Chapter 27

3K 315 5K
                                    

Kalian benar-benar titisan Shabira deh ugal-ugalan banget😭

Target next chapter selanjutnya 300 Vote + 5000 komen.

Aku mau nargetin vote biar viewers cerita ini nggak stuck soalnya nggak naik-naik. Dimohon kerja sama nya. Yang ga vote dari awal, mohon untuk vote🤧🙏

Bisaa yuuk vote nya juga ugal-ugalan kek Komen, kalau misal tembus cepat aku update cepat juga.

Makasih yang sudah vote + komen. Loveyouuuu sekebon💗💗💗💗

Happy Reading🤍

----------------------------------------------------------

Janganlah engkau mengucapkan perkataan yang engkau sendiri tak suka mendengarnya jika orang lain mengucapkannya kepadamu.

— Ali bin Abi Thalib —

🕊🕊🕊

Semalam Bang Al tidak tidur denganku, melainkan dia memilih tidur di ruang kerjanya. Entah kenapa dengan perlakuannya seperti itu membuatku sakit hati. Maka, pagi ini aku memutuskan mendiamkannya. Bicara pun seperlunya saja.

Kupikir ketika aku mendiamkannya, dia akan meminta maaf atas apa yang terjadi semalam. Tetapi, dengan tega nya dia juga ikut mendiamkanku.

Kini sarapan pagi bersama pun hanya suara garpu dan sendok yang terdengar, tidak seperti sebelumnya yang selalu mengobrol. Terlihat dia sedang melirikku, lantas aku memalingkan wajah darinya. Biar dia sadar kalau aku sedang marah.

Tiba-tiba tangan Bang Al hendak menyentuh ujung bibirku, namun dengan cepat aku menepis tangannya. 

"Don't touch me!" Aku berkata dengan tegas. Membuat dia sedikit terkejut.

"Aku mau ngambil nasi di ujung bibir kamu," katanya.

Lantas aku segera mengambil sebutir nasi yang menempel di ujung bibirku dengan lidah kemudian memakannya. Masa bodoh dia ilfil jiga.

Selesai makan, aku langsung membawa piring dan gelas kotor punyaku lalu mencucinya tidak dengan piring dan gelas punya Bang Al. Aku membiarkan dia mencucinya sendiri.

Ketika Bang Al hendak mencuci piring dan gelas kotor miliknya, buru-buru aku mencuci gelas dan piringku. Setelah itu aku langsung meninggalkannya dan berlari ke kamar.

Setibanya di kamar aku langsung memakai make-up tipis, lalu memasang hijab pasmina menutup dada. Ketika sedang memakai kaos kaki, tiba-tiba Bang Al datang menghampiri.

"Sha, mau kemana?" tanyanya.

"Kerja lah," balasku dengan raut wajah cuek.

"Bukannya kamu kalau pergi ke butik itu jam sembilan ya?" Kemudian Bang Al melirik jam dinding kamar."Masih jam tujuh lebih lima belas menit Sha, kepagian," lanjutnya.

"Bodoamat," balasku dengan nada ketus.

Selesai memasang kaos kaki, aku langsung mengambil tas selempang berukuran sedang dan kunci mobil. Namun, Bang Al menahan tanganku.

"Sha, aku tahu kamu marah soal semalam. Aku minta maaf, sebenarnya aku——"

Belum selesai Bang Al berbicara, dengan cepat aku memotong ucapannya. "Sha tahu kok alasannya, because you didn't love me yet!"

"Bukan soal itu, tapi—"

"Bye! assalamu'alaikum." Aku langsung melepaskan tangannya, kemudian berlalu pergi meninggalkannya.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang