'Tidak apa-apa, nanti juga terbiasa.'
-Danniela Allana-
***
Sepergian Dewangga setelah mengantarnya ke rumah. Allana memutuskan untuk tidak masuk ke dalam rumah, ia malah kembali keluar dari gerbang untuk memberhentikan taksi yang memang kebetulan melintas didepannya.
Perjalanan 1 jam ia tempuh dengan penuh lamunan panjang. Saat ini Allana sudah berada di salah satu pantai yang lumayan terkenal di kotanya. Pikirnya, daripada dia dirumah sendirian ia lebih memilih untuk singgah disini, walau hanya sebentar untuk menenangkan pikirannya.
Menatap luasnya lautan dan gulungan ombak membuatnya merasa tenang, dari dulu jika ia merasa sedih, dan dalam keadaan yang terpuruk dia akan lari ke laut.
Jika laut bisa berbicara mungkin dia sudah berteriak protes pada Allana yang datang hanya ketika merasa sedih dan kecewa.
Ingatannya pagi tadi disekolah kembali terlintas di otaknya, lelaki yang mungkin sudah menguasai hati dan pikirannya sudah menyakiti hati dan perasaannya.
Allana terduduk di hamparan luas pasir putih di pesisir pantai. Manik matanya menatap lurus kedepan, saat ini ia hanya ingin menenangkan fikirannya disana. Sendirian.
Ia membiarkan angin laut yang berhembus kencang meniup setiap helai rambutnya, membiarkan rambut nya berantakan oleh tiupannya.
Ingin menangis tetapi air matanya sudah habis. Ingin berteriak dengan kencang namun sudah tidak ada tenaga. Allana tersenyum hambar seakan menertawakan dirinya yang terus saja berharap kepada seseorang yang tidak mungkin ia miliki hatinya.
Persetan tentang orang tulus akan menjadi pemenangnya adalah omong kosong baginya.
"ARRGGGHHHH," ia berteriak kencang. Dengan sisa suaranya yang masih ada. Allana Mengusap kasar wajahnya.
Rasa sesak di dadanya semakin menyiksa dirinya.
Dalam posisi menunduk dia melihat siluet seseorang mendekat kearahnya, sampai pada titik henti dimana seorang itu diam berdiri didepannya.
Allana mendongak keatas melihat siapa yang ada didepannya, dia terkekeh pelan saat melihat lelaki di depannya itu.
Daegar menatap Allana nanar dengan kondisinya saat ini, dia berkali-kali menghela nafasnya kasar. Ia tidak tahu apa yang membuat adik perempuannya sekacau saat ini.
"Abang tidak akan marah, tapi tolong! Jujur sama abang. Sebenarnya ada apa?" Pinta Dargar dengan tarikan nafas panjangnya.
Allana menatap Daegar sendu, ia mulai melangkahkan kakinya gontai kearah lelaki yang ada di depannya itu.
YOU ARE READING
SECRET ADMIRER
Teen Fiction'Selama aku masih bisa berpura - pura, maka aku akan baik - baik saja' -Danniela Allana Danniela Allana. Gadis yang selama 6 tahun menyimpan perasaan pada teman masa kecilnya, tanpa ingin memberitahukan perasaannya kepada siapapun, termasuk sahabatn...