Part 5

429K 12.4K 174
                                    

"Jangan meyakini diri kalau dia menginginkanmu, apa lagi kalian tidak saling kenal. Bisa saja di balik tawanya, ada kepalsuan dan rencana mengerikan."

Lery mengerjapkan kedua matanya karena sinar matahari mengganggu tidur nyenyaknya. Dia merengut kesal ketika melihat Rindy yang melakukan semua itu. Rindy menarik tirai jendelanya dengan kasar.

"Hei, bangun, Tukang tidur!" pekik Rindy kesal karena melihat Lery menutup wajahnya dengan selimut.

"Ini sudah hampir tengah hari dan kau masih tidur. Calon pengantin tidak baik seperti itu."

Lery langsung membuka selimutnya dan terduduk. Dia mengucek-ucek kedua matanya sambil sesekali menguap.

"Kau tahu dari mana kalau aku akan menikah?" Lery menguap sekali lagi.

"Dari undangan pernikahan, Adikku Sayang," ucap Rindy sambil mengelus kepala Lery dengan sayang.

Lery hanya mengangguk. Merasa bingung dengan sikap Rindy yang tiba-tiba lembut padanya.

"Seharusnya kau tidak usah menerima tawaran itu kalau kau merasa berat, Lery."

"Entahlah, semua sudah terlanjur." Lery menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Kenapa harus menikah? Memangnya kau sudah mengenal dekat calon suamimu itu?"

Lery menggeleng, "jangankan kenal dekat, namanya saja aku tidak tahu," ucap Lery sambil tersenyum kecut.

"Astaga!!!" Rindy kembali memekik. Dia heran dengan jalan pikiran adiknya ini.

"Lusa sudah akan menikah, tapi nama calon suamimu saja kau tidak tahu. Namanya Devward Clinton. Yang kutahu, kedua orangtuanya sudah meninggal. Yah, dia sangat tampan, usianya sama seperti aku. Tapi...." Rindy menggantung ucapannya, "Devward itu playboy, Lery. Apa kau sanggup?"

Lery bergidik mendengar ucapan Rindy.

Apa aku sanggup menjadi istri Devward? Sementara aku sama sekali tidak berpengalaman! Berpacaran saja tidak pernah. Lery meringis dalam hati.

"Tapi, semua sudah terlanjur. Aku tidak bisa lari lagi." Lery mengusap sudut matanya, rasanya dia ingin menangis saja.

"Aku mengerti, meskipun kau adik tiriku, ketahuilah bahwa aku sangat menyayangimu, Lery. Aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu."

Lery terkejut dengan pernyataan kakaknya itu.

Bukannya ayah dan ibu mengatakan kalau Rindy tidak tahu soal itu?
Tapi kenpa...? Lamunan Lery terputus karena bahunya diguncang oleh Rindy.

"Kau terkejut aku tahu soal itu?" Lery mengangguk pelan.

Rindy berdiri dan menarik Lery.

"Sekarang cepat mandi, aku ingin mengajakmu bersenang-senang, Gadis polos." Rindy tersenyum dan mendorong Lery ke dalam kamar mandi. Lery menurut saja. Meski dia masih mempertanyakan soal Rindy yang sudah tahu menahu soal dia yang anak tiri.

"Aku tunggu di bawah!" teriak Rindy lalu meninggalkan kamar Lery.

Lery mandi dengan cepat. Setelah selesai mandi dan memakai pakaian, Lery langsung menuju ke bawah. Di sana sudah ada Rindy yang menunggunya. Dia melangkahkan kaki mendekat. Rindy tersenyum simpul.

"Siap untuk hari ini?" tanya Rindy tampak bahagia tidak seperti biasanya yang selalu mem-bully Lery dengan ejekannya. Lery hanya mengangguk, lalu mereka pergi jalan-jalan.

Rindy benar, hari ini mereka memang bersenang-senang, membuat Lery melupakan ketegangannya untuk menikah lusa nanti.

Mereka berdua banyak tertawa dan Lery sangat bahagia kakaknya berubah seperti itu. Sampai mereka pulang ke rumah di sore hari, senyum di bibir mereka belum hilang juga.

My Protective HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang