00:00

864 31 4
                                    

-♪♪-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-♪♪-

-♪♪-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dhira sudah sampai di rumah, dia sangat berterima kasih pada Daffa yang mau mengantarnya. Daffa sih, mau-mau aja, toh, nganter gebetan.

Habis ngobrol singkat sama Daffa di depan gerbang, Daffa pamit pulang dan Dhira masuk ke dalam rumah. Dia menguatkan hatinya, kalo kepulangannya kali ini nggak akan ada masalah besar.

Dhira buka pintu, dia jalan ke ruang TV. Disana, kelihatan ada Mas Darma dan Mama Kartika yang lagi nunggu Dhira. Tapi nggak tau kenapa, perasaan Dhira itu mengganjal. Ada yang aneh. Ah, Dhira kebanyakan mikir, dia harus tetap positive thinking.

"Ra, sini duduk." Mama Kartika senyum, sambil nepuk-nepuk tempat kosong buat Dhira duduk di sofa.

Dhira jalan ke Mama Kartika, dia duduk. Dhira bingung. Ini nggak biasanya.

Mama Kartika ngelus surai hitam milik Dhira, dia senyum tulus, "Tadi di rumah Anna kamu ngapain aja?"

Dhira balas senyuman Mama-nya, "Ra, cuman nonton film horor. Terus film yang ketiga di tonton jadi berhenti, karena Mama suruh aku buat pulang."

Mama Kartika jadi merasa bersalah udah ganggu anaknya nonton, "Maafin Mama, ya. Kamu jadi berhenti nontonnya."

Mereka bertiga ngobrol ringan, bercanda dan Dhira juga malam ini banyak ketawanya.

Hening, seketika hening. Situasi di ruang TV jadi lebih tegang, Dhira makin nggak enak hatinya. Makin ada yang aneh malam ini.

"Ra." Mas Darma manggil Dhira, dia megang tangan anaknya.

"Iya?" Dhira bingung, Papa-nya nggak pernah begini sama Dhira.

"Ra, kamu harus janji satu hal sama Papa." Katanya dengan raut wajah serius.

Dhira makin bingung, apa maksudnya?

"Ra, kamu harus janji." Mas Darma menekan kata 'janji,' Dhira jadi sedikit takut.

00:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang