21

20.4K 1.5K 20
                                    


Di karyakarsa sudah bab 50 yaa gaess. Yuk melancong dulu kesana gaess

Rombongan Cia yang tadi nya bertiga sekarang sudah ramai oleh kehadiran para warga khusus nya Ibuk-ibuk.

Lingkaran Cia sangat heboh penuh dengan suara teriakan para Ibuk-ibuk yang asyik berjoget. Hanya dia dan Dewi yang masih muda di sini. Namun tidak masalah bagi Cia. Yang penting dia happy. Bahkan ia lebih bahagia bersama para Ibuk-ibuk ini.

Acara lelang sudah di mulai. Ada pembawa acara yang semakin membuat para Ibuk-ibuk di sini berteriak tertawa karena pembawaannya yang gemulai padahal aslinya laki-laki.

Lelang ayam di mulai dengan harga terendah lima puluh ribu.

" Dua ratus ribu," teriak seorang laki-laki dari arah samping mereka.

" Dua ratus lima puluh," suara arah dari belakang. Sedikit jauh seperti nya.

" Lima ratus ribu," kembali suara teriakan terdengar.

Kasak kusuk Ibuk-ibuk mulai terdengar.

" Wah lima ratus ribu, woi. Siapa ya kira-kira. Penasaran saya." Celetuk Mak Iyak.

" Iya. Saya juga penasaran. Kita lihat saja orang nya naik ke atas panggung."

" Nggak jelas elah. Gelap gitu. Remang-remang."

Cahaya memang berasal dari lampu sorot di atas panggung. Si pembawa acara mulai berteriak.

" Oke. Lima ratus ribu satu kali. Masih ada lagi? Dari belakang? Rima ratus ribu dua kali?"

" SATU JUTA!" teriakan dari paling belakang.

" AAAW SATU JUTA SATU KALI. AYO BAPAK IBU. SATU JUTA DUA KALI. MASIH ADAA???"

Si pembawa acara semakin berteriak sembari berjoget dengan musik menghentak.

" Buk Ibuk ayo teriak Lima juta," ujar Cia

" Ha? Serius Non?" Ibuk - ibuk itu kaget dengan mulut terbuka lebar.

" Saya serius. Ayo Buk!"

" LIMA JUTA!"

Suara teriakan heboh langsung hening setelah mendengar angka barusan

" LIMA JUTA SATU KALI. ADA YANG BERANI LEBIH. AYOO!! LIMA JUTA DUA KALI. MANA SUARA NYA ?? APA KITA LEPAS?"

" LEPASSSSS!" Teriak penonton.

" OKE. LIMA JUTA TIGA KALI. SILAHKAN NAIK KE ATAS PANGGUNG YANG MEMBELI LIMA JUTA BARUSAN."

" Non ayo naik ke atas panggung Non. Itu sudah di panggil."

" Ada yang mau temanin saya nggak? Saya nggak mungkin naik sendiri."

" Sama Dewi saja,Non."

"Oh iya. Ayo, Wi. Temani saya."

" Siap, Mbak."

Cia dan Dewi membelah kerumunan maju ke depan.

" Wi, saya merinding nih. Di perhatikan sama orang-orang." Bisik Cia nggak nyaman.

" Santai saja, Mbak. Nggak usah di pedulikan."

" Kamu jangan jauh-jauh dari saya ya."

Dewi mengangguk. Ia memegang erat lengan Cia. " Iya, Mbak."

" NAH INI DIA ENENG CANTIK YANG MEMBELI LELANG AYAM KITA MALAM INI SEHARHA LIMA JUTA BRO. SELAMA SAYA MENJADI PEMBAWA ACARA BARU KALI INI YANG BERANI MENAWAR LIMA JUTA. AYO NENG CANTIK NAIK KE ATAS PANGGUNG."

musik kembali menggema. Cia dan Dewi sudah berada di atas panggung. Cia membayar lima juta kepada panitia.

"MARI KITA BERJOGET SEMALAM SUNTUK...LET'S GO!!"

tiba-tiba dalam sekejab pentas penuh dengan para lelaki yang berjoget sehingga Cia dan Dewi tersesak ke meja. Cia sudah selesai membayar. Namun ia tidak bisa turun lantaran panggung penuh.

" Duh Cantik. Nama nya siapa?" Seorang laki-laki menghampiri Cia.

" Awas. Menjauh. Kami mau turun."

" Kok cepat amat. Kita bersenang dulu lah. Berjoget dulu kita,"

Musik makin lama makin kencang. Cia sudah tidak nyaman. Ia memegang erat tangan Dewi.

" Maaf, bisa numpang lewat."

" Nggak bisa cantik. Sudah penuh.

"Cia menatap panitia dan meminta bantuan.

" Panitia tampak bergerak. Namun karena sesak dan penuh, panitia tersebut tampak kesusahan juga mengusir para lelaki ini.

Tiba-tiba saja tangan nya di genggam. Cia hampir saja menampar kalau tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang memegang nya.

Bang Jangkar.

*****
Di bagian belakang Jangkar ,Zaki, Dylan, Supra, Rahmat dan beberapa pemuda lainnya juga datang melihat acara yang berlangsung.

" Beruntung nih kita bisa bersama Bang Jangkar. Bakal dapat ayam panggang nih kita. Ye nggak?" Ujar Supra tertawa.

"Yoi dong. Seperti biasa dimana ada Bang Jangkar di situ ada keberuntungan." Timpal Rahmat.

" Kalian ini benar-benar doyan yang gratisan," cemooh Dylan tertawa.

Jangkar hanya tersenyum tipis sambil bersedekap dada.

Acara sudah di mulai. Acara pelelangan sudah di bawakan oleh pembawa acara.

" Satu juta." Ujar Jangkar. Dylan dan yang lain langsung heboh dan berteriak.

" Aahh pasti ini ayam nya bakal kita angkut nih. Nggak bakal ada yang sanggup beli satu juta selain Bang Jangkar."

" Pasti lah. Hampir tiap acara Bang Jangkar yang membeli lelang ayam sampai menghabiskan uang sepuluh juta hanya untuk panggang ayam."

" Itu cara saya untuk membantu kampung kita"

" Ya. Memang top lah Bang Jangkar ini."

Tiba-tiba mereka terdiam saat mendengar angka lima juta.

" Lima juta? Siapa itu? Serius lima juta?"

Jangkar pun juga penasaran.

" Siapa orang nya. Saya pengen lihat." Ujar Supra cepat.

Mata Jangkar terpaku menatap ke depan. Ia memicing.

" Woi, body nya bro. Putih mulus di bawah sinar lampu sorot." Ujar Rahmat mupeng.

" Siapa tu woi. Nggak jelas orang nya. Ke depan yuk!"

Jangkar tiba-tiba merasa marah mendengar perkataan teman-teman nya.

" Cantik gaes." Teriakan dari depan. Jangkar melesat ke depan. Ia naik ke atas panggung dari samping.

Tebakan Jangkar tidak pernah salah. Ia melihat Cia terjepit dan merasa risih. Wajah nya seperti tertekan.

Jangkar langsung menarik tangan Cia dan membawa nya melalui jalan samping.

Tbc!
21/02/24

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang