20. my stuff

1.1K 87 6
                                    

Tidak bisa mengontrol lagi, kedua bahu bergetar hebat dengan wajah yang sudah merunduk pada kepalan tangan di atas lutut, membiarkan air mata meluber membasahi tangan dan sekitar matanya. Isakan hampa memilukan terdengar, serta permintaan samar-samar.

"A-ku tidak ingin tahu, kembalikan- bonekaku," pintanya kurang jelas.

"To-long, kumohon."

Dylan mengalihkan mata dari Delmora, meraih botol champagne dan menuangkan kembali sampai gelas sedikit lagi penuh. Posisi duduknya dibenarkan, menatap gorden mewah berwarna keemasan berpadu putih yang berkilau menutupi jendela. Champagne di gelas ditenggaknya sedikit demi sedikit, seraya tak terusik akan istrinya yang tersedu-sedu.

Siku kiri ditumpu pada lengan sofa, sementara tangan kanan memutar-mutar gelas hingga setengah champagne di dalam bergoyang-goyang kecil. Disesapnya kembali seolah mendengarkan alunan musik. Beberapa menit kemudian, isakan gadis itu mereda, tersisa bunyi tersedu yang diperjuangkan berhenti. Dylan menoleh, melihat bahu gadis yang masih merunduk itu tertarik gemetar lalu turun lagi dengan gemetaran.

Meraih leher botol yang masih menyisakan setengah champagne, dia berjalan santai mendekati. Lilin dari pinggir jendela dan di pojok belakangnya terhalang, membentuk bayangan hitam dari wujudnya yang menutupi Delmora. Pria itu berjongkok, meletakkan botol di depan kaki istrinya.

"Ingin memukulku lagi?" Dylan memberi tawaran santai, seraya menatap kepala istrinya. Merasa asing karena Delmora tidak seagresif biasanya.

Bukan sahutan penolakkan ataupun botol diraih, Delmora justru berdiri. Sekilas saja, wajah pucatnya begitu sembab. Menjauh dari dirinya dengan bahu masih gemetar tersedu. Dia menyusuri lorong pendek kemudian membuka pintu, menampakkan kolam jernih kebiruan menguarkan aroma terapi yang mampu tercium sampai posisi Dylan, lantas pintu itu ditutup rapat secara keras.

Boneka seperti itu banyak di toko murah, atau bisa saja memesannya langsung agar dibuat semirip mungkin. Namun sesuai apa yang dirinya katakan, 'tidak pantas Duchess Stark menyimpan boneka ketinggalan zaman'. Delmora sendiri berkata hanya satu di dunia dan tidak bisa digantikan, jadi untuk apa dia repot-repot mengganti? Tidak ada gunanya.

Dylan berdiri memutar tubuh, mengambil bungkus cerutu, menarik isinya satu dan lekas memotong kepala cerutu dengan guillotine. Menyalakan pemantik, menyulut ujung cerutu sebelum diselip ke bibir. Menyesapnya beberapa detik, lantas menghembuskan asap. Tubuhnya berputar kembali dengan cerutu terselip di antara jari tengah dan telunjuk, kaki berjalan ringan menuju istrinya melarikan diri.

Tidak ada kunci. Pintu ini memang didesain tanpa kunci, tidak seperti kamar mandi Dylan sendiri. Maka secara mudah pintu pemandian dibukanya. Sosok gadis pemilik kulit pucat itu nampak masuk ke dalam kolam dan menenggelamkan kepala. Lalu muncul kembali seraya mengusap-usap wajah. Seolah dia tengah mendinginkan kepala serta menormalkan wajah sembabnya agar tidak menyedihkan.

Rambut panjang itu terbelah menyampir ke depan, membebaskan punggung dari penghalang. Pandangan Dylan terfokus pada bekas luka panjang menjalar, menyisakan warna kecoklatan nampak seperti daging bergumpal, memberi perbedaan jelas di kulit putih pucat nan halus Delmora.

Kaki Dylan melangkah lebar tanpa beban, menginjak lantai basah akibat cipratan air dari kolam. Lutut kanan bertumpu pada tepi kolam, sedangkan lutut kaki kiri menahan siku tangan kiri tempat cerutunya terselip kali ini. Pandangan fokus tak bisa teralihkan, menghulurkan lengan kanan dan mengusap punggung itu secara vertikal. Sentuhan tersebut, direspons kecipakan keras dari kolam disebabkan Delmora yang tercengang.

Dia berbalik ke belakang, melototkan mata dan lekas melelapkan tubuh sampai sebatas leher. Seperti sedang merajuk, tidak ada cacian yang keluar dari bibir Delmora. Dia diam menciptakan sorot mata dingin. Berbalik angkuh, tanpa menyuruh suaminya keluar.

Your Grace, Kill Me NowWhere stories live. Discover now