Take 9

18.6K 392 12
                                    

Dan di sinilah aku berada sekarang, di sebuah apartemen di kawasan elit Seattle yang didominasi warna putih dan hitam. Jadi ini adalah rumahnya, ehem... Maksudku rumahku juga. Aduh! Rasanya lidah ini begitu kelu saat harus mengatakan bahwa ini adalah rumah K-A-M-I. Jangan salah paham, kami belum menikah lho, bertunangan pun belum, tapi ini rumah K-A-M-I. Kalau di Indonesia mungkin ini adalah hal yang aneh dan tak pantas dilakukan tapi di sini, well... Sepertinya sudah menjadi hal yang wajar.

"Di mana kamarku?" tanyaku sambil menyusuri kemewahan yang terpancar secara kasat mata, segala furnitur hingga lantai apartemen ini benar-benar menunjukkan harga yang fantastis. Mempunyai apartemen semacam ini pasti bisa mengangkat status sosial seseorang.

"Ikuti aku saja, Baby," ia berjalan mendahuluiku sambil masih menarik koper berwarna biru mudaku yang memiliki stiker doraemon lucu yang membuatnya sangat aneh jika seorang yang gagah dan tampan macam Kai menarik koper imut bergambar doraemon.

"Aku bukan bayimu lho alien mesum!" ucapku sambil menahan tawaku yang sepertinya ingin sekali keluar atau lebih tepatnya meledak bak petasan.

Ia hanya tertawa kecil mendengarku. Aku kurang mengerti sense of humor mahluk luar angkasa, jadi aku tidak memperdulikan dia lagi.

Aku pun memasuki ruangan yang cukup besar dengan dominasi warna hitam dan putih dengan ranjang king size di tengahnya, layar tv yang besar, pasti lebih dari 50 inci tergantung di hadapan ranjang, meja rias yang didominasi kaca buram, dan dua pintu kaca buram yang... Aku sesungguhnya tidak bisa menebak kemana pintu itu akan mengarahkanku. Perlahan-lahan aku mendekati pintu kaca itu, dan ternyata pintu pertama membawaku ke dalam sebuah lemari pakaian yang sangat-wow-kemudian pintu kedua ternyata adalah pintu pembatas antara kamar tidur dengan kamar mandi super exclusive.

"Ini kamarku?" tanyaku tanpa bisa menyembunyikan rasa kagumku.

"Iya dan tidak," jawabnya sambil bersandar di pintu masuk kamar.

"Hah? Iya tapi tidak?" aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. Memang susah betul berbicara dengan mahluk luar angkasa, pikirku.

"Iya ini adalah kamarmu, tapi tidak bisa disebut seperti itu juga,"

"Jadi maksudmu itu apa?" sergahku cepat.

"Maksudku ini adalah kamar kita, kamarmu sekaligus kamarku. Rasanya tidak pantas untuk menyebutnya sebagai kamarmu seorang,"

"Kamar siapa kau bilang? Jadi maksudmu aku akan tidur di sini, dan kau juga akan tidur di sini?"

Alien itu hanya mengangguk dan mulutku hanya bisa terbuka lebar melihat reaksinya. Tinggal di bawah satu atap saja sudah melanggar moral apalagi tidur SEKAMAR dan pastinya SERANJANG, karena hanya ada satu ranjang di tempat itu. Apakah mahluk luar angkasa tidak punya moral apa?

Marriage Act [COMPLETED] (EDITING-ON HOLD)Where stories live. Discover now