Part 3 - Between Our Family.

2.3K 64 5
                                    

Part 3 - Between Our Family

"Mau apa kau kemari." Terdengar nada mengejek dan skeptis yang di lontarkan oleh Ronald kepada Admika. Ronald menuruni tangga dengan anggun. Ia tidak peduli dengan tatapan mata hijau tosca membunuh yang di layangkan oleh Admika kepadanya.

"Dimana Amethyst !" Admika membentak Ronald dengan halus agar Ronald memberitahukan bahwa Amethyst berada di salah satu masion milik keluarga Osric ini.

Namun, bukannya menjawab Ronald hanya menatap datar Admika.

Suasanapun sunyi.

"Pulanglah." Jawaban yang diberikan oleh Ronald bukanlah hal yang ingin Admika dengar. Ronald membalikkan badannya dan meninggalkan Admika dengan mimik tanpa dosa.

"Jawab aku Tuan Muda Osric !" Erang Admika tidak terima dengan jawaban yang Ronald berikan.

Ronald hanya menyeringai dibalik punggungnya.

"Bughh." Suara dentuman tubuh menubruk dinding dingin terdengar memekakkan telinga bagi yang mendengarnya.

"Sudah kubilang pulanglah !" Cecar Ronald yang berada didepan tubuh Admika yang merapat ke dinding dingin masion Ronald itu.

"Aku tidak akan pulang tanpa Amethyst !" Tantang Admika sambil senyum mengejek kearah mata merah Ronald.

"Sungguh memalukan."

"Kau merebut kekasihku."

"Siapa yang merebut? dan siapa yang terebut..." Ronald memincingkan matanya kearah Admika.

"... Tuan Muda Osmond !" lanjutnya.

"Kau harus ingat dengan perjanjian itu Ronald !" Admika berkata lantang sambil berusaha berdiri dengan menahan rasa sakit yang terasa dipunggungnya.

Ronald hanya menyunggingkan senyum sinisnya.

Berasa di acuhkan lagi, Admika merasa kesal bukan kepalang. Mengingat Tuan Muda Osric yang terkenal tatapannya yang sadis, lidahnya yang tajam, dan cekikikan atau tawanya yang membuat bulu kuduk merinding. Ia mengerti mengapa Ronald dijuluki dengan sebutan Death God .

Ya mungkin, Death God sendiri kalah menyeramkannya dengn mahluk abadi yang berada didepannya sekarang.

"You must remember, Between Our Family. Ronald." Admika mengatakan perkataannya itu dilanjuti dengan tatapan ingin membunuh yang Admika layangkan kearah Ronald.

"Tentu." Ronal terlihat menyeringai puas.

Sosok Admika pun menghilang seiring angin berhembus, meninggalkan sosok tubuh tinggi Ronald yang memandang tamu tidak diundangnya itu pergi dengan letupan amarah yang bergejolak di hatinya.

Di salah satu ruangan di masion itu. Amethyst sedang menatap kesal pada cermin yang ada dihadapannya. Iapun mengumpat. Dan berjalan ke jendela lalu memandangi hutan yang bernama Mystic Air yang terlihat gelap dan menyeramkan.

Amethyst menatap jauh kearah tempat tinggalnya. Aleptipia. Ya, Amethyst sangat merindukan Aleptipia yang seperti nafasnya.

Aleptipia adalah udaranya.

Aleptipia adalah tanah kelahirannya.

Aleptipia adalah kehidupannya.

Aleptipia adalah jati dirinya.

Amethyst menatap sendu ke arah jendela sambil memegang kaca dengan kelima jari lentiknya. Hembusan nafas sendu itu menyeruak pergi begitu saja dari hatinya.

"Kamu sangat menarik, sayangku." Admika mencium rambut belakang Amethyst.

"Sayang ?" ucap Amethyst tidak percaya.

"Aku mencintaimu Amethyst seorang gadis dari Aleptipia." Kekeh Admika sambil mengecup lagi belakang rambutnya.

"Apa benar kau sangat mencintaiku ?" Tanya Amethyst.

"Jawabannya adalah Sangat. Sangat mencintaimu." Admika meraih tubuh Amethyst kedalam pelukannya.

"Aku juga sangat mencintaimu My Lady." Ucap seseorang yang tidak lain adalah Ronald memeluk tubuh Amethyst lalu membawanya ke alam nyata. Menghancurkan nostalgianya bersama Admika.

"Aku tidak." Amethyst menjawab dengan sinis.

***

Foto disamping fotonya Admika yaaa >,<

Bad boy banget sumpah kelihatannya kkkk~

Comment and Vote please >,<

AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang