Girl Almighty : 1. That smile

212 9 4
                                    

Seorang gadis biasa yang sama sekali tak menarik, itulah diriku. Dengan tambahan sedikit sihir yang mengisi kotak rahasia diriku, tentu tak masuk akal bukan?

Pagi yang sangat melelahkan di England. Baru saja aku pindah kesini seminggu yang lalu karena orang tuaku punya pekerjaan disini.

Hari ini, aku baru saja di terima di salah satu universitas terkenal di Negara yang identik dengan jam raksasanya, Big Ben dan langsung menelusuri lorong koridor yang panjang mencari kelas pertamaku di pagi ini.

"Hi, namaku y/n. Aku lahir di Los Angeles, California. Aku pindahan dari Los Angeles. Aku pindah ke sini karena orang tuaku mempunyai pekerjaan." ucapku memperkenalkan diri didepan kelas.

"Hallo y/n, namaku Harry." sahut salah satu murid di kelasku. " Cukup Haz. " seru teman laki-laki yang berambut hitam tersebut sambil memutar kedua bola matanya.

Aku akan membuka sedikit Rasahiaku. Aku mempunyai sedikit sihir di tubuhku. Jika aku merasa ketakutan/khawatir orang yang di depan atau yang aku lihat akan mengalami sedikit kesakitan di tubuhnya dan sihir itu mulai mewarnai hari-hariku yang berlalu dan membosankan disini.

Tak terasa, satu bulan berlalu. Sekolah ini tampak nyaman bagiku. Sebagai seorang perempuan yang "normal" yang berada satu kelas dengan para laki-laki "tampan" tentu sekarang aku sudah menyukai, menaksir salah satu pria di kelasku. Lebih tepatnya, lelaki yang duduk di belakangku yang suka memanggilku. Tapi, tak pernah ku tanggapi dengan kata-kata, tak juga aku berani menolehkan kepalaku kebelakang. Tidak hanya Niall yang ku hiraukan, semua murid disini juga tak pernak ku gubris. Makanya, mereka mulai menyebutku "aneh." Tidak, tepatnya mereka memanggilku "Murid aneh."

Bel Istirahat pertama berbunyi, semua murid keluar tetapi satu murid di kelas ku tidak keluar, yaitu Niall. Pria yang duduk dibelakangku.

Tiba-tiba Niall duduk di depanku dan menghadapku.

"Hi, mengapa kau tak pernah menghadap ke belakang saat aku memanggilmu?" Tanya Niall heran.

Aku tidak menanggapinya , Niall mengulangi pertanyaannyadengan suara yang lebih keras.

"A-aku tidak mendengar" jawabku bohong. Niall tertawa kecil "y/n aku tau kau bohong, setiap aku memanggilmu, kau ingin menghadapku tapi kau hanya terlalu takut." kata Niall tersenyum.

Aku melihat senyuman indahnya ada rasa aneh di dalam hatiku.Perasaan seperti tenang, lega, dan nyaman. "Niall?" Panggilkuuntuk pertama kali. "Iyaa?" Jawab Niall. "Kamu mempunyai senyuman yang sangat indah." kataku sambil menarik kedua sudut bibirku keatas.

" Hei, lihatlah kau tersenyum, ini pertama kalinya aku melihat kau tersenyum y/n." kata Niall dengan mata berbinarnya. "Apaaku harus tersenyum setiap saat kau melihatku agar aku bisa melihat senyuman mu itu?" Tanya Niall senang.
Aku hanya diam. " Ayolah y/n jawab, jangan mendiamkan dirimu. ayo kita keluar." Ajak Niall. "Gak, aku ngga mau " kataku menolak ajakan Niall. " Ayolah!" paksa Niall sambil menarik tanganku lembut. " Aku bilang aku ngga mau!" bantahku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya."Aww.."Teriak Niall kesakitan sambil terduduk di lantai. " Niall Kau tak apa?" Tanyaku khawatir. "Badanku seperti kesetrum kuat tadi. " jawab Niall sakit. " Ayolah duduk di kursiku." Perintahku sambil mendudukannya di kursi.

"Ketakutan ku membuatnya kesakitan. Maaf Niall." Ucapku Dalam hati.

Waktu berlalu, aku keluar dari gedung sekolah dan melihat orang tuaku sudah menungguku di mobil. Aku langsung membuka pintu mobil. " Sayang " sambut ayahku dengan wajah tegasnya "Bagaimana hari ini?" Tanya mamaku dengan senyuman. "Seperti biasa." Jawabku sambil mendudukan diriku di kursi.

Aku melihat Niall dan keempat temannya yaitu zayn,Harry,Liam,Louis yang mengundang perhatian beberapa murid disini. Ayahku mulai menghidupkan mobil dan menjalankannya. "Tunggu!" seruku sambil menyentuh pundak ayahku , ayahku menghentikan mobil sambil menoleh padaku."Ada apa?" Tanya ayah.
Aku hanya diam dan memerhatikan Niall yang berjalan dengan cara yang sangat cool. Niall dan teman-temannya yang menjadi bintang di sekolah ini.

"Jalanlah yah." Suruhku. Ayah dan ibuku tampak heran melihatku. "Baiklah." kata ayahku sambil menghembuskan nafasnya.

Aku membuka pintu kokoh berwarna Coklat dan langsung menghempaskan badanku ke kasur. Membuka buku dan mengerjakan PR yang di beri guruku di kelas tadi. Selesai aku mengerjakan PR-ku, aku kembali teringat Niall saat ia sedang kesakitan.

"Aku membuat dia kesakitan karena ketakutanku, seharusnya itu tak terjadi karena Niall orang yang ku sukai." Pikirku bimbang."Ini pertama kali aku jatuh cinta. Apa ini cinta?" Kataku sambil melihat cermin di depanku. "Y/n. Kau harus bisa mengontrol dirimu." Cetusku melihat diriku di cermin.

Suara ketukan terdengar ternyata ibuku. "Apakah ibu boleh masuk?" Tanya ibuku. " Masuklah bu." Izinku.

Ibu berjalan kearahku dan memegang kedua pundakku. "Sayang, jalankan lah seperti hari biasamu. Hilangkan rasa ketakutanmu atau kauharus menyakiti orang lain yang kau sayang, Sayang." Nasehat ibuku sambil mengelus rambutku.

"Bu, sepertinya aku menyukai teman sekelasku." Jujurku ke ibu.Tidak salah kan kalau curhat?Hehe. "Baguslah, kau normal."Jawabnya. "Apa maksud mu aku mulai menyukai perempuan, Bu?" Protesku kesal. Ibuku tertawa menunjukkan lesung pipinya yang dalam.
"Tapi ingat jangan membuatnya kesakitan karenamu." Saran ibuku kedua kalinya. "Iya bu." Jawabku tersenyum.
" Baiklah, ayah sudah menunggu kita di bawah dengan makanannya, ayo kita kebawah." Ajak ibu. "Apakah ayah memasak?" Tanyaku. " Iya sayang" Jawab Ibuku.
"Pastikan masakan kali ini tidak gosong ya, Bu?" Candaku.Ibuku terkikik geli. "Ayo."Ajaknya membuka lebar pintuku.

Girl AlmightyWhere stories live. Discover now