1. 704 Étoilesy

5.2K 195 0
                                    

Angin musim panas berhembus segar, membunyikan gemerisik dedauan ek yang saling bergesekkan, ikut menerbangkan helai-helai rambut colorado topaz terang. Raut wajah lelaki pemilik rambut tersebut bersinar-sinar, disoroti pendaran cahaya siang melalui sela daun. Musim panas tahun 704 Étoilesy, nampaknya menjadi hal paling menyenangkan, lulus akademi dan kembali ke kediaman. Lelaki itu menikmati pemandangan hutan yang mengapit jalanan, kedua tangannya bertumpu pada bingkai jendela kereta kuda.

"Hey, Kak! Akulah yang akan menjadi pewaris!" serunya percaya diri.

"Yang muda mesti mengalah pada yang tua."

Mendengar sahutan enteng pematah semangat dari dalam gerbong, ekspresi lelaki itu berubah pahit. Ia menoleh dengan kilatan tajam pada gadis serapuh awan yang tengah menjilati es krim bewarna merah muda, nampak menyegarkan. Namun, pemandangan tersebut membuat lelaki itu gerah.

Dengan mendelik, ia berkata, "Aku lelaki, jelas lebih pantas menjadi pewaris."

"Kau anak kedua, di mana pun yang tertualah yang unggul dan kau harus menghormati."

"OH! Kalau pengertianmu seperti itu, artinya kau pun harus menghormati dan patuh padaku. Aku lebih tua darimu," perintah si Lelaki membalikkan ucapan.

Tentu saja, si Gadis tidak terima. "Enak saja! Kita hanya berjarak 100 kali mengedipkan mata," sanggahnya.

"Tetap saja, aku lebih tua darimu, Delmora!" timpalnya tegas, namun nampak konyol bagi gadis bernama Delmora Gretl.

Delmora lekas melahap habis semua es krim tanpa mempedulikan ngilu di geraham, lalu membuang keanggunan dan segera berdebat dengan sang saudara kembar, Delmore Gilbert Von Targaryen yang selalu merasa lebih tua. Padahal jarak kelahiran mereka sekitar beberapa menit saja, yang kata Delmora sendiri 100 kali mengedipkan mata.

Drama perebutan pewaris kerap dilakukan Gilbert dengan kakak perempuan mereka yang telah lulus akademi dua tahun lalu. Gilbert yang merupakan putra satu-satunya keluarga Targaryen tentu saja merasa paling pantas.

Dalam keluarga yang paling tenang ialah Delmora. Sebagai imbas, dia kerap kurang diperhatikan dan dianggap tak penting dalam keluarga. Setenang-tenangnya hidup Delmora, itu tak berlaku bila bersama Gilbert. Pertengkaran tidak penting, sekedar berselisih, akan tetapi mampu bertahan sampai memasuki tempat tinggalnya.

Laburnum adalah tempat tinggal Marquess Targaryen yang merupakan salah satu kota kecil dari Duchy Forsythia, serta berada di bagian selatan Kerajaan Elysium. Wilayah itu cukup tandus lantaran tak dapat menampung banyak air.

Laburnum memang paling dekat dengan akademi yang berada di barat, walaupun membutuhkan waktu beberapa jam. Dalam lokasi yang tak terlalu jauh tersebut, anehnya keluarga Targaryen tak menjenguk pelulusan putra-putri kembarnya.

Bagi Delmora ini hal biasa, tetapi tidak untuk Gilbert yang justru membuat gerbong menjadi tak pernah sunyi sedari tadi.

"Apa kataku, anak tertua itu unggul. Jangan manja ingin dijenguk, kau pria dan akan menjadi penerus," sindirnya tanpa sadar. Sejenak kemudian, Delmora menutup mulut.

"NAH! Sekarang kau bilang diriku akan menjadi penerus?" Gilbert bersorak seakan telah memenangkan undian.

"Tidak, tidak! Aku barusan kerasukan setan!" sanggah Delmora seraya melambaikan tangan ke depan.

"Sial, es krimku habis. Bisa-bisa sepanjang jalan akan fokus pada uc—"

Bibir Delmora dibungkam tangan Gilbert, dan saat itu pula terdengar bunyi sundulan kepala pada atap gerbong. Sontak saja, sebelah tangan lelaki tersebut mengusap kepalanya.

"Awh!"

Itu tidak sakit! Tidak sakit seperti Gilbert saat saling memukul dengan siswa lain sampai babak belur. Saat itu dia tidak mengaduh, tapi yang remeh seperti ini bisa-bisanya mengaduh? Delmora diam-diam geli akan tingkah kembarannya.

Your Grace, Kill Me NowWhere stories live. Discover now