22. DUA TEMPAT SATU RASA

13 3 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

22. DUA TEMPAT SATU RASA

Turun dari taksi Nuala langsung masuk ke halaman rumahnya. Ia duduk di teras sembari menangkup wajah. Tekadnya untuk tidak menangis lagi karena Rey ternyata gagal total. Ternyata sesakit ini rasanya mengakhiri hubungan dengan seseorang yang amat disayangi.

Sampai detik ini Nuala masih sayang dengan Rey. Rasa sayangnya masih jauh lebih besar dari rasa sakit dan kecewa kepada laki-laki itu. Dua tahun kebersamaannya dengan Rey memang banyak sakitnya, namun tidak sedikit pula kenangan indah yang bisa ia simpan dalam ingatan.

Bahu Nuala masih naik turun seiring dengan tangisnya yang tidak kunjung berhenti. Kesendiriannya ini ia manfaatkan untuk menenangkan diri. Ia mencoba mengontrol emosinya dan menata hati kembali.

Bunyi gerbang yang terbuka membuat Nuala mendongak dan secepat mungkin mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipi.

"Tuh kan bener Nuala yang tadi pulang naik taksi!" ucap Firna kepada Reno dan Zio yang mengikutinya dari belakang.

"Gue kira mamanya," timpal Reno.

"Lo kenapa? Kok nangis?" Firna terkejut melihat mata Nuala yang sembab dan sesenggukkan.

"Fir ..." panggil Nuala dengan suara paraunya.

Firna yang paham pun langsung duduk di samping Nuala dan memeluk sahabatnya itu untuk menguatkan. Firna menepuk-nepuk bahu Nuala dengan pelan.

"Kenapa?" tanya Zio kepada Firna hanya dengan gerak bibir saja tanpa suara.

Sementara Firna menjawab dengan gelengan kepala. Tidak tahu pasti mengapa Nuala menangis seperti ini, tetapi Firna memiliki praduga tentang Nuala yang tiba-tiba pergi lebih dulu dari GOR tadi.

"Gue udah putus sama Rey," ucap Nuala setelah melepas pelukanya dengan Firna.

Zio dan Reno tampak terkejut mendengar ucapan Nuala, sedangkan Firna hanya memberi reaksi yang lebih santai daripada keduanya. Benar dugaan Firna, Nuala akhirnya menyerah pada hubungannya bersama Rey.

Zio maju selangkah dan berdiri di tangga pertama, tangannya terulur untuk mengusap puncak kepala Nuala. Dari awal Nuala tersiksa karena hubungannya dengan Rey, Zio selalu ingin hubungan mereka berakhir. Akan tetapi, Zio tidak berpikir jauh kalau Nuala akan menangis tersedu-sedu seperti ini.

"Puasin nangisnya, lepasin semua yang lo pendem selama ini. Keputusan lo buat putus udah bener," ucap Zio, "jangan pernah takut sendiri karena masih ada gue, Reno, sama Firna."

"Bu Irma ada di rumah nggak?" tanya Firna dan Nuala menggelengkan kepalanya.

"Lo bawa kunci rumah?"

"Bawa," jawab Nuala kemudian mencari kunci rumahnya di dalam tas selempang miliknya. Ia menyerahkan kunci rumah kepada Firna.

"Gue ambilin minum dulu, izin masuk rumah lo ya, Al." Setelah mendapat persetujuan, Firna bangkit dan masuk ke dalam rumah Nuala.

Posisi Firna tadi digantikan oleh Reno. Laki-laki itu duduk di samping Nuala dan menepuk bahunya dua kali. Reno yang sejak tadi diam saja akhirnya mengeluarkan suara, "Udah ikhlasin aja, nggak semua orang yang punya hubungan itu langgeng selamanya. Ada masa-masanya buat ngerasain perpisahan kaya gini."

"Iya, gue ikhlas kok. Cuma nyesek dikit aja," balas Nuala sembari mengusap air matanya.

"Lo pake kerja juga ilang itu nyeseknya, Al," timpal Reno. "Jangan nangis mulu, emang mau rumah lo kebanjiran?" lanjutnya melawak.

520 MEANINGSWhere stories live. Discover now