part 4

322 15 0
                                    

Zayn dan Niall mengayuh sepedanya, mereka mensejajarkan laju mereka sepanjang perjalanan menuju sekolah di hari kedua. Melewati jalanan pagi kota London yang hiruk pikuk oleh aktivitas manusia, meresapi hangatnya sinar mentari pagi yang lebih cerah dari biasanya. Niall memelankan laju sepedanya saat melewati jalan di kawasan pertokoan yang sudah tak asing lagi baginya, dia mengamati setiap toko-toko di depannya,mencari dimana letak toko bunga yang dia singgahi beberapa hari yang lalu, di hari kedua dia berada London.

            Dapat! Niall menghentikan laju sepedanya, tepat di depan sebuah toko bunga, toko bunga yang sama, Niall hafal benar dengan rak di depan toko itu. Dia diam dalam pijakannya, mengamati toko bunga yang sepi itu, melayangkan pandangan mata birunya ke setiap sudut ruangan dalam toko, mencari si gadis berambut coklat kacang dan bermata biru seperti matanya. Gadis dengan senyuman termanis. Lama dia menunggu dalam detik-detik yang terasa abadi tapi toko yang telah buka itu tak memunculkan peri penjaganya.

            “Niall kenapa berhenti?”

Seruan Zayn mencuri perhatian Niall, dia mengarahkan pandangannya pada Zayn yang berhenti lumayan jauh di depannya. Niall menghela napas panjang, dia melihat ke dalam toko itu lagi dan si gadis tetap saja tidak ada.

            “Niall cepat!”

Seru Zayn untuk kedua kalinya. Niall melambaikan tangannya kepada Zayn tanda jawaban iya, wajahnya memurung dia menginjak pedal sepedanya lalu melirik sekilas ke toko. Gadis itu muncul! Niall tersentak, dia mengarahkan sepenuhnya pandangannya ke gadis yang keluar dari balik sebuah pintu di dalam toko, layaknya seorang peri, dia keluar dengan mengenakan sebuah dress bunga-bunga selutut, berwarna dasar putih dengan bunga-bunga kecil warna-warni yang lembut. Gadis itu mengikat rambutnya ke belakang lalu mengarahkan pandangan matanya keluar toko.

            Kesejukan itu hadir di hati Niall bukan karena angin yang tiba-tiba berhembus pelan-pelan dan membawa aroma cemara. Kesejukkan itu hadir saat Niall beradu pandang dengan mata biru si gadis yang tersenyum manis dan ramah kepadanya.  Dalam hati Niall bersorak gembira : “Dia masih mengingatku!”

            “Niall!”

Seruan Zayn yang bernada jengkel kembali terdengar. Niall menyadarinya, dia tidak mau Zayn mengganggunya lebih dari ini, karena itu dia  memilih untuk pergi setelah membalas senyuman gadis itu dan menirukan sebuah gerakan yang pernah dilakukan si gadis yaitu bahasa isyarat yang kemarin diberikan si gadis kepadanya sebanyak dua kali.

***

            Si keriting mondar-mandir di depan pintu gerbang sekolahnya. Dia melongok ke jalan, meneliti setiap orang yang datang tapi orang yang dia tunggu-tunggu tak kunjung datang. Dia bahkan sudah melewatkan beberapa orang gadis yang menggodanya dengan menyebut dirinya “manis”

            “Harry!”

Seruan dari balik punggungnya, dia memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajad dan menemukan seorang pemuda sedang berlari menghampirinya. Senyuman terkembang di wajahnya dia melompat saat pemuda itu memeluknya erat.

            “Rambutmu berkembang dengan baik,”

Ujar kawannya yang baru datang itu seraya mengacak-acak rambutnya.

            “Liam, kau pikir rambutku ini tanaman?”

Harry meninju lengan cowok bernama Liam itu pelan. Mereka tertawa lalu kembali menormalkan suasana yang mendadak riuh itu.

            “Kenapa tidak masuk?” tanya Liam, dia memasukkan tangannya ke saku celana.

            “Kau sendiri kenapa malah keluar, sengaja menemuiku?”

BEWhere stories live. Discover now