•KN: Lollipop candy•

13.8K 1.1K 27
                                    

🗯️ Jangan lupa tap-tap bintangnya sama komennya yaaa....


Happy reading ᥫ᭡



🐻‍❄️🤍🐻‍❄️

Suasana sore dengan langit jingga yang cantik, terlihat dibalik jendela besar ruangan ini.

Matanya menatap takjub atas keindahan yang ada didepan matanya sekarang. Tangan kecil yang masih tertancap selang infus itu menempel pada jendela kaca. Bahkan wajah bulatnya ikut ditempelkan ke jendela, sehingga membuat pipi sebelah kanannya tergencet.

Nui, dulu tidak bisa untuk sekedar menatap lama pada sang jingga. Dia hanya menjadikan langit sore sebagai pertanda bahwa malam akan segera tiba dan Nui harus cepat-cepat pulang ke rumah kardusnya.

Tapi sekarang, Nui bisa mengagumi bahkan memandang langit sore tanpa takut malam akan datang.

"Kau suka langit sore?" Pertanyaan dengan suara berat itu mengalun membuat Nui tersentak kaget. Lantas dirinya sedikit menjauh dari jendela besar itu, guna melihat siapa yang tengah berbicara padanya.

Nui memandang Nate dengan senyum mengembang, membiarkan sang papa jongkok disampingnya sambil menatap ke arah dirinya.

"Nui suka, langitnya indah."

Nate bisa melihat binar cerah mata bulat sang putra yang sama persis dengan mendiang istrinya.

Dibandingkan putra-putranya yang lain. Nui, putra bungsunya merupakan copy-an yang begitu persis rupanya dengan mendiang istri.

"Mau lihat langit sore diluar?" Tanya Nate, sejujurnya agak canggung saat dirinya berbicara maupun berdekatan dengan sang bungsu. Nate kembali mengingat kapan dirinya berbicara tanpa rasa kecanggungan dengan sang putra terakhir kali?

Dan Nate ingat, itu terjadi 5 tahun yang lalu saat keluarganya masih lengkap tersisa.

"Apa boleh?" Cicitan kecil itu menyadarkan Nate dari lamunannya. Dan anggukan kepala Nate berikan sebagai jawaban untuk sang putra.

Namun alisnya berkerut bingung saat tangan kecilnya terangkat sejajar dengan perutnya.

Nui yang tidak mendapatkan respon dari papanya memiringkan kepalanya dengan wajah sedih.

"Papa tidak mau gendong, Nui? Apa karena Nui berat?" Lirihnya lalu menurunkan tangannya dengan lesu.

Nui kan juga ingin merasakan bagaimana rasanya digendong oleh sosok seorang papa. Sejak dirinya kecil Nui tidak bisa merasakan hangat nya gendongan seorang papa. Dalam ingatannya Nui tidak pernah merasakan hal itu.

Nui selalu iri saat anak seusianya bisa digendong, dipeluk, dikecup manja oleh orang tua mereka.

Sedangkan Nui? Dia hanya bisa menonton sambil memeluk tubuh kecilnya sendiri. Membayangkan bahwa sosok sang papa tengah memeluknya dengan begitu hangatnya.

Lalu saat sosok yang Nui tunggu kedatangannya kini, sudah berada tepat didepannya, sang papa bahkan terlihat enggan untuk menggendongnya.

Kepalanya tertunduk pilu sembari memainkan jari-jarinya.

"Papa jijik ya sama Nui? Makanya Nui nggak digendong? Orang-orang juga selalu teriak ke Nui dengan kalimat itu setiap Nui lewat." Ungkapan menyedihkan dengan suara bergetar itu membuat hati Nate mencolos dibuatnya.

Tanpa sadar tangannya terkepal kuat mendengar kalimat yang tidak enak untuk ia dengar keluar dari mulut putranya.

Siapa bajingan tengik yang berani mengatakan itu pada putranya. Jika sampai dirinya menemukan bajingan itu, detik itu juga Nate akan menembak mulut kurang ajar itu tanpa ampun.

KA'EO NUI Where stories live. Discover now