Take 6

21.4K 407 11
                                    

"Oi!"

Kali ini pergelangan tanganku diraih oleh tangan Lee Kai yang kuat, aku menoleh dengan wajah kesal. Aku mencoba melepaskan cengkraman tangannya di pergelanganku, tapi aku tak berhasil, Lee Kai terlalu kuat. Aku tidak bisa bebas.

"Lepaskan!" teriakku setelah berusaha melepaskan cengkramannya dengan menggoyangkan tanganku berkali-kali tapi tak berhasil.

"Kau mau kemana?" tanyanya dengan nada sedikit membentakku

"Pergi dari tempat ini! Aku tak sudi menghirup udara di ruangan yang sama denganmu, bahkan untuk satu menit pun!" teriakku geram.

Ia pun melepaskan genggamannya , aku langsung berlari ke arah pintu kamar membukanya dan langsung melesat menuju lift tanpa menoleh lagi, aku tak memperdulikan wajah macam apa yang mungkin ditampilkan oleh seorang Lee Kai, kutekan salah satu tombol yang menunjukkan lantai dasar.

Di dalam lift, aku sadar pakaian yang kukenakan adalah sehelai kemeja bergaris merah dan hitam ,berlengan panjang yang melebihi jari jemariku dan hampir ada di atas lututku. Sepertinya ini adalah milik Lee Kai atau mungkin milik orang lain yang tubuhnya jauh lebih besar dariku. Aku juga mengenakan celana jeans yang kemarin kugunakan juga.

Tak lama, aku sampai di lantai dasar, aku pun keluar dan bergegas menuju ke arah luar hotel, aku mencoba mencari-cari untuk beberapa waktu sampai akhirnya mataku menemukan letak pintu keluar hotel mewah itu. Aku berjalan satu langkah menuju pintu keluar itu, tapi aku dapat merasakan banyak mata yang memerhatikanku, spontan aku langsung menunduk dan merasakan ada sesuatu di kantung celanaku. Kucoba raih apa yang ada di dalam kantungku itu, aku merasakan ada sebuah kaca mata di dalamnya.

Mungkinkah, Lee Kai memberikan kaca mata ini untukku? Entahlah, tapi aku langsung mengeluarkan kaca mata itu dan kukenakannya , lalu aku berjalan lagi sambil menutupi wajahku dengan rambutku yang terjuntai hingga melewati wajahku dan kaca mata hitam yang tadi kutemukan di kantungku. Kulewati pintu keluar hotel, dan untungnya aku berhasil langsung menemukan sebuah taxi, tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam taxi itu.

"Setiabudi, pak." Kataku, aku tak mau kembali ke apartemenku karena aku ingin mengambil beberapa waktu untuk beristirahat sebentar, semua hal yang terjadi dua hari ini sudah benar-benar membuat kepalaku sakit hingga rasanya mau pecah , aku pun memutuskan untuk kembali ke rumahku di daerah Setiabudi.

Setelah hampir setengah perjalanan, aku baru tersadar, aku kehilangan handphone dan dompetku, sepertinya tertinggal di dalam tas yang kubawa kemarin, yang artinya ada di hotel yang kutinggali semalam. Dengan bodohnya, aku pun baru menyadari bahwa aku tidak dapat membayar biaya taxi yang sekarang sedang kukendarai, detik itu juga seluruh tubuhku kaku, karena panic yang luar biasa, keringat mengalir dari sekujur tubuhku, otakku bekerja 3x lebih cepat dari sebelumnya untuk memikirkan sebuah cara agar aku bisa membayar taxi ini. Ah, mungkin di rumahku ada uang yang kutinggalkan? Sepertinya ia, tapi ada dimana? Ya ampun, aku sudah lupa dimana kutaruh uangku itu! Aku mencoba mengingat-ingat tapi tak berhasil, kalau sekarang aku bisa melihat wajahku sekarang ini di cermin, aku yakin, wajahku benar-benar kacau.

Marriage Act [COMPLETED] (EDITING-ON HOLD)Where stories live. Discover now