•8

2.4K 118 2
                                    

Di mohon untuk vote serta comment nya.
---------------

Dengan lembut, Louis meraih tangan Lien yang terlelap di sampingnya, mengusap perlahan untuk membangunkannya dari tidurnya yang lelap.

Senyum Louis terpancar begitu hangat saat ia menatap wajah Lien yang masih tertutup oleh selimut.

"Lien, sayang, sudah waktunya bangun. Hari ini adalah hari yang istimewa, dan aku ingin kita menghabiskannya bersama."

"Matahari sudah mulai menyapa dunia dengan sinarnya yang cerah," ucap Louis dengan lembut

Lien terbangun perlahan, mata lembutnya terbuka dan tersenyum melihat Louis yang berdiri di samping tempat tidurnya.

Dengan suara lembut, Lien menjawab, "Terima kasih, Louis. Kamu sudah membangunkan ku."

Lalu Lien pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi, membersihkan wajahnya dengan air segar, dan tersenyum melihat dirinya sendiri di cermin.

Setelah itu, Lien keluar dari kamar mandi dan mendapati Louis yang menatap lekat Lien di tempat tidur. Dengan lembut, Lien mendekati Louis dan berkata,

"S-sayang, sudah waktunya untuk kamu mandi. Aku akan menyiapkan sarapan untuk kita."

Louis tersenyum mendengar Lien untuk pertama kalinya menyebutnya dengan sebutan 'sayang',

mengangguk setuju. Louis bangun dan berjalan menuju kamar mandi sambil mengucapkan,

"Terima kasih, Lien. Aku sangat beruntung memiliki kamu." Lien hanya tersenyum malu

-
-

Lien sibuk di dapur, sementara aroma harum makanan yang sedang dimasaknya mengisi udara.

Tiba-tiba, Louis menghampirinya dari belakang dan memeluknya erat. Dengan lembut, ia mencium leher Lien dan berkata

"Aromanya begitu menggoda, sayang. Aku sangat beruntung memiliki kamu."

Lien tersenyum dan membalas pelukan Louis dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih, Louis. Aku senang bisa memasak untukmu. Ayo kita nikmati hidangan ini bersama-sama," ucapnya dengan suara lembut.

Skip sarapan . .

"Louis, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Aku merasa perlu berbagi perasaanku tentang hal ini." Ucap Lien dengan nada suaranya penuh kelembutan dan kejujuran.

Louis menatapnya dengan perhatian dan menggenggam tangan Lien erat.

"Tentu, Lien. Aku siap mendengarkan apa pun yang ingin kamu sampaikan. Kamu tahu kamu bisa mengandalkan aku," jawabnya dengan penuh keyakinan.

Lien mengambil napas dalam-dalam dan mulai berbicara.

"Louis, aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Setiap hari bersamamu membuatku semakin yakin bahwa kamu adalah orang yang ingin aku habiskan sisa hidupku bersamamu."

"Aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah menerimamu sebagai suamiku, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Aku ingin membangun masa depan yang indah bersamamu." Suara Lien penuh dengan kehangatan dan ketulusan.

mencerminkan keputusannya dengan jelas. Louis tersenyum bahagia dan membalas genggaman tangannya.

"Lien, kamu tidak bisa membayangkan betapa bahagianya aku mendengar itu. Aku juga mencintaimu dengan segenap hatiku, dan aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Kita akan menjalani kehidupan yang indah bersama." Jawab Louis dengan sangat senang

Tiba-tiba Lien merasa haus "Louis sebentar, aku mau mengambil air dulu. Mulutku terasa kering."

"Biarkan maid yang membawanya." Kata Louis

"Ah tidak usah, biarkan aku mengambil nya sendiri, aku mohonnnn!!" Rengek Lien saat Louis tidak melepaskannya

Lalu karena kasian melihat Lien yang kehausan, Louis pun melepaskannya.

Lien langsung pergi untuk ke dapur, tapi ditengah perjalanan ada maid yang menyapanya.

"Selamat pagi, Nyonya Lien. Bagaimana perasaan Nyonya hari ini?" Tanya maid itu

"Selamat pagi! Terima kasih sudah bertanya. Aku merasa baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Saya juga baik-baik saja, Nyonya. Apakah Nyonya sudah sarapan?"

"Sudah."

"Baik, Nyonya. Jika ada yang bisa saya bantu, beritahukan saja saya. Semoga Nyonya memiliki hari yang menyenangkan."

"Iya, terimakasih." Ucap Lien

Semua itu tidak luput dari pandangan Louis. Louis merasa cemburu melihat Lien berinteraksi dengan maid. Dia ingin Lien hanya miliknya dan tidak ingin ada yang mendekatinya.

Setiap kali ada seseorang yang berani mendekati Lien, Louis dengan tegas mengklaim.

'Lien adalah milikku. Jangan pernah mencoba mendekatinya lagi.'

Louis diam, wajahnya penuh dengan keraguan. Hatinya dipenuhi oleh rasa cemburu yang membara setelah melihat maid tadi berbicara dengan Lien.

Pikirannya terus memutar-mutar apakah ia harus memecat pembantu tersebut supaya Lien tidak bisa berbicara lagi dengan maid itu.

"Apakah ini tindakan yang tepat?" gumam Louis dalam hati.

"Apa yang seharusnya aku lakukan? Apakah aku terlalu takut jika Lien menyukai maid itu?"

Pertanyaan-pertanyaan itu menghantuinya, membuatnya terjebak dalam dilema yang sulit.

Lien melihat Louis yang sedang melamun, wajahnya tampak terlarut dalam pikiran yang jauh. Dengan langkah lembut, Lien mendekatinya dan duduk di sampingnya.

Ia meletakkan tangannya di atas tangan Louis dan berkata dengan lembut.

"Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu terlihat sedang memikirkan sesuatu." Louis terkejut dan menatap Lien dengan tatapan kosong. Lien melanjutkan,

"Ayo, berbagi dengan aku. Kita bisa menghadapi ini bersama-sama." Suara Lien penuh dengan kehangatan dan kepedulian.

"Aku hanya sedang memikirkan cara, agar kamu tidak bicara dengan orang lain. selain aku." Jawab Louis

Lien yang mengerti 'orang lain' yang di maksud Louis itu adalah maid tadi yang berbicara dengannya.

"Sayang.. aku tidak akan berpaling dengan orang lain, aku kan sudah menjadi istrimu." Ucap Lien dengan mengusap kepala Louis lembut.

Lalu Louis menarik Lien kedalam pangkuannya, dan memeluk Lien. Lalu berkata "aku sangat mencintaimu Lien, cintaku sangat besar hanya untukmu."

"Aku tau."

-
-
-
✧penasaran dengan kelanjutannya?
sampai jumpa di cerita amour excessif
selanjutnya✧

Hai aku kembaliiiiiiiiiiiiii

amour excessifМесто, где живут истории. Откройте их для себя