Parade Kebahagiaan

279 8 3
                                    

Edisi Spesial HUT PT. KAI Ke-70

Ambarawa, 10 Agustus 2103

"Koko, Koko! Surat dari pusat!" Teriakan tersebut menggema di seluruh emplasemen Museum Ambarawa. Koko yang sedang asyik membersihkan meja kerjanya langsung teralihkan karena teriakan tersebut. Ia kemudian keluar dari ruangannya dan melihat sahabatnya, Lilo, berlari menuju kantornya. "Kali ini ada apa lagi ya dari pusat?" katanya.

Lilo yang kelelahan menyerahkan surat yang ia pegang tadi kepada Koko. "Ini-hah-surat dari pusat," katanya. Koko kemudian membuka surat tersebut, dan membacanya perlahan-lahan.

************

Kepada Kepala Museum Ambarawa,

Dalam rangka memperingati HUT ISR ke-158, kami dari kantor pusat menginginkan Anda untuk membuat parade lokomotif diesel di Museum Ambarawa. Direktur Utama ISR akan datang untuk melihat.

Terima kasih

*********

"Kantor pusat gila," kata Koko seraya meremas dan melempar kertas surat tadi. "Ada apa, Ko?" kata Lilo. "Kantor pusat meminta ada parade lokomotif diesel di Ambarawa, tapi kau tahu sendiri masalahnya, kan?" kata Koko. Lilo melihat sekeliling museum. Koko ada benarnya, Museum Ambarawa memang dipenuhi lokomotif-dari yang cukup besar CC 206 maupun C 300 yang kecil. Semuanya memiliki kesamaan-tidak ada yang bisa bergerak, entah mesin yang memang sudah sangat tua, maupun mesin yang sudah dicopot untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

"Ah, sudahlah, kita pasti bisa melakukan sesuatu," kata Lilo, "Apa memang semua lokomotif diesel tidak ada yang bisa bergerak?" tanya Lilo lagi. Koko berpikir sejenak. "Hmm, seingatku memang harusnya tidak ada," kata Koko. Lilo menghela nafasnya. Namun seketika, raut muka Koko berubah, "Tunggu sebentar, sepertinya masih ada cara," katanya seraya berlari masuk ke dalam ruang kerjanya. Lilo yang kebingungan langsung menyusul sahabatnya itu.

Koko mengacak-acak lemari arsipnya, dan itu menimbulkan kebingungan bagi Lilo. "Sebenarnya, apa yang kau pikirkan?" tanya Lilo. Koko hanya tertawa kecil, "Hehe, sebelum aku menjabat jadi Kepala Stasiun Ambarawa, kakekku sudah memberitahu beberapa 'rahasia' di Ambarawa," katanya, "Salah satunya, ini!" Koko mengeluarkan sebuah map berwarna hijau terang, dan menunjukkannya pada Lilo. "Oke, aku benar-benar bingung, apa itu?" tanya Lilo. Koko membuka dokumen tersebut dan melihatnya sebentar. "Hmm, kau tau di mana letak Gudang 9?" tanya Koko. Lilo yang masih kebingungan mengangguk, "Ya, aku tahu. Memangnya kau mau apa?" tanyanya lagi. "Ah, sudah antar aku saja dulu, nanti aku beritahu kalau sudah tiba di sana," kata Koko menarik Lilo keluar ruangannya.

************

Koko dan Lilo berdiri di depan bangunan kayu yang sangat tua-dan tentunya menyeramkan. Bangunan tersebut bisa dikatakan sudah rusak, dan tidak terjamah lebih dari 100 tahun rasanya. Cat hijau bangunan tersebut sudah mengelupas di seluruh pintunya. Jangan lupakan kayu-kayu yang menyusun bangunan itu, semuanya sudah lapuk termakan zaman. "Lilo, kau yakin ini Gudang 9?" tanya Koko. Lilo mengangguk, "Ya, tidak salah lagi, ini Gudang 9," katanya. Koko menelan ludahnya, 'Apakah yang dikatakan arsip itu benar? Rasanya ini tidak mungkin," batinnya. Koko kemudian memberanikan diri untuk membuka pintu gudang tersebut. Saat pintu terbuka, terdengar suara decitan pintu, diikuti kelelawar yang keluar dari dalam gudang tersebut. "Astaga!" teriak Koko dan Lilo. "Ko, kau yakin mau masuk?" tanya Lilo, yang sejak awal tadi sudah ketakutan setengah mati. Koko mengangguk pelan, kemudian mereka berdua perlahan-lahan memasuki gudang tersebut.

Koko menyoroti seluruh isi gudang tersebut dengan senter yang ia bawa tadi. "Aneh, di sini sepertinya tidak ada apa-apa," kata Koko. Lilo yang dari tadi membuntuti Koko melihat ke arah sorotan lampu senter yang dipegang Koko. "K-Ko, i-itu ada se-sesuatu d-di depan ka-kamu," kata Lilo ketakutan. Koko gemetar mendengar perkataan sahabatnya, dan pelan-pelan melihat ke arah sorotan lampu senter.

Tampak di depan mereka, sesuatu yang sangat besar yang ditutupi kain putih yang sama besarnya. Kain tersebut sudah sangat lusuh, dan sudah compang-camping, menandakan usia yang sangat tua. "Itu dia!" teriak Koko gembira seraya berlari menuju ke arah benda tersebut. Lilo yang bingung dan takut tanpa pikir panjang langsung ikut berlari membuntuti Koko.

Koko mengamati benda tersebut. Benda tersebut tidak hanya tinggi besar, namun sangat panjang. Lilo yang takjub kemudian melihat ke arah kain yang bolong. Dari bolongan tersebut sekilas terlihat angka 202. "Ko, ini bukannya lokomotif CC 202?" tanya Lilo bingung. Koko menarik kain tersebut. Benda tersebut sekarang terlihat lebih jelas, sebuah lokomotif besar dengan striping warna merah khas PERUMKA, dan plat lokomotif di bawah jendela kabin masinin bertuliskan CC 202 86 04. "Yap, ini CC 202," kata Koko, "Kakekku pernah bercerita, pada tahun 2070, satu lokomotif CC 202 di bawa ke Jawa untuk dijadikan koleksi di Ambarawa," lanjutnya. "Lalu, mengapa ini tidak dipertontonkan?" kata Lilo. "Ya, kau tahu kan betapa besarnya lokomotif ini? Selain beban rel di Jawa yang belum siap menahan loko ini, Museum Ambarawa belum sebesar sekarang ini untuk mempertontonkan loko ini," kata Koko, "Tapi, sekarang kita sudah bisa. Ayo, bantu aku memperbaiki loko ini!"

*************

Ambarawa, 28 September 2103

Museum Ambarawa begitu padat pada hari ini. Tidak hanya turis saja yang bertebaran dan asyik berfoto-foto dengan koleksi di sana, namun terlihat pegawai-pegawai ISR yang juga asyik berfoto ria-tak terkecuali Dirut ISR, Gumarang. Ia tampak melihat sekeliling peron Ambarawa. Tidak ada satu pun kereta yang terparkir di peron stasiun. "Pak, Anda diminta untuk ke depan museum untuk foto bersama," kata Sembrani seraya menunjuk ke arah kumpulan turis dan pegawai ISR yang asyik berfoto. "Oke, oke, saya akan ke sana," katanya.

"Selamat pagi para turis dan tamu undangan di Museum Ambarawa. Kurang lebih lima menit lagi, akan tiba di peron Parade Kebahagiaan persembahan Museum Ambarawa." Suara tersebut menggema ke seluruh emplasemen stasiun, hingga ke pintu masuk. Semua orang serius mendengarkan, termasuk Gumarang. "Wah, wah, kira-kira apa parade kebahagiaan ini ya?" katanya pada Sembrani. "Saya juga penasaran, Pak," kata Sembrani.

Dari kejauhan, terdengar suara klakson lokomotif. Yang membuat para turis dan pegawai ISR-termasuk Gumarang-bahwa klakson tersebut sangat asing didengar. Deru lokomotif semakin terdengar dari arah barat. Semua orang melihat ke arah barat. Tiba-tiba, muncul lokomotif CC 202 yang membawa lokomotif-lokomotif diesel lain di belakangnya. Koko melambaikan tangannya dari kabin masinis CC 202. Setelah itu, lokomotif tersebut berhenti, dan Koko turun dari kabin masinis. "Selamat pagi, Pak! Ini parade yang diminta kantor pusat," katanya sembari tertawa. Gumarang yang terkagum-kagum ikut tertawa. "Kau selalu membuat kami kagum, Ko," katanya. Semua orang kemudian berbondong-bondong mengambil gambar dari lokomotif yang baru saja datang.

*************

Hari sudah menjelang sore. Para wisatawan sudah mulai meninggalkan museum. Pegawai ISR yang lain juga meninggalkan museum. Hanya Gumarang dan Sembrani yang masih berada di museum. Mereka berdua asyik berbicara mengenai hari ini. Koko dan Lilo mendatangi mereka berdua. "Bagaimana, Pak? Apa Anda terkesan?" tanya Koko. Gumarang dan Sembrani tertawa. "Kau benar-benar cucu Turangga," kata Gumarang, "Namun, saya ingin bertanya. Kenapa di Ambarawa ini ada CC 202?" tanyanya. Koko menunjukkan map hijau yang ia pegang kepada Gumarang, dan menyerahkannya. Gumarang membaca isi map tersebut, kemudian menggelengkan kepalanya seraya tertawa. "Taksaka, tak pernah berhenti membuat kejutan," tawanya.

"Kami akan pulang, terima kasih akan kejutan ini," kata Gumarang. Koko dan Lilo tersenyum. "Saya harap, tahun depan akan ada kejutan yang lain," kata Gumarang terkekeh. Ia kemudian masuk ke dalam mobilnya, dan pergi. Koko dan Lilo hanya memandang satu sama lain. "Ah, tidak lagi!" kata mereka.

*********

Dirgahayu PT KAI ke-70!

Stasiun WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang