Tidak Pantas

963 34 0
                                    

"Aku terlalu menginginkanmu, sampai aku lupa seperti apa diriku."

-allana danniela zephiera-

***

Di sebuah kafe yang berada tepat di depan gedung sekolah SMA GARUDA. Mungkin Allana disana sudah terhitung 2 jam, duduk termenung sendiri di salah satu bangku cafe yang berada di bagian pojok.

Dia menunggu Daegar yang akan menjempuntnya,  namun lelaki itu masih ada jadwal meeting dengan rekan kerjanya. Jadi mau tidak mau, Allana harus diam disana untuk beberapa saat lagi sampai Daegar sampai.

Selama 2 jam. Allana baru menyadari, kalau di—seberang tak jauh darinya, ada Arsen yang juga singgah di cafe yang sama dengannya bersama dengan dewa disamping lelaki itu.

Awalnya, Allana ingin menyusul lelaki itu agar dirinya tidak merasa sendirian. Namun niatnya ia urungkan kembali, ketika melihat seorang gadis seperantaran dirinya tengah bergabung di meja Arsen dan Dewangga, gadis itu duduk di samping Arsen.

Allana tidak kenal dengan gadis itu, mungkin saja itu kekasih baru Arsen yang belum ia ketahui.

Pemandangan didepannya tidak hanya sekali dua kali Allana dapati, namun sering kali ia melihat Arsen tengah bersama gaids yang notabennya pacar lelaki itu.

Arsen tidak salah, lelaki itu tidak tau perasaannya. Dan menyukai secara diam-diam adalah keputusan Allana. Ia sudah tahu konsekuensi mencintai dalam diam akan sesakit apa. Contohnya sekarang ini, melihat lelaki yang ia cintai bersama perempuan lain.

Allana takut jika dia memberi tahu Arsen soal perasaannya, Arsen akan menjauh darinya. Kalaupun Arsen tidak menjauh, bukan tidak mungkin keduanya akan merasa canggung.

Didekat Arsen dan melihat Arseng baik-baik saja sudah cukup bagi Allana. Sudah membuat dirinya senang, apalagi jika terkadang Arsen memberikan sedikit perhatian kepada nya dan melibatkan Allana dalam hal yang akan Arsen ambil untuk perjalanan hidupnya, hal itu membuat Allana merasa kalau dirinya penting di hidup lelaki itu.

Drrtt....

Ponsel Allana bergetar, tangannya merambat, meraih ponselnya yang tergeletak tak jauh dari—nya. Dapat ia lihat dari layar yang menyala itu menampakan nama kontak sang penelfon.

Dia sedikit melirik kearah pintu masuk kafe, di depan sana Allana dapat melihat mobil daegar sudah ada disana, ia tak mengangkat panggilan telefon itu. Dia langsung beranjak, tak lupa ia membawa 1 cup kopi yang masih sedikit hangat, yang sengaja ia pesan tadi untuk diberikan kepada Daegar, kakaknya.

Sesampainya di depan mobil, tangan yang hampir terulur untuk membuka pintu mobil. Namun di dahului oleh Daegar yang membuka pintu itu dari dalam.

Allana tersenyum simpul, "Lama bangett!" Protes Allana menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi.

"Maaff, tadi Abang lagi ada rapat. Makanya agak telat jemputnya," ucap Daegar sembari mengusap lembut puncak kepala Allana.

Alana tersenyum, ia menyerahkan kopi yang tadi ia pesan dari cafe, "1 cup hot americano double shot, buat Abang." Ucap Allana membuat Daegar tersenyum lebar dan menerima cup kopi itu dengan senang hati.

Di sela menyeruput kopi itu, ia memandang Allana, "uang kamu masih? Kalau udah habis bilang sama Abang biar Abang transfer," ucapnya membuat Allana menggelengkan kepalanya.

"Papa memang jarang pulang bang, tapi papa nggak lupa kirimin Allana uang," terang Allana.

Daegar mengangguk lalu tersenyum tipis, "kamu tinggal sama Abang aja ya, di apart. Abang tidak tega kalau kamu sampe liat Papa sama Mama berantem lagi," ucapnya pelan. Ibu jarinya mengusap pipi Allana yang sedikit berisi.

SECRET ADMIRERHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin