Sahabat Selalu di Hati

123 6 0
                                    

Pikiran Lilo, tanggal tak terdefinisi

'Lilo anak dari Kamandanu?' batin Koko. Ia terdiam cukup lama. 'Kenapa, kenapa ia tidak bilang dari awal?' batin Koko lagi. Tanpa disadari, Koko sudah berada di depan pintu awal tadi ia masuk. Koko masih mematung, tak percaya akan apa yang dilihatnya. "Tunggu, itu bisa dipikirkan nanti," kata Koko, "Sekarang, aku harus menemukan Jatayu di pikiran Lilo." Koko kemudian berlari kembali menyusuri lorong-lorong di dalam pikiran Lilo. 'Tapi, tidak ada yang aneh saat aku pertama berkenalan dengannya dulu,' batin Koko. Sembari berlari, ingatannya tentang pertama kali bertemu Lilo mengalir deras di pikirannya.

***********

Ambarawa, 30 Agustus 2102

Turangga sibuk menyiapkan berkas untuk pemindahan tugas cucunya, Koko, menggantikan dirinya sebagai kepala stasiun sekaligus kepala museum di Ambarawa. Meja kerjanya terlihat berantakan, terdapat banyak arsip-arsip langka yang akan dikenalkan ia kepada cucu kesayangannya itu.

"Kakek, kakek!" Teriakan Koko menggema di seluruh stasiun. Semua wisatawan dan pegawai di sana mencari sumber suara tersebut. Turangga yang mendengar suara itu dari ruangannya langsung menggelengkan kepalanya. "Cucuku tak pernah berubah," katanya tertawa. Koko masuk ke ruangan Turangga. "Kakek! Apa kabar?" tanya Koko sambil memeluk Turangga. "Aduh cucu kakek ya, gak sadar umur," katanya tertawa, "Kakek sehat kok. Gimana, apa kamu siap hari ini dilantik?" tanya Turangga. Koko melepas pelukannya. "Apa kakek benar-benar harus pergi?" tanya Koko. Turangga menghela nafasnya. "Ko, jaman kakek menjabat sudah selesai. Sekarang, giliran kalian para anak muda yang menggantikan kakek," katanya tenang, "Lagi pula, kakek bukannya pensiun, tapi pindah tugas saja," lanjutnya. Koko hanya tersenyum mendengar jawaban kakek tercintanya itu.

"Oke, sekarang kita keluar untuk apel serah terima jabatan," ajak Turangga. Koko mengangguk, dan mengikuti kakeknya dari belakang. Sebelum sempat keluar, seorang pegawai masuk ke dalam ruangan Turangga. "Maaf, pak. Bapak sudah ditunggu oleh para pejabat untuk apel sertijab," kata pegawai tersebut. "Baik, saya dan cucu saya baru saja mau ke sana. Oiya, Koko, ini Lilo, pegawai di bagian Aset. Sebentar lagi bakal jadi ajudan kamu di situ tuh," tawa Turangga. Koko kemudian menjabat tangan Lilo, "Kenalin, Koko W. Argo. Kamu juga lulusan API?" tanya Koko. "Lilo S. Abar. Iya, aku baru aja lulus," katanya. Tanpa disadari, mereka berdua sudah larut dalam perbincangan hangat, dan tentu saja itu semakin mengeratkan mereka.

***********

Koko kemudian melihat sebuah pintu kayu besar dengan ornamen khas Jepara, dan tertulis di atasnya 'Pusat Kontrol Pikiran'. "Sudah pasti ini tempatnya," kata Koko seraya masuk ke dalam pintu tersebut. Ruangan yang Koko masuki seperti ruang kontrol pada umumnya, banyak panel-panel pengatur dan ada kaca besar yang berhadapan dengan pintu masuk tadi. Koko tidak melihat seorang pun di dalam ruang tersebut. Ia kemudian mulai mencari petunjuk keberadaan Jatayu di pikiran Koko. Tiba-tiba, pintu tempat Koko masuk tadi tertutup dengan kencang, dan suara tawa menggelegar di ruangan tersebut. "Ha ha ha, kau terjebak lagi, Koko," kata Jatayu berdiri tegak di depan pintu tadi. "Di mana Lilo?" tanya Koko. "Cih, kau masih mau menolongnya, walaupun kau tahu dia anak dari musuh kalian?" sindir Jatayu. "Dia tidak ada kaitannya!" kata Koko, "Iya, aku terkejut mengetahui kalau dia anak Kamandanu, tapi kami sudah bersahabat sejak lama dan ini tidak akan mengubah apa pun," kata Koko. Jatayu menggelengkan kepalanya, "Sayang sekali kalau begitu." Jatayu menjentikkan jarinya, dan Ruang Holo menyelimuti seluruh ruang kontrol tersebut. "Ini adalah tahap terakhir, cucu Turangga. Kau harus melawan sesuatu yang sangat sulit untuk di lawan," kata Jatayu.

Stasiun WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang