Part 7

38.4K 1.4K 30
                                    

Brenda dengan setengah hati membawakan makanan Russel ke kamarnya. Dengan sekali hembusan nafas kencang Brenda mengetuk kamar Russel....

"Masuk" sahut Russel dari dalam kamarnya, lalu Brenda melangkah masuk ke dalam kamar. Russel sedang duduk di kasurnya sambil memangku notebooknya. Russel mengangkat kepalanya, ketika melihat siapa yang datang Russel tersenyum tipis, "Tutup pintunya." perintah Russel.

'mau apa lagi si tua Russel ini?!' gerutu Brenda sambil menutup pintu kamar Russel. Setelah menutup pintu kamar, Brenda berjalan mendekati Russel lalu menaruh nampannya di meja.

"Kau coba dulu makanannya." perintah Russel kembali.

"Ma-maksudnya?" tanya Brenda bingung dengan perintah Russel.

"Ya, kamu coba dulu makanannya, darling. Aku gak mau kamu kerjai lagi, ok."

Seketika semburat merehan muncul di pipi mulus Brenda. Rasa malu dan kesal bercampur menjadi satu. Brenda menyendokan makanan ke dalam mulutnya sendiri sesuai perintah Russel, dan Russel terus memperhatikannya.

"Sudah. Liatkan tidak terjadi apa-apa." ucap Brenda dengan ketus, setelah selesai mencoba makanan Russel. 

"Ok, kalau gitu. Sekarang tugas selanjutnya, kamu suapi aku." perintah kembali terlontar dari mulut Russel.

"APA? Kau kan bisa makan sendiri, Russel!" kali ini Brenda benar-benar sudah merasa kesal.

"Russel? Kemana panggilan 'tuan' untukku? Ingat, aku adalah tuan mu dan kamu adalah pelayan ku. Aku juga mau kamu berpenampilan seperti ini kemanapun kamu pergi. Tapi kalau aku meminta kamu mengganti bajumu, kau harus menurutinya, dan hanya atas seijinku. Dan jangan membantah." ucap Russel sambil memincingkan matanya kepada  Brenda dengan gaya meledek.

'SIALAN!!' teriak Brenda dalam hati. Brenda memejamkan matanya lalu menarik nafas panjang...

"Kaukan bisa makan sendiri..tuan." ucap Brenda setengah mendesis menahan emosinya.

"Aku malas." ucap Russel enteng, sambil menaruh notebooknya di atas kasur. Ia berjalan ke arah meja, lalu duduk dibangku dengan santai. Russel sudah duduk dengan nyaman, ia memajukan badannya, lalu mulutnya sudah terbuka lebar siap menerima suapan Brenda.

Brenda menyipitkan matanya dengan sinis ke arah Russel, lalu menyuapkan makanan ke mulut Russel. Russel mengunyah makanannya sambil tersenyum puas.

"Heem, not bad. Apalagi sendok itu tadi dari mulut indahmu." ucap Russel sambil mengedipkan sebelah matanya.

Brenda baru menyadari kalau sendok yang ia gunakan untuk menyuapi Russel adalah sendok yang ia gunakan untuk mencoba makanan tadi. Lagi-lagi perasaan malu dan kesal muncul bersamaan. Demi mempercepat kepergiannya dari kamar Russel, Brenda selalu menyendokan makanan dengan takaran yang besar-besar. Sesekali membuat Russel tersedak, kesempatan itu tidak dibuang sia-sia oleh Brenda. Setiap russel tersedak, Brenda akan memukul punggung Russel dengan keras, alih-alih membantu Russel yang sedang tersedak.

"Hey, pelan-pelan Brenda, jangan terlalu banyak. Kau mau membunuh ku?!" ucap Russel yang sedang susah payah mengunyah dan memakan makanannya. Brenda yang melihat keadaan Russel menjadi tertawa tipis merasa puas.

"Udah, jangan bawel tuan. Tuan tinggal membuka mulut lalu memakannya saja." ucap Brenda dengan entengnya. Lagi-lagi suapan besar masuk kedalam mulut Russel. Brenda terus menyuapi Russel dengan suapan besar sampai makanannya habis.

Russel kesal dengan tindakan Brenda. Ia merasa tidak boleh kalah pada anak kecil seperti Brenda. Sampai ia melihat dessert di mejanya, sebuah ide muncul tiba-tiba.

Russel berdiri dari bangkunya, membuat Brenda yang sedang membereskan meja menjadi kaget. Brenda harus benar-benar waspada kepada Russel.

"Karena kau sudah mau menyuapi ku, aku akan memberikan banana caramel cream ini padamu." ucap Russel sambil mengambil dessert yang ada di atas meja.

Rudyard HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang