ML - 58

53.5K 5.4K 1.7K
                                    

Sedih.. makin sepi 🥲

Besok part terakhir saja yaaa.. 🥲🙏🏻

Part ini, nggak mau kasih target.. takut kecewa 😭 aku update buat yg selalu vote dan ramein komen!! Makasih ya buat kalian 🫶🏻

 takut kecewa 😭 aku update buat yg selalu vote dan ramein komen!! Makasih ya buat kalian 🫶🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaleo keluar kamar, pria itu menarik kursi mendekat pada Nacia yang masih asik makan bubur.

Nacia yang mendapati Jaleo mendekat padanya pun menoleh. Dia menyodorkan satu sendok bubur di depan bibir Jaleo.

"Aaaaa.." ujarnya, berniat menyuapi Jaleo.

"Enggak Ay. Kamu makan aja." Jaleo menolak dengan lembut, membuat Nacia memutuskan untuk melahap sesendok bubur itu.

"Yang? Are you okay?" Tanya Jaleo. Memastikan keadaan Nacia.

Kepala Nacia meneleng, alisnya bertaut. Nampak bingung dengan apa yang di maksud dengan Jaleo. "Oke. Kenapa?"

Jaleo meletakkan ponselnya di atas meja, "kamu, yang buka chat ini tadi?"
Jaleo bertanya memastikan.

Nacia terdiam sejenak, kemudian menggangguk. "Maaf ya. Aku nggak ngomong ngomong pas buka handphone kamu."

"Enggak. Aku nggak permasalahin itu."

"Terus?" Tanya Nacia sembari asik melahap bubur buatan Jaleo. Bubur terenak yang pernah dia makan.

"Kamu kalo mau nangis, sini di pundak aku." Jaleo menepuk pundaknya sendiri.

Dahi Nacia mengeker yg mendengar ucapan Jaleo. "Apasih kak? Siapa yang mau nangis?"

"Kamu mau memulai hidup baru karena ini, kan?" Jaleo memastikan pemikirannya.

Wajah Nacia makin mengerut. Dia tidak paham dengan apa yang dikatakan dengan Jaleo. "Apa sih? Enggak. Aku mau mulai hidup baru karena disini ada kampus yang deket kan? Kampus yang jurusan pertanian itu lho. Aku mau belajar bercocok tanam habis ini."

Jaleo melongo lebar.

Jawaban Nacia, benar benar di luar nalar!

"Loh? Kamu nggak nangis? Lihat Kamael...." Jaleo tidak berani melanjutkan ucapannya. Ia melihat dan memastikan setiap ekspresi pada wajah Nacia.

Tapi sekali lagi yang Jaleo temukan adalah wajah kebingungan dari Nacia.

"Ngapain nangis? Emang aku keliatan sedih?" Nacia menunjuk wajahnya dengan mulut menggembung penuh dengan bubur yang langsung dia telan.

Jaleo menggelengkan kepalanya. Tidak ada raut sedih maupun marah di wajah Nacia.

"Nah, Yaudah. Aku nggak sedih kok. Malah seneng, akhirnya Kamael nggak mungkin ganggu aku lagi." Jawab Nacia.

"Emang dia pernah ganggu?"

Nacia mengangguk, "waktu di apartemen, waktu dia dateng ke apartemen itu godain aku terus tau. Untung aku waktu itu setia sama kamu, Kak." Nacia menaik turunkan kedua alisnya.

Midnight LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang