23. GETIR

19 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

23. GETIR

Upacara hari Senin diakhiri dengan pemberian penghargaan setinggi-tingginya untuk Zio yang menjuarai lomba panahan tingkat nasional dan Tim Bola Basket SMA Mahanta atas kemenangannya di turnamen antar-SMA.

Riuh tepuk tangan menggema seantero lapangan SMA Mahanta ketika kepala sekolah selesai memberikan pidato singkatnya mengenai prestasi yang kembali dicetak oleh siswa-siswa terbaiknya.

Terik pagi ini sedikit menghalangi pandangan Nuala, matanya menyipit menyorot ke arah Zio yang berdiri bersebelahan dengan Rey, mantan pacarnya.

Masih sakit rasanya ketika harus menyebut Rey sebagai mantan pacar, karena pada dasarnya ia masih sayang dan belum terbiasa dengan status baru ini.

"Mau ke kantin dulu nggak?" Suara Firna yang menginterupsi membuat lamunan Nuala buyar.

Nuala menoleh ke arah Firna dan menganggukkan kepalanya pelan. Ia kembali memperhatikan depan, menunggu aba-aba barisan dibubarkan.

"Panas banget padahal masih pagi," ucap Firna sembari melepas topi dan ia gunakan untuk mengipasi wajahnya.

Nuala yang jalan di samping sahabatnya itu mengangguk setuju. Ia merapikan rambutnya yang dikuncir satu ke belakang setelah melepas topi.

"Habis ini pelajaran Sosiologi ya?" tanya Nuala kepada Firna.

"Iya, tapi kata ketua kelas nanti jam kos bu Imel izin karena diklat."

"Serius?"

Firna mengangguk. "Lo nggak cek grup kelas emangnya?"

"Enggak, dari semalem gue off."

"Pantesan," timpal Firna sembari merangkul sahabatnya itu. "Lo semalem nggak nangis lagi kan?" tanyanya khawatir.

"Bohong kalo gue bilang enggak," jawab Nuala apa adanya. Kemarin saat sahabat-sahabatnya pulang dan Nuala masuk ke rumah, ia kembali menangis. Bahkan ia sampai ketiduran di sofa ruang keluarga.

"Kok mata lo nggak bengkak?" Firna menyipitkan matanya meneliti setiap jengkal wajah Nuala.

"Bangun tidur tadi langsung gue kompres, tapi beneran nggak bengkak 'kan?"

"Aman kok," balas Firna. "Lagi pula perasaan lo valid, lo boleh nangis sepuasnya sampe mata lo bengkak, pipi lo bengkak, wajah lo bengkak," sambung Firna bercanda.

"Enak aja kalo ngomong," sahut Nuala sembari menyenggol lengan Firna.

Nuala dan Firna menertawakan obrolan yang hanya mereka ketahui. Sesampainya di kantin mereka langsung memesan minuman untuk dibawa ke kelas. Setelah menunggu antrian yang cukup panjang akhirnya mereka mendapatkan satu cup milkshake taro dan satu cup es teh tubruk.

"Dari semalem gue bm ini," ucap Nuala setelah menyeruput milkshake taro kesukaannya.

"Kemarin ditawarin Zio mau jajan apa lo nggak mau," sahut Firna.

"Penginnya pas udah malem."

Obrolan mereka terhenti ketika melihat Rey berjalan menuju ke arah pintu keluar kantin. Nuala yang merasa hendak dihampiri oleh Rey pun berhenti melangkah, otomatis Firna juga ikut berhenti.

"Kenapa berhenti, Al?" tanya Firna dan tidak ada balasan dari Nuala. Firna langsung membaca situasi dan bertanya lagi, "Lo mau ketemu sama Rey? Ngapain? Buat apa?"

Nuala diam saja tidak menjawab pertanyaan Firna membuat perempuan itu jengkel.

"Nuala," panggil Rey pelan setelah berhenti di hadapan perempuan itu. "Lo nggak pa-pa 'kan?" tanyanya terdengar ambigu.

520 MEANINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang