01

882 150 8
                                    

Seoul, 2011.

Kau hanya seorang gadis sekolah menengah biasa. Tidak ada yang menarik darimu. Hidupmu juga berjalan cukup lancar sebagaimana mestinya. Tidak ada yang spesial dari hidupmu. Tapi saat seorang anak laki-laki melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas saat itu, kau seperti baru saja menerima signal bahaya. Kau merasa bencana akan datang.

"Kalian memiliki teman baru hari ini. Silahkan perkenalkan diri." Ucap guru kami yang mengajaknya masuk tadi.

Anak laki-laki dengan wajah seperti penindas itu menundukkan kepalanya sebentar kemudian kembali menatap ke depan dengan malas.

"Namaku Xu Minghao atau Seo Myungho dalam bahasa Koreanya. Usiaku 14 tahun. Aku berasal dari Tiongkok. Mohon bantuannya." Ucapnya dengan aksen yang aneh.

Teman-temanmu saat itu cukup bersemangat untuk menerima teman baru, berbanding terbalik denganmu.

"Baik, kalau begitu Minghao, kau bisa duduk disebelah (y/n)."

Sesuai dugaanmu. Karena hanya bangkumu saja yang saat itu tengah kosong, jadilah gurumu saat itu memintanya duduk disebelahmu.

Tak lama kemudian ia duduk disebelahmu dan sebagai rasa sopan santun, kau menundukan kepalamu sedikit tanpa mengucapkan sepatah katapun karena masih canggung atau takut dia tak paham apa yang akan kau katakan.

Suasana kelas kembali menjadi hening setelah perkenalan singkat dari siswa baru ini. Pak guru memulai pembelajaran dengan serius sehingga tak ada satupun dari siswa di kelas yang berani bersuara.

Saat kau mencoba fokus ke arah papan tulis, kau menyadari bahwa murid baru ini terus memandangimu. Kau bukannya merasa sombong karena terlihat cantik, tapi ia bahkan tak mengalihkan pandangannya ketika kau memergokinya memandangimu.

Awalnya kau membiarkannya dengan harapan ia akan kembali memfokuskan dirinya ke arah papan tulis. Tapi lama kelamaan kau merasa agak risih dan jadi tak bisa fokus mendengarkan penjelasan gurumu. Hal itu membuatmu memberikannya peringatan pertama.

"Bisakah kau berhenti menatapku begitu?" Tanyamu sopan.

"A.. Annyeonghaseyo." Sapanya.

Kau mengernyitkan dahimu dan memandangnya aneh. Kau berpikir dia pasti tak mengerti apa yang kau katakan. Tapi, meskipun dia masih belum fasih berbahasa korea, bukankah tak sopan jika menatap seseorang selekat itu? Apalagi orang yang baru kau temui. Itu kan bagian dari etika dasar yang tak dibatasi oleh bahasa yang harusnya dia pahami.

Kau mencoba mengacuhkannya lagi tapi ia masih menatapmu dengan lekat sehingga kau mulai menegurnya sekali lagi.

"Hei, siswa baru. Tolong fokuslah kedepan."

Dia tak mengindahkan permohonanmu. Kau pun menghela napas kesal. Sudah kau duga bahwa kedatangannya akan membawa bencana. Khususnya untukmu yang menyukai ketenangan.

"Jika sampai hitungan ketiga kau tak juga mengalihkan pandanganmu dariku, maka jangan salahkan aku kalau kehidupanmu tak akan tenang setelah ini."

Meski kau bukan gadis penindas, tapi kau memang harus menegaskan batasan-batasanmu padanya. Apalagi kalian akan sering bertemu duduk bersebelahan.

"Itu... ada sesuatu." Ucapnya sembari menunjuk ke atas kepalamu.

Kau hanya memandanginya singkat kemudian mengacuhkannya. Kau merutuki nasib karena harus duduk disebelahnya. Bukan, kau merutuki nasib kenapa anak laki-laki ini masuk ke sekolahmu.

Kesal karena tak mendapat respon darimu, ia kembali bersuara.

"Hei... aku bilang ada sesuatu." Ucapnya.

Dangerous Healing [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang