahnya di sofa, bersandar disana. Butuh usaha dan tenaga keras bagi Zayn untuk bisa datang dan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa di antara dia dan Kareem selama empat hari kemarin.

            “Kubawakan air dingin, di luar panas sekali,”

Kareem datang dan meletakkan dua gelas limun di atas meja kayu berukir, dia duduk di depan Zayn yang menegakkan punggungnya.

            “Terimakasih, ngomong-ngomong apa aku mengganggumu?”

Zayn meneguk limunnya lalu memperhatikan tumpukkan buku dan komputer yang menyala di sebuah meja di sudut ruangan.

            “Aku hanya sedang membuat desain poster acara di sekolah, oh iya aku punya info yang cukup menarik untukmu,”

Ujar Kareem bersemangat namun langsung mengerut saat dia menyadari adanya luka di kening Zayn..

            “Keningmu kenapa?”

            “Ehn,” Zayn memegang lukanya yang masih baru itu, “Dipukul baba,” Jawab Zayn enteng, dia bahkan tersenyum di sela-sela bicaranya padahal Kareem dibuat kaget setengah mati.

            “Jangan bertanya kenapa,” Zayn kembali berbicara saat Kareem baru akan membuka mulutnya, “Ceritanya panjang dan aku cukup menikmati pukulan pertama yang kuterima meskipun ini sedikit sakit tapi kurasa ini lebih menyenangkan daripada harus melihat orang lain dipukul terus.” Zayn mengerlingkan matanya dan kembali tersenyum, “Jadi tadi kau menawariku untuk ikut apa?”

Kareem menurut, dia tidak membahas perkara pukulan yang diterima anak kesayangan itu. Dia tahu cepat atau lambat dia akan mendapat jawabannya juga. Gadis itu beranjak dari kursinya, bergerak menuju meja di sudut ruangan dan mengambil sebuah brosur disana.

            “Westlife Cover Music Video?” Sejenak Zayn mengalihkan perhatiannya kepada Kareem yang merespon tatapannya dengan anggukkan kepala kemudian dia kembali melanjutkan membaca brosur itu.

BEWhere stories live. Discover now