•KN: Jahil•

7.3K 925 51
                                    

Happy reading ᥫ᭡


🐻‍❄️🤍🐻‍❄️

Mata bulat itu berkedip beberapa kali sembari memiringkan kepalanya tak mengerti. Namun begitu melihat isyarat yang Jie berikan membuat Nui langsung mengecup pipi tirus itu sekilas.

Sedang Jienendra malah membeku ditempat nya, dirinya kira kucing kecilnya tidak akan melakukan apa yang dirinya minta. Mengingat disebelahnya ada si pawang dengan raut wajah tak bersahabat seakan sudah siap untuk mengibarkan bendera perang padanya.

"Nui sudah kiss Jie. Berarti nanti Jie bawa Nui jalan-jalan pakai motornya, kan?" Pertanyaan polos itu membuat Jie tersadar dari lamunannya. Tangannya mengusak rambut hitam itu sebentar kemudian mengangguk sebagai jawaban.

Nui memekik kegirangan tanpa tau jika sang kakak sudah merah padam menahan amarah sebab ulahnya. Dan Jie dengan cepat segera beranjak menuju parkiran sebelum teriakan dari Axie terdengar samar sebab tertelan oleh jarak

"WOY SIPIT! CARI MATI LO YA!!" Axie berteriak murka, beraninya si sipit dari China itu meminta ciuman dari adiknya.

"Nanti sampai Mansion, bibir bayi kakak ini harus dicuci biar nggak ada kumannya. Nui, mengerti bukan?" Titah Axie

"Hum!" Nui hanya setuju-setuju saja tidak mengerti juga kenapa harus melakukannya.

🐻‍❄️🤍🐻‍❄️

"NUI PULANG!!" Teriakan cempreng dari si cebol terdengar nyaring memenuhi Mansion.

Manik tajam Axie langsung terarah pada adiknya dengan jari telunjuk yang mengisyaratkan tidak boleh berteriak. Nui terkekeh kecil lalu melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga yang sudah diisi oleh beberapa anggota keluarganya.

"Papa, Nui coming home~" Serunya begitu melihat presensi sang papa.

"Papa, Don't miss, Nui?"

Nate yang sedang berkutat dengan tugasnya itu disambut dengan celotehan kecil dari bayinya. Mata bulatnya menatap antusias pada dirinya.

"Papa, Give me little hug. Nui so tirex papa." Ujarnya dengan wajah memelas.

"Bukan Tirex bayi, tapi tired." Nate terkekeh geli saat mendengar ucapan bahasa Inggris sang putra yang salah.

Wajah putranya terlihat menggemaskan saat meminta pelukan kecil sebab lelah. Dengan senang hati, Nate mengangkat tubuh kecil sang putra dan membawanya dalam pelukannya.

Wangi keringat bercampur minya telon itu tercium oleh indra nya. Nate selalu candu dengan bau tubuh khas bayi dari putra nya ini.

"Bayinya Oma, gimana sekolah nya tadi?" Dayana bertanya begitu melihat sang cucu yang masih nyaman dalam dekapan anaknya.

"Tidak seru!" Ucap Nui dengan nada kesalnya.

Dayana mengerutkan keningnya, tangannya yang sudah keriput itu mengusap keringat yang membasahi dahi sang cucu.

"Kenapa tidak seru? Apa gurunya galak? Atau cucu Oma yang menggemaskan ini di nakali?"

Nui menggeleng, tubuhnya kemudian ditegakkan menatap wajah sang Oma dengan ekspresi kesalnya. Mengingat kejadian disekolah tadi membuat Nui langsung tidak mood.

KA'EO NUI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang