7

15.7K 295 8
                                    

lampu ruang kerja Leonard masih menyala, pria berusia 29 tahun itu tengah sibuk dengan berkas-berkas di depannya . Kacamat bening menambah kesan dewasa pada pria itu.
   Sesekali Leonard mencubit plipisnya, namun dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya ini, ayahnya tidak mau menunggu lama . Dan memberikan pekerjaan pada Leonard tengah malam.

" Saya hampir menyelesaikan ini pak tua , bersabarlah kau fikir otakku lebih canggih dari komputer". Geram Leonard .

" Kau anakku jelas komputer bukan tandinganmu, kau lebih hebat dari benda itu maka dari itu aku memberikan proyek ini padamu ". Jawab Robert, ayah leonard.

Leonard memasang wajah paling dingin dan menatap tajam pada layar komputernya.  Dia sedang melakukan video call dengan ayahnya .

Suara tawa Robert terdengar di seluruh ruangan. Leonard semakin geram dan menunjukan wajah bermusuhan pada ayahnya yang hampir menua itu. Lalu mereka berbincang seputar proyek dengan serius hampir satu setengah jam.  Setelah selesai Leonard memutar kursinya dan melihat keluar jendela.
  " Masih begitu deras, apa Laras bisa tidur dengan suara hujan selebat ini ".  Gumam Leonard.

Di suatu tempat Laras tengah duduk di meja makan dengan teh hangat di tanganya.  Dia memainkan ponsel dengan serius . Tanpa mengetahui Leonard sudah brada di sampingnya beberapa menit yang lalu.
  " Hmm".

Laras mendongak dan sedikit terkejut, lalu dia tersenyum . " Belum tidur ". Ujar Laras menaruh ponselnya ke meja .

" Harusnya aku yang bertanya, kenapa belum tidur". 

" Belum mengantuk, kamu sendiri kenapa belum tidur ".

" Aku baru selesai mengerjakan pekerjaanku, susah untuk tidur setelah itu ".

Tiba-tiba suana jadi hening. Laras terus memutar sendok di gelas .  Leonard menatap Laras . " Ada masalah ".

Laras mendongak dan menggeleng " hm.. tidak ada ".

" Jika ada Maslah kamu biss mengatakannya padaku ". Masih dengan raut wajah dingin dan datar.

" Sudahlah.. mau aku buatkan kopi ". Tawar Laras .

Leonard berdiri, " boleh. Antarkan ke ruang tv ".  Ucap Leonard pergi dari dapur ..

Dia duduk dan menyalakan tv dengan suasana hujan rintik meski tidak selebat tadi.  " Ini... Sekalian aku bikin kue kering siang tadi kamu cobain ya ". Ujar Laras menaruh nampan berisi kopi dan kue di meja.

   Laras duduk sebentar di samping Leonard meski jaraknya cukup jauh. Saat laras berdiri Leonard menoleh.
" Mau tidur". Leonard menatap Laras .

" Iya, kamu juga jangan malam-malam besok kerja kan ". Jawab Laras .

Tatapan mata mereka bertemu . Leonard menggenggam pergelangan tangan Laras . Seketika menarik Laras ke dalam pelukannya. " Jangan berbohong seperti orang bodoh, aku tau kamu tidak baik-baik saja".

Laras mengeratkan pelukannya tanpa menjawab perkataan Leonard. Nyaman itu yang Laras rasakan setiap Leonard memeluknya.  Rasa terlindungi itu benar-benar ada semenjak dia bersama Leonard .

" Bagaimana bisa aku menahan perasaanku jika kamu seperti ini leo, aku tidak tau kenapa begitu cepat mencintaimu ".  Gumam Laras dalam hati.
..

Laras melepas pelukannya dan kini mereka duduk di kursi depan televisi.
   Lagi-lagi leonard menatap Laras dengan tatapan yang lembut berbeda dengan hari-hari yang lalu.
" Ada apa? Katakanlah". Ujar Leonard.
Laras hanya diam menunduk tapi kali ini pertanyaan Leonard mampu membuatnya menangis . Rasa sesak begitu saja melonjak .

" Hei ... Lihat aku ". Leonard mengangkat dagu Laras . Saat mata mereka bertemu . Laras memeluk Leonard dan menangis sejadinya .

   Dia tidak tau hal apa yang membuatnya menangis seperti itu. Tidak ada alasan.  Dia hanya takut ! Takut pria yang di hadapannya ini pergi begitu saja atau berubah seperti orang2 yang dia sayang sebelumnya. Dan berakhir dengan Laras yang kesepian dan sendirian.

See You In SeoulWhere stories live. Discover now