Part 11

38.2K 1.4K 31
                                    

Russel benar-benar merasa ada yang aneh dengan badannya. Sepanjang perjalanan menuju kantor, ia terus saja merasa gatal diseluruh badannya. Russel berpikir apa dia alergi makanan? Jawabannya tidak, Russel tidak memiliki alergi makanan.

"Russel, jangan lupa kita pu..............." ucapan Kevin terpotong ketika melihat Russel yang sedang terus menggaruk-garuk badannya. Kevin merupakan sahabat sekaligus rekan Russel di kantornya. Ia tadi masuk kedalam ruangan Russel bermaksud mengingatkannnya akan meeting penting pagi ini.

"Hey Russel, what are you doing?" Kevin menaikan sebelah alisnya.

"Entahlah, ada yang salah dengan badanku." ucap Russel masih terus menggaruk-garukan badannya. Tingkah Russel membuat tawa Kevin pecah. Russel dengan kesal melirik sahabatnya itu yang masih asik tertawa.

"Tidak bisakah kau membantuku? Jangan hanya tertawa disana."

"Ah, maaf Russel. Aku tidak bermaksud menertawakanmu, tapi sumpah tingkahmu sangat lucu." ucap Kevin sambil memegang perutnya dan mencoba menahan tawanya. Russel lalu memutar bola matanya karena benar-benar merasa kesal.

"Apa kau punya alergi?" tanya Kevin yang sekarang sudah duduk dihadapan Russel.

"Aku tidak punya alergi apapun, termasuk makanan. Baru kali ini tubuhku merasa gatal sangat hebat."

"Hem, aneh." ucap Kevin sambil mengelus-elus dagunya lalu berpikir dengan keras. "Ah, apa kamu punya musuh?" lanjutnya.

Russel menatap Kevin sambil menaikan sebelah alisnya, "Mu-musuh? Aku merasa kalau aku tidak memiliki musuh."

"Ah, aku merasa kalau kau sedang dikerjai oleh musushmu, mungkin?" ucap Kevin sambil menaikan kedua bahunya.

"Dikerjai? Tidak mungkin kalau..........." ucapan Russel terhenti ketika mengingat sesuatu. "Brenda." lanjut Russel sambil menghempaskan punggungnya kesandaran bangkunya.

"Brenda? Apa maksudmu Brenda Rudyard?" tanya Kevin  sambil memajukan badannya.

"Ya, Brenda Rudyard. Memangnya ada Brenda mana lagi? Cuma dia yang bisa berbuat seperti ini." ucap Russel kesal, sambil mengendurkan dasinya.

Lagi-lagi tawa Kevin pecah, ia tertawa terbahak-bahak. "Aku tidak percaya, seorang Russel Matthew bisa dikerjai oleh perempuan kecil seperti Brenda."

Russel memincingkan matanya menatap Kevin, "Kau tidak tau betapa gilanya Brenda itu."

"Ya, tetap saja. Lihat, dia bisa mengerjaimu sampai kau gatal-gatal begitu. Dia pasti menaburkan bedak gatal kepakaianmu."

"Diam kau Kevin." ucap Russel sambil membuka kancing teratas kemejanya.

"Ah, aku jadi penasaran dengan yang namanya Brenda itu. Katanya dia sangat cantik, benar?"

Russel mengerutkan keningnya mendengar ucapan Kevin, "Memangnya kenapa kalau dia cantik? Tapi aku rasa dia tidak cantik." ucap Russel cuek.

"Ah, aku hanya penasaran aja seperti apa rupanya. Lain waktu aku akan mengunjungi Rudyard House untuk menemuinya." ucap Kevin sambil menyeringai.

Russel benar-benar merasa tidak suka dengan ucapan dan niat Kevin. Kevin ingin bertemu Brenda? Tidak, tidak boleh. Bisa-bisa Kevin naksir Brenda, itu tidak boleh terjadi. Russel jadi mengerutkan keningnya sendiri, merasa bingung dengan pemikirannya. Kenapa dia bisa menjadi sangat posesif terhadap Brenda.

"Hey Russel? kenapa menjadi melamun?" ucap Kevin sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Russel.

Russel tersentak kaget dengan tindakan Kevin. "Ah, tidak. Ok, meetingnya akan dimulai sebentar lagi bukan? Aku akan mengganti kemejaku dulu."

Rudyard HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang