27. Hospital

3.6K 271 10
                                    

"Ka! Ayo ke sana!"

"Sabar Fer! Gue lagi ngiket tali sepatu nih!"

Kedua pemuda itu berjalan-jalan di sekitar sungai. Raka dan Ferro mendudukkan diri di pinggir sungai dan menatap beberapa angsa yang berada di atas air.

"Zen ga ke sini?"

"Ke sini. Cuman lagi beli stok makanan."

"Dih, jajan ga ngajak. Gue doain ntar dia kecem-"

"Mphhh!"

"Kecemplung apa? Got? Mending lo aja sana nyebur ke air!" Seorang pemuda membekap mulut Ferro hingga membuat anak itu tidak bisa berbicara.

"Woi Zen! Bercanda, anjir!" Ferro memberontak saat Zen menariknya ke sungai.

Tanpa aba-aba, Zen mendorongnya hingga tercebur ke sungai itu. Sontak membuat Ferro terkejut. Untung saja, ia dapat berenang.

Saat sudah di atas permukaan tanah, Ferro menatap tajam Zen. Ia melepas sepatunya dan melemparkan sepatu itu ke arah Zen.

"Jingan! Kaget cok! Untung kaga ada buaya ama ular!" Umpat Ferro sambil mengejar sepupunya.

Raka tertawa keras, sampai setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Hal itu membuat Zen tersenyum. Ia sengaja menjahili sepupunya agar Raka merasa terhibur dan melupakan sejenak masalah kemarin.

Mereka terus bercanda, hingga tak menyadari ada seorang lelaki dengan topi dan masker hitam mengintai dari balik pohon besar.

Lelaki itu memotret ketiga pemuda yang sedang duduk berjejer dan saling merangkul sambil menikmati langit senja.

Setelahnya, ia mengirimkan foto itu pada sang atasan. Lelaki tersebut segera pergi sebelum ketahuan.

"Tau ga sih, tiba-tiba gue mikir."

"Mikir apaan? Jangan aneh-aneh ya, Ka," sela Ferro.

"Kaga, elah! Gue cuma mikir..., kita bisa kaya gini terus ga, ya? Sampe kita tua gitu," ujar Raka. Mata indahnya terus menatap langit, tangannya tetap merangkul kedua sahabatnya.

"Kita ga tau kedepannya bakal gimana. Tapi, semoga aja bisa."

Raka mengangguk setuju. Ia menghela napas kecil, lalu kembali tersenyum. "Gue sayang kalian."

"Gue juga sayang lo kok, muach!" Ferro mengerucutkan bibirnya dan memberi gestur flying kiss ke arah Raka.

Pemuda manis itu langsung mendorong Ferro hingga terjungkal. "Bisa-bisanya ada cewe yang suka sama manusia modelan dia," gerutunya.

Salah satu dari mereka tersenyum miring. Matanya menatap lurus ke depan.

Sama lo terus? Ga sudi. Gue bakal bikin lo menderita, sampai ga bisa gapai keinginan lo sendiri.

"Ganti baju, sana! Lo bau," titah Zen yang di setujui oleh Raka.

Ferro berdiri, ketika akan melangkahkan kakinya, Zen menyodorkan plastik putih yang lumayan besar.

"Bawa sekalian."

Pemuda itu berdecak, namun tak urung ia tetap mengambil plastik itu.

.

.

.

"Woi, makan!"

Seruan yang berasal dari Zen membuat dua pemuda yang sedang menonton film segera berlari menuju ruang makan.

Di sana sudah ada beberapa hidangan yang menggugah selera. Seperti selat solo yang sudah lengkap dengan sayur kukus, sup ayam, dan 3 buah mile crepes dengan berbagai rasa.

Eternal; Shanka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang