07 - Sinta Begitu Cinta

282 55 1
                                    

Terkuar dalam cantik yang memesrakan. Akulah Sinta, putri Bapak Parjoanto yang dikenal sebagai pelatih atlet panahan dari negara tercinta kita, Indonesia, dan inilah kisahku yang akan Ku ceritakan.

 Akulah Sinta, putri Bapak Parjoanto yang dikenal sebagai pelatih atlet panahan dari negara tercinta kita, Indonesia, dan inilah kisahku yang akan Ku ceritakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wajahku terbilang Cindo. Sebagaimana ayahku Jawa dan ibuku merupakan wanita keturunan Cina yang besar di Bumi Pertiwi. Kata ayah, mereka bertemu kala ayah masih menjadi pelatih magang yang menemani atlet Indonesia kala berlomba di Jakarta pada era 70-an akhir.

Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama, kencan beberapa bulan, dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Kini umur pernikahan mereka hampir menginjak tiga dekade dengan dikaruniakan putri tunggal yang bernama Arsinta Sri Dewinta. Ya, itu namaku.

Apakah namaku cantik? Semoga kalian berpikir bahwa namaku cantik.

Selama hidup, Aku selalu merasa rendah diri. Tak urung bahwa ini tak patut untuk dicontoh oleh siapapun juga. Kita semua berharga. Tak ada pantasnya untuk merendahkan ciptaan Tuhan apalagi diri kita sendiri. Itu yang aku pelajari ketika berteman dengan Wisnu dan menjadi kekasih dari seorang atlet terkenal di Indonesia yang bernama Arjuna.

Menceritakan mereka membuatku mengulas balik saat pertama kali bertemu mereka berdua. Pertama kali bertemu dengan Wisnu adalah semasa aku menjalani masa KOAS. Karena penyakitnya, Wisnu harus cuti beberapa bulan untuk memulihkan mental.

Kini diriku tengah sibuk untuk mempersiapkan diri mengikuti Ujian Kompetensi Dokter Indonesia yang akan dilaksanakan empat kali dalam setahun. Makanya, aku gak bisa nemenin Juna, padahal aku mau banget.

Oleh karena itu, sebelum pacarku itu pergi ke Negeri Tirai Bambu, aku harus menemaninya dan memberikan dia semangat semampuku.

"Juna?" panggilku pada Juna yang berada di teras rumah.

Aku masuk ke rumahnya. Pagar tak dikunci. Juna selalu berkata kalau sudah sampai rumah, masuk saja, jangan di luar. Sekalian ngeliat kondisi rumahnya karena beberapa hari yang lalu ada kejadian kurang mengenakkan sampe-sampe Aku sama Juna harus tuker kendaraan. Waktu itu Aku nunggu di ruang tamu karena masalah antara Wisnu dan adiknya pastilah sangat privat.

"Sinta?" Juna tersenyum. "Kenapa gak nelepon aku buat jemput kamu?"

"Sekalian abis dari rumah sakit tadi." Aku berdiam sebentar kemudian mendongak melihat Juna. "Wisnu udah berangkat?"

Wajah Juna tiba-tiba muram. Ia masuk ke dalam rumah dan aku mengikutinya. Ada apa sebenarnya? Aku bertanya-tanya. Rumah ini kosong. Seketika aku melihat Dika yang turun dari tangga. Ya, adiknya Wisnu. Aku tak pernah dekat dengannya. Hanya mengangguk tersenyum kemudian menghampiri Juna yang menuju kolam renang rumahnya.

"Juna, kenapa? Ada masalah?" tanyaku hati-hati. "Kalau ada masalah sama aku cerita, yuk, Juna... Biar beres dan gak ada salah paham."

"Hah..." Helaan napas Juna terdengar sangat jelas di telinga. Aku duduk di sebelahnya, menatap wajah bagian sampingnya yang begitu sempurna.

Kakak Juga Punya CeritaWhere stories live. Discover now