04

813 117 9
                                    

WARNING, MATURE CONTENT.

.

.

.

Sangat sulit untuk menghilangkan memori kala itu. Semakin kau berniat melupakannya, semakin teringat jelas adegan-adegan vulgar dan erotis yang kau tonton bersama Myungho kemarin. Merutuki diri juga tidak ada gunanya karena kau sendiri yang membiarkan dirimu dinodai oleh tontonan seperti itu. Berdukalah untuk kepolosanmu.

"Kau sering melamun hari ini? Ada apa?" tanya Mingyu.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya kepikiran dengan adegan di film horor yang ku tonton semalam."

"Pantas saja kantung matamu semakin terlihat. Kau pasti tidak bisa tidur ya?"

Kau hanya mengangguk pelan sebagai balasannya.

"Sudah lama aku tidak melihat Myungho, kau yakin kan dia baik-baik saja?"

Seperti yang sering kau katakan, akhir-akhir ini kau lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mingyu, membiarkan Myungho merasa cemburu dan sakit hati. Lagipula tak selamanya sakit hati akan membuatmu terpuruk. Ada juga yang bisa mengambil hikmahnya dan bangkit dari keterpurukan itu. Semoga saja Myungho juga dapat mengambil hikmahnya.

"Ya, dia bukan anak kecil lagi. Dia pasti hanya butuh waktu sendiri." Balasmu

"Oh ya, (y/n). Kemarin adik kelasku memberikan dua tiket nonton gratis. Karena Myungho tidak disini, bagaimana kalau kau ikut aku nanti sore. Tenang saja, ini bukan film horor. Apa kau mau?"

"Hm... Ku rasa aku tidak bisa, aku ada janji dengan temanku di sore nanti." Balasmu berbohong.

.

.

.

.

.

"Apa Mingyu tak mencariku?"

Ya, kau tak sepenuhnya berbohong karena saat sore hari kau memang menemui Myungho di apartementnya. Myungho kan temanmu juga. Setidaknya untuk saat ini, tidak tau akan jadi apa kedepannya.

"Dia mengkhawatirkanmu. Tapi aku menenangkannya." Balasmu singkat

"Apa mungkin dia juga memiliki perasa-"

"Jangan berbicara omong kosong! Kalau kau memikirkannya terus bagaimana kau akan sembuh? Berhenti membicarakannya dan fokuslah pada usahamu." Sanggahmu yang tanpa kau sadari membuat Myungho terlihat murung.

Setelah itu keheningan menghampiri kalian selama beberapa menit. Tidak ada satupun dari kalian yang bersuara. Myungho sibuk meratapi kesedihannya, sementara kau sibuk mencari pengalihan untuknya agar ia tak bersedih lagi.

"Aku mau pesan makan, kau mau apa?" Tanyamu memecah keheningan

"Terserah."

"Jawabanmu seperti wanita yang sedang pms. Cepat sebutkan satu, jangan merepotkanku."

"Aku sedang tidak ingin makan. Kau saja."

"Lihatlah dirimu, bagaimana kau tidak kurus jika makan saja tidak mau."

"Lalu kau harus bagaimana? Aku memang tidak berselera makan."

"Mck! kau ini."

Kau beranjak ke dapur dengan langkah kaki yang sengaja kau hentak-hentakan kesal. Kau membuka kulkas Myungho dan tidak menemukan apapun, membuatmu menghela napas frustasi. Menghadapi Myungho dengan mood seperti ini membuatmu naik darah. Kau merasa kodratmu dan Myungho sedang tertukar.

Dangerous Healing [M] ✔Where stories live. Discover now