06 - Mengukir Guratan Teori

272 60 0
                                    

Dengan Gue, Wisnu Putra Adikara. Anak yang hidup dengan tiga kepribadian dan masih bermimpi untuk menjadi dokter biar bisa banggain Bunda dan semua saudara, terkhususnya Dika.

 Anak yang hidup dengan tiga kepribadian dan masih bermimpi untuk menjadi dokter biar bisa banggain Bunda dan semua saudara, terkhususnya Dika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam hidup, Gua dianggap sempurna. Sampai adik Gua terbebani dengan predikat saudara kandung dari Wisnu Putra Adikara. Belum lagi pengalaman yang membuat trauma besar bagi kita bedua yang masih kecil saat itu.

Sampai hari ini, trauma itu masih terus bertumbuh. Bahkan apa yang dialami Dika saat ini adalah efek dari kejadian traumatis yang terus berulang sejak dulu. Ternyata bener, kan, mimpi Gue?

Dika sengaja nabrakin dirinya ke mobil. Tapi, bukan mobil yang dikendarai Azi. Entahlah. Orang yang gak sengaja nabrak Dika udah pergi gak tau kemana.

Gua gemeter hebat. Lukanya emang gak parah, tapi, rintihan Dika yang manggil-manggil nama Gue buat perasaan ini nyeri. Percayalah. Sudut pandang seorang sulung ialah memberikan jiwa serta raganya tersiksa daripada sang adik yang harus menderita.

"Kak Wisnu...." Dika mengigau dalam tidurnya. Gue liat jelas banget dia masih nutup mata. "Maafin Dika karena belum bisa jadi adek yang baik."

"Siapa yang nyakitin adek gua, anjing?! Woi, jawab lo berdua!" Gue tatap muka Yosi sama Juna bergantian. Anjir juga dua saudara Gue ini. Malah diem-diem aja gak manggil polisi?!

"Wisnu, Dika bukan korban-"

"Gua Danu!" kata Gua sambil teriak depan muka Yosi dan mencengkeram bajunya.

"Woi, sadar!" seru Juna yang langsung lepasin cengkeraman tangan Gue dari baju Yosi. "Adek lo yang nabrakin diri ke mobil yang lagi kenceng!"

"ENGGAK, BANGSAT! GAK MUNGKIN!"

"Mungkin! Jangan sampe lo gua tonjok, ya, Dan! Balikin Wisnu!"

Kembali lagi Gue melihat Dika yang masih mengigau sambil nangis. Air matanya turun perlahan membasahi pipi. Gua mendekat.

"Dek, kakak di sini," kata Gue pelan.

"Kak Wisnu?" Dika perlahan membuka matanya dan menatap gue dengan linangan air mata.

"Iya, ini Kak Wisnu." Gue tersenyum kemudian memeluk Dika perlahan.

"Kak Wisnu, maafin Dika, kak...." Dika terus-terusan nangis. Dika meluk Gue dengan posisi masih tiduran sementara diri Gue yang agak menunduk mengelus kepalanya perlahan. 

"Kakak di sini. Dika gak usah nangis lagi."

Kembali di kamar. Gua rindu meja belajar. Di situ gua buka binder yang mengarsipkan segala materi untuk KOAS. Ah, bahagianya. Belajar adalah hal terwajar yang ngebuat diri Gua ceria.

"Ini Ranu, ya? Bisa ganti ke Wisnu aja gak? Kasian sodara gue dari tadi siang belom istirahat. Lu liat, tuh, jam berapa." Juna menghela napasnya. "Si Wisnu tadi abis nangis lama. Masa langsung lo paksa belajar gini, sih, fisiknya? Kasian...."

Kakak Juga Punya CeritaWhere stories live. Discover now