Prolog-Dandelion

12.2K 152 17
                                    

On writing this story I'm using Bahasa Indonesia.  (:

Well, ini pertama kalinya aku memuat karya tulis di jaringan sosial wattpad. Walaupun aku masih dibilang amatiran, tetapi at least I'm trying my best. Cerita ini juga awalnya terinspirasi dari karya temenku, orang luar negri, hehe. Karyanya bagus, tapi aku lupa namanya apa *peace sign hand*

I have that bad grammar. Mungkin juga masih acak-acakan dari penyusunan paragrafnya. Mohon dimaklumi, ya! 

Tinggalkan komentar, aku mau tau aja bagaimana pendapat kalian tentang karyaku ini (:. Eits, jujur, ya! 

No swearing, okay? Would've hurt me (: 

So, here we go. 

"Believe in The Power of Flower."

August 5th, 2008.

Hembusan angin sore kembali menghibur dua anak kecil yang kian berlari mengelilingi taman bunga indahnya. Rerumputan segar melambai mengikuti alur angin.  Dedaunan gugur, merebahkan tubuh tuanya di atas rumput-rumputan yang berseru senang. Bunga-bunga blowing dandelion pun menghiasi langit mereka yang tersenyum gembira. Tawa bahagia seorang anak berusia sepuluh tahun membawa kesan tersendiri bagi alam kecil tersebut. "Emilia, lihatlah, bunga dandelion kesukaanmu." Seorang lelaki berusia empat belas tahun berlari menyerbu teman perempuannya yang tengah merebah memandang indahnya biru langit.

"Harry, bisa-bisanya kamu memetik bunga ini. Biarlah dia hidup bahagia dengan keluarganya di sana." Ucap Emilia seraya berlari kembali ke tempat dandelion malang itu ditemukan. "Lihatlah, Harry. Kasihan sekali, mereka hanya berdua. Sekarang dandelion kecil ini akan kesepian, sendirian tanpa teman. Menggambarkan aku yang sebentar lagi akan pindah dari sini."

Harry menatap penuh sesal kepada bunga dandelion di hadapannya. Kemudian ia alihkan tatapannya ke mata sahabatnya. "Kalau begitu,"--ia membungkus tangan Emilia dengan telapaknya--"anggap saja dandelion yang terpetik ini adalah aku. Jadi, selama kamu jauh di sana, aku selalu ada di sisimu." Katanya menghibur Emilia yang mulai terjatuh dalam kesedihannya lagi.

Setelah merasa sedikit terhibur, Emilia mulai mengembangkan senyum manisnya kembali dan menatap manis mata hijau milik Harry. "Dan anggaplah dandelion yang tumbuh ini aku. Jadi selama aku jauh di sana, kamu akan selalu mengingatku, sampai nanti aku kembali dan menjumpaimu lagi. Ya, Harry?" Pintanya manis.

Persahabatan mereka terasa begitu indah, walau sesungguhnya di antara persahabatan itu telah tumbuh benih-benih cinta masa kanak-kanak yang tersembunyi. Setiap makhluk hidup, tumbuhan dan hewan-hewan yang merdeka di taman itu, adalah saksi bisu dari perasaan mereka berdua. Persahabatan penuh cinta yang abadi, cinta pertama seumur hidup.

August 6th, 2008

Keesokannya, mereka tidak lagi bermain di taman itu dan hanya memilih untuk duduk di rerumputan kebun rumah Emilia. Suasananya tidak jauh berbeda, sama hening dan damai. Hanya semilir angin yang membedakan keduanya. Sembari duduk di atas pohon, Harry memandang jauh ke langit dan mengikuti terus laju awan-awan putih menggumpal di atasnya. "Menurutmu ke mana mereka pergi, dandel?" Tanyanya. Kepalanya turun dan beralih melihat Emilia yang sedang asik membaca novel di bawah rindang pohon.

"Entahlah, mungkin ke suatu tempat di bagian bumi ini. Menebarkan keceriaan yang berbeda." Jawab Emilia tanpa mau memutuskan perhatian dari bukunya.

"Keceriaan? Kebahagiaan? Aku tidak terlalu percaya hal itu benar-benar ada." Harry berkata seraya melihat kembali gumpalan awan yang berjalan amat perlahan di langit biru indahnya. Dapat ia lihat macam-macam serangga dan burung-burung yang berterbangan ke segala arah. "Andaikan saja, aku bisa terbang. Aku akan mengikutimu pergi ke mana saja, Em. Daripada aku harus berada di sini, mendekam di dalam kamar, menghindari amukan ayah tiriku." Katanya pilu.

Yellow Sunrise [One Direction FanFic] - IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang