40

1.7K 79 10
                                    

Disinilah Leonard berada. Di hannam the hell . Beberapa aset keluarganya juga ada dinegara ini . Namun dengan kaki tangan keluarga Pattinson yang mengelola bisnis di Korea .

Bukan hanya rumah, kawasan Hannam-dong juga dipenuhi oleh apartemen elite dengan nilai fantastis. Komplek apartemen Hannam the Hill bahkan menjadi salah satu apartemen termewah di Negeri Gingseng sejak tahun 2015 hingga 2021.

Hannam the Hill terdiri dari 32 bangunan dan sekitar 600 unit apartemen dengan pemandangan sungai Han. Harga satu unit bisa mencapai 7,75 miliar won (Rp 98 miliar) hingga 8 miliar won (Rp 101 miliar) untuk ukuran 243.642 meter persegi.

Dikamar yang cukup terbilang mewah ini Leonard menyandarkan punggungnya pada sofa besar warna hitam yang berada di sebelah jendela kamarnya . Dia nampak membuang nafasnya panjang pertanda jika hari yang dia lewati cukup melelahkan .

" Yes mom I understand ". Ujar Leonard pada ponselnya . Satu kalimat itu saja sudah membuat mood Leonard berkurang .

" Bawakan aku satu botol anggur ke kamarku Bram ". Ucap Leonard pada Bram yang baru saja sampai di kamar tuanya untuk memberi informasi yang anak buahnya laporkan .

" Tapi , tuan . Pagi nanti anda harus datang ke tempat peresmian ". Jawab Bram sedikit nggan karna tau. Itu akan membuatnya di maki habis-habisan .

Dan benar saja. Leonard menoleh dan melotot pada Bram .

" Aku bosmu. Bawa sekarang juga!". Teriak Leonard .

Bram mengalah dan pergi memberikan apa yang tuanya mau . Mungkin ini memang takdirnya. Memiliki bos seperti Leonard .

Dengan cekatan dalam hitungan menit Bram membawa satu botol anggur dengan gelas cantik di tanganya . Bram berfikir bahwa tempatnya ini jauh berbeda dari sebelumnya. Di lihat dari beberapa maid yang beberapa kali berpapasan dengannya .

Apakah tuan besarnya membuat rencana lagi yang akan merepotkannya .

" Malam tuan ". Sapa satu pelayan muda pada Bram . Wajahnya khas wanita Korea wajah kecil dan mata sedikit besar kulitnya yang putih terlihat jelas di balik gaun pelayan yang ia kenakan .

" Hmm". Jawab Bram cuek . Padahal sedari tadi matanya menatap dalam pada gerak gerik wanita itu .

Hingga tibalah kini . Bram brada di kamar Leonard . Pria itu kini telah membuka jas dan dasinya . Menyisakan kemeja putih dengan 3 kancing bajunya yang ia lepas .

" Kenapa tidak mandi saja tuan, tubuhmu juga butuh istirahat ". Ujar Bram menaruh anggur dan gelas yang ia bawa sedari tadi pada meja kecil di depannya.

" Urus saja urusanmu Bram, tugasmu hari ini selesai, tinggalkan saya ". Leonard menuangkan anggur pada gelas yang Bram bawa. Berucap demikian Tampa menatap lawan yang ia maksud .

Tanpa menjawab, Bram mengangguk dan berpamitan untuk keluar kamar tuanya.

... " Dimana kamu sebenarnya Laras, kau mengusik hidupku dengan kepergian mu". Guamam Leonard . Menatap jauh lautan lampu kota dari atas balkon .

" Kau fikir ini mudah, aku hampir mati disini ". Ujar Leonard pilu menekan dadanya yang terasa begitu sesak mengingat semua bayangan Laras .

Angin malam terus menerpa wajah tampan yang kini tak terurus. Beberapa bulu halus tumbuh pada wajahnya . Kehawatiran yang besar membuatnya tak berdaya. Cintanya hilang, harapan akan masa depan perlahan memudar. Bersama angan yang tak bisa iya bohongi, pikiranya terus berputar. Wajah seperti apa yang Laras tunjukan saat bertekat meninggalkannya dalam ketidak sadaran Leonard.

Sekian lamanya Leonard mendiamkan ayahnya saat dia tau. Dalang dari perginya Laras adalah ayahnya sendiri. Bahkan momynya pun terkejut akan kenyataan itu . Lalu siapa yang harus Leonard salahkan atas dangkalnya pikiran Laras . Memilih meninggalkan dirinya yang Leonard tahu bukan tidak mungkin jika hati Laras jauh lebih hancur saat pilihannya sendiri yang menuntun untuk pergi .

See You In SeoulWhere stories live. Discover now