part 14

301 9 2
                                    

Zayn meletakkan selembar memo yang ditunjukkan Kareem kepadanya. Selembar memo yang ditinggalkan Niall di atas meja. Zayn, laki-laki bermata tajam itu kembali merebahkan tubuh payahnya di atas ranjang sementara Kareem duduk di sisinya.

            “Paman bilang kau tidak mau diajak ke dokter? Dasar, aku baru tahu ada orang dewasa yang meringkuk tiga hari di dalam kamar hanya karena flu,”

Kareem meledek, dia menjelingkan matanya pada Zayn yang langsung mendengus kemudian dia melayangkan pandangannya ke setiap sudut kamar Zayn, memperhatikan lukisan-lukisan yang terpajang di dinding bercat putihnya, Kareem yakin semua itu Zayn sendiri yang melukisnya.

            “Sebuah perjanjian dengan Niall,”

Zayn membalas dengan nada datar, suaranya tidak terdengar begitu jelas karena serak.

            “Perjanjian apa? Jangan konyol, kau menyiksa dirimu sendiri,”

Kali ini bukan ledekan yang diterima oleh Zayn melainkan kalimat omelan menyebalkan.

            “Niall membohongiku, dia sudah berjanji akan memeriksakan punggungnya tapi dia tidak melakukannya jadi sekarang aku mengancamnya bahwa aku tidak akan pergi ke dokter juga. Terserah saja kalau dia mau tertular demamku, siapa suruh dia tidak berani tidur sendiri,”

            “Hah, kalian berdua sama saja. Ngomong-ngomong memangnya kenapa punggungnya?”

            “Dia sering kram sampai tidak bisa menggerakkan tangan kanannya,”

Zayn menghela napas panjang kemudian menghela napas panjang mengingat dua hari yang lalu Niall kembali tidak bisa menggerakkan tangan kanannya. Kareem sendiri tidak tahu harus berkomentar apa, dia paham apa yang dikhawatirkan Zayn. Gadis itu tahu semuanya dan mencemaskan hal yang sama.

            Niall dan Elf-nya berjalan perlahan melewati jalanan yang mulai ramai oleh beberapa pejalan kaki lain. Si rambut pirang itu mulai terbiasa dengan ketenangan dan keheningan yang tercipta setiap kali dia berada di dekat Elf. Dia tidak tahu bagaimana cinta itu datang dan mengubah beberapa sikap sembrononya yang sulit untuk bisa diam walau hanya sekejap saja. Niall memainkan gelang-gelang tali di pergelangan tangannya dengan sesekali melirik Elf  yang seolah tak bosan-bosannya memperhatikan rangkaian bunga pemberian Niall.

            Mereka, Niall dan Elf berhenti tepat di depan rumah Elf. Sejenak saling berpandangan lalu sebuah inisiatif muncul di kepala Niall. Dia melepas satu gelang talinya yang berwarna biru dan memakaikannya pada tangan Elf, gadis itu terkejut dan menyukai sikap Niall yang begitu baik kepadanya.

            “Untukmu,”

Ucap Niall memperjelas artikulasinya, dia berbicara tanpa suara. Elf, tersenyum,kemudian sebelum dia melangkah ke halaman rumahnya yang tidak luas, dia melakukan sebuah isyarat yang dia lakukan di pertemuan pertama mereka dulu. Isyarat yang belum diketahui apa maksudnya oleh Niall.

***

            “Sedikit saja Zayn, aku membuatkanmu pancake sebanyak ini tapi kau hanya memakannya dua suap,”

Zayn menggeleng, membiarkan omelan Kareem terus berlanjut.

            “Aku juga tidak menyuruhmu untuk membuat pancake, aku juga tidak suka pancake kalau kau bawakan ayam aku akan menghabiskannya. Nanti kau berikan saja pada Niall,”

            “Sudah sakit banyak maunya dan tidak tahu terimakasih, kau ini sejak kapan menjadi menyebalkan? Sudah cepat makan, kau kujatah dua dan sisanya untuk Niall”

BEWhere stories live. Discover now