Part 1

818K 25.9K 346
                                    

"Aku tak punya bakat khusus, aku hanya dipenuhi hasrat akan rasa penasaran."

Gadis itu merasa sangat senang kembali menginjakkan kaki di kota kelahirannya, New York, setelah 5 tahun melanjutkan studi di University of California, LA untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan pascasarjananya. Gadis bernama Lery itu menggeret koper besarnya dan keluar dari bandara Internasional Liberty Newark.

Di luar bandara sudah ada yang menunggunya. Ya, tadi dia sudah menelepon sang ibu untuk menjemputnya.

Sopir itu membuka pintu belakang mengisyaratkan agar Lery masuk.
Lery pun masuk. Setelah itu, sopir itu memindahkan koper besar Lery ke bagasi. Lalu dia masuk dan melajukan mobil menuju rumah Lery dan keluarganya. Lery memejamkan matanya, dia merasa lelah diperjalan tadi.

"Apa perjalanan Nona menyenangkan?" tanya Rugo, sopir pribadi keluarga mereka.

Lery membuka matanya. "Hmm, lumayan, Rugo," gumamnya malas dan kembali memejamkan matanya.

Rugo hanya ber-oh saja dan kembali fokus pada jalan.

Memakan waktu lebih dari tiga puluh menit, mereka akhirnya sampai di rumah. Mobil berhenti tepat di halaman rumah Lery yang luas. Lery turun dari mobil tanpa menunggu Rugo membuka pintu untuknya. Dia menatap rumahnya, pintu terbuka lebar seolah siap menyambut Lery.

Rugo mengeluarkan koper Lery dari bagasi. Saat dia ingin menggeret koper besar itu, Lery menahan Rugo.

"Biar aku saja," ucap Lery menarik kopernya dan berjalan menuju teras rumahnya.

Lery tersenyum karena mendapati kedua orangtuanya yang menunggu kedatangannya di teras rumah. Clara dan Jhon langsung menyambut Lery bahagia. Lery merentangkan kedua tangannya.

"Aku merindukan kalian," ucap Lery memeluk Clara dan Jhon.

"Kami juga, Nak," ujar Clara sembari melepaskan pelukan mereka.

"Lery, aku sangat merindukanmu, Sayang." Clara memeluk anak gadisnya itu lagi dengan erat dan menitikan air mata kerinduannya.

"Aku juga, Bu," ucap Lery, dia melepas pelukan Clara dan langsung memeluk Jhon lagi.

"Kau pasti lapar, ayo kita makan siang. Aku sudah membuatkan makanan kesukaanmu." Lery mengangguk sembari melepas pelukannya dengan sang ayah.

"Maaf, ya Nak ... kami tidak bisa menjemputmu di bandara tadi. Tahu sendiri kalau ibumu ini kurang sehat." Jhon menyentuh bahu Lery.

"Ahhh, tidak apa-apa, Ayah. Ayo kita makan, perutku sudah lapar sekali!" Lery menggandeng kedua orangtuanya masuk ke dalam rumah. Mereka melangkah menuju ruang makan sambil bercerita banyak hal.

Saat mereka bertiga kini mulai makan siang, Lery meneguk segelas air putih.

"Rindy di mana, Bu?" tanya Lery. Sejak tadi dia mencari-cari sosok kakaknya.

"Dia sedang ada pemotretan, Sayang. Besok dia pulang," jawab Clara. Lery hanya mengangguk pelan.

Kakaknya, Rindy Loriana, memang seorang model. Mendapat julukan super model di Manhattan dan wajahnya hampir ada di setiap majalah terkenal. Cantik, rambut panjang berwarna coklat, wajah tirus, bibir dan mata memukau, serta hidung yang sangat sesuai dengan wajahnya.

Selain terkenal, Rindy juga pandai bergaul, banyak lelaki yang bertekuk lutut padanya. Tapi sayangnya, Rindy sedikit sombong dan melakukan apa saja sesuka hatinya.

"Bagaimana perjalananmu, Nak?" tanya Clara membuyarkan lamunan Lery.

"Lumayan, Bu. Melelahkan," jawabnya.

My Protective HusbandWhere stories live. Discover now