17 - Masa Lalu

172 43 68
                                    

Assalamualaikum





Jangan lupa shalawat

” allahuma shali 'ala Muhammad wa'ala Ali Muhammad ”

~~~~~

"Adri tungguu!"

Lelaki itu mengejar Adrisia yang berlari begitu saja saat ia berucap demikian, ketakutan nya kini telah terjadi. Padahal dirinya berniat membicarakan masalah itu dengan baik-baik.

Adrisia terus berlari tanpa memperdulikan teriakan suaminya, dada nya sesak, biarkan ia menyendiri terlebih dahulu untuk menerima semua kenyataan yang baru dirinya ketahui.

"Adri, saya bisa jelaskan!" teriak nya kembali dengan nafas ngos-ngosan.

Kenapa lari Adrisia begitu cepat, membuat ia yang laki-laki kewalahan. Jangan kalian anggap Adrisia itu hanya wanita cengeng, sebenarnya gadis itu pernah mengikuti lomba lari saat SMA, ia memenangkan juara 1, sampai akhirnya ia terus mengikuti lomba lari dan berakhir menjadi atlet.

Setelah di rasa cukup lama ia berlari, dirinya menyadari sesuatu yang membuat langkahnya terhenti sejenak. Pandangannya beralih ke belakang, menatap Afka yang masih tertinggal jauh.

Huffttt ...

Adrisia berhenti berlari, dengan napas yang masih menderu, dia berjalan dengan gontai menuju sebuah pohon yang berada tak jauh darinya. Gadis itu duduk dan menyandarkan punggungnya pada pokok kayu yang mungkin sudah berusia ribuan tahun.

Setelah nafas nya kembali normal, gadis itu termenung memikirkan setiap kata yang di ucapkan Afka.

Kenapa seorang lelaki yang ia anggap alim mampu mengkhianati nya, bahkan lelaki itu mampu membuat dirinya jatuh cinta dan sakit dalam waktu yang bersamaan.

Atau mungkin semua omongan nya selama ini hanya bualan nya saja, ia sungguh tak menyangka dengan semuanya.

Kecewa? Tentu, siapa yang tidak kecewa saat kita menikah dengan seseorang tapi orang itu justru menyembunyikan fakta yang besar dari kita.

Kini di kepalanya banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan, tetapi amarah sedang menguasai dirinya, ia tak mau memperpanjang masalah ini dan menyebabkan masalah baru.

Perlahan bulir-bulir air itu menetes, belum selesai dengan duka nya yang di tinggal sang ibu, kini luka baru mendatangi nya.

"Kenapa Aa tega sama cia? Aku salah apa sama kamu ...," ucap nya dengan lirih.

"Kalo akhir nya kayak gini, lebih baik aku gak usah nikah sama dia," racau Adrisia.

Pandangan nya menatap sendu air sungai yang mengalir di depan nya, lalu setelahnya ia melihat Afka di sebrang sungai, lelaki itu sedang berlari kecil sembari meneriaki nama nya.

Tak ada niatan untuk ia jawab teriakan itu, biarkan saja suaminya mencari dirinya.

"ADRII!"

Teriakan Afka dapat ia dengar, senyuman nya mengembang tetapi mata nya terus mengeluarkan air.

Sampai tiba, tatapan nya bertemu dengan tatapan Afka. Ingin lari, tetapi raga nya seperti menyuruh ia tetap di sana.

PEMUDA MALAM [Revisi]Where stories live. Discover now